[Freelance] Broken

broken-by-devita

Author : Demilavita

Main Cast :
– Kim Jongin
– Jung Soojung

Feat :
– Choi Minho

Genre : Angst, NC-17

-Broken-

Jongin duduk di armchair depan tv, yang menampilkan siaran sepak bola tengah malam. Kepala terantuk-antuk, matanya nyaris tertutup karena lelah. Tapi ia tetap bertahan di sofa dan bahkan belum mengganti kemejanya.

Tiba-tiba ia tersentak ketika seseorang menggedor pintunya keras-keras, dan sebuah suara yang terdengar begitu panik memanggil namanya berkali-kali. Ia segera bangkit dan menuju pintu, sedikit terhuyung karena kantuk.

Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Soojung berdiri di ambang pintunya. Gadis itu dalam keadaan kacau, lingkaran hitam di sekitar matanya dan rambutnya awut-awutan. Terlihat jelas jejak air mata yang belum sepenuhnya mengering di pipinya yang pucat. Ia terlihat menyedihkan, seperti boneka porselen yang hancur berkeping-keping.

“Jo-jongin…” panggilnya dengan suara pecah. Lengannya yang kurus terlentang, meraih-raih ke arah laki-laki itu yang langsung merengkuhnya. Gadis itu mulai terisak, tubuhnya yang mungil berguncang hebat.

“Soojung, kau kenapa? Tunggu dulu—“ ia menarik nafas, menghirup aroma yang menguar dari tubuh Soojung dan wajahnya berkerut ngeri sekaligus jijik, bau alkohol. “Kau minum-minum? Ya ampun, apa yang terjadi padamu?”

Gadis itu tak menjawab, hanya semakain menguburkan wajahnya ke dada Jongin, air matanya merembes ke kemejanya. Akhirnya laki-laki itu mendesah, dan menariknya masuk. Ia lalu mendudukkan Soojung di sofa, dan pergi ke dapur untuk membuatkannya teh. Gadis itu kini sudah berhenti menangis, tapi wajahnya pias, tanpa warna dan matanya kosong. Hatinya serasa di remas-remas melihatnya dalam keadaan seperti itu.

Sambil membuat teh, ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi hingga menyebabkan Soojung hancur seperti itu. Ia berpikir untuk bertanya, tapi mengurungkan niat. Soojung pasti akan bercerita dengan sendirinya bila sudah siap.

“Soojung, aku membuatkan teh untukmu, ini—“ kemudian kalimatnya terhenti karna gadis itu tiba-tiba berdiri dan menubrukkan tubuhnya. Masih dengan tatapan aneh yang sama, ia mengambil mug itu dari tangan Jongin yang kebingungan, mengabaikan air panas yang tumpah ke jari-jarinya dari sisi-sisi mug. Kemudian ia meletakkan gelas itu diatas meja, dan berbalik pelan, kepalanya tertunduk sehingga Jongin tak dapat melihat ekspresinya.

Gadis itu berjalan mendekat, perlahan dan dengan sedikit oleng. “Soojung, sebenarnya apa yang—“

Ia terkejut saat tiba-tiba Soojung mencengkeram bagian depan kemejanya dan menyentakkan maju hingga bibir mereka bertabrakan. Jongin melenguh kaget, sementara bibir sahabatnya itu terus bergerak, memaksanya membuka mulut. Otaknya serasa dikejutkan oleh sengatan listrik beribu volt saat ia merasakan lidah Soojung masuk ke mulutnya, dan dengan kasar ia mendorongnya menjauh.

“Kenapa kau!? Sadarlah Soojung,” bentaknya. Dadanya berdebar kencang dan ia mencoba mengabaikan rasa alkohol di mulutnya. Sudah berapa kali ia memimpikan mencium gadis ini? Tapi skenario seperti ini jelas-jelas tidak pernah terpikirkan olehnya.

“Jongin,” panggilnya, suaranya serak, dan ia mulai mendekat lagi. “Aku mohon, please…”

Hati laki-laki itu berserakan melihat gadis yang di cintainya itu dalam keadaan hancur, dengan tatapan memohon dan lengan yang terangkat lurus ke depan, menggappainya. Tanpa berpikir lagi ia memeluk Soojung kuat-kuat, seakan mencoba menyerap seluruh kesedihan dan sakit hati yang dirasakan sahabatnya ini ke dalam tubuhnya sendiri, agar Soojung tidak perlu lagi menangis dan bersedih. Tetapi saat gadis itu mendongak untuk menciumnya, ia menghindar.

“Soojung, sebenarnya ada apa ini?” tanyanya, lembut kali ini, tapi malah dijawab dengan sebuah pertanyaan.

“Jongin-ah, apakah kau menyayangi ku?” laki-laki itu langsung menjawab tanpa jeda. “Tentu saja”, “Kalau begitu,” mulai Soojung lagi, dan ia menatap mata Jongin saat berbicara, meskipun jarak mereka begitu dekat, Jongin merasa bahwa Soojung yang ia kenal, yang ia cintai berada jauh sekali entah dimana.

Kalimat Soojung berikutnya mengejutkannya.

“Maukah kau membantuku melupakan semuanya, untuk malam ini saja?”

Laki-laki itu membeku. “Apa maksudmu?”

Saat Soojung berjinjit untuk menciumnya, sekali lagi ia menghindar. Rahangnya mengeras, mencoba menahan gejolak emosi didadanya.

“Tidak.” tolaknya tegas. “Aku tida akan melakukan apapun yang bisa membuat kau dan aku menyesal nantinya”

“Kenapa?” tanyanya, air mata mulai merembes lagi. “Kenapa Jongin? Kau bilang kau menyayangiku! Bukankah sahabat itu membantu satu sama lain?”

“Tapi tidak seperti ini,” jawabnya.

“Aku mohon, Jongin” pinta Soojung, suaranya merendah.

“Aku mohon, bantu aku sekali ini saja. Aku sudah terlalu sakit Aku tidak tahu apa lagi yang bisa kulakukan, hanya kau yang kupercayai didunia ini.” suara Soojung patah di akhir kalimat, dan Jongin pun ikut merasakan sakitnya. Ia bisa melihat bahwa tindakannya telah membuat Soojung semakin sakit.

Maka, saat sekali lagi gadis itu mencoba menciumnya. Ia tidak menolak. Tapi ia juga tidak membalas ciumannya, hanya diam tanpa melakukan apapun, membiarkan Soojung melakukan apa yang ia mau. Tapi saat ia merasakan lidah Soojung masuk ke mulutnya, tanpa sadar ia mendesah dan mengeratkan pelukannya.

Mulut Soojung terasa aneh, percampuran antara manis-pahit dari alkohol dan asin dari banyaknya air mata yang mengalir masuk. Jongin selalu membayangkan mulut Soojung terasa manis, seperti strawberry atau whipped cream, dan mungkin memang seperti itulah rasanya kalau sedang tidak bercampur dengan alkohol dan air mata.

Betisnya menabrak sesuatu, dan ia membuka mata sedikit untuk mencari tahu benda apa itu. Ia terkejut begitu sadar bahwa benda itu adalah tepi ranjangnya, dan mereka telah sampai di kamarnya. Soojung mendorong dadanya dan ia terjatuh ke belakang, sementara gadis itu ikut jatuh bersamanya.

Bibir Soojung meninggalkan mulutnya dan mulai menjelajahi garis rahang dan lehernya.

Nafas Jongin kini menjadi cepat, nyaris terengah-engah, saat Soojung menciumi lehernya, terkadang menggunakan lidahnya dan menggoreskan giginya ke kulit di sekitar sana. Ia menggertakan gigi, menolak untuk ikut terbawa suasana saat gadis itu mulai menggigit-gigit tulang selakanya dengan ringan. Soojung sedang tidak menjadi dirinya sendiri, ia mengingatkan diri sendiri.

Ia tetap bergeming saat bibir Soojung kembali ke mulutnya, tapi saat gadis itu mulai membuka kancing kemejanya satu persatu, nafasnya tercekat. Kedua tangan mungil Soojung meraba-raba dadanya, sementara bibirnya terus bergerak diatasnya dan lidahnya bermain dalam mulutnya. Nafas Jongin terengah-engah, berat, ketika Soojung beralih ke bahunya. Ia tidak bisa berpikir, semua pikirannya tercecer, tapi ia takkan membiarkan dirinya terbawa suasana toh Soojung sedang mabuk dan pasti akan kolaps sebentar lagi. Saat gadis itu mulai menjelajahi daerah dada dan perutnya dengan bibirnya dan menarik-narik ikat pinggangnya, Jongin mencengkeram seprai dalam kepalan tangannya dan memejamkan matanya kuat-kuat. Semakin sulit untuk menarik nafas sekarang, tetapi nafasnya benar-benar tertahan saat Soojung membisikkan sebuah nama.

“Minho…”

Mata Jongin terbuka, dan ia sadar bahwa Soojung telah berhenti menciumnya, kini memandang wajahnya dengan mata berkaca-kaca.

“Minho…” panggilnya lagi, membuat Jongin bingung. Tangan gadis itu memegangi wajahnya, air matanya menetes ke pipinya. “Minho, jangan pergi, jangan tinggalkan aku…”

Saat itu, dua hal terjadi pada laki-laki itu. Pertama, ia sadar bahwa Soojung sedang berhalusinasi, dan yang dilihatnya adalah Minho, bukannya Jongin. Kedua, langit runtuh, dunia hancur, jantungnya gagal berdegup. Telinganya menjadi tuli pada suara di sekitarnya kecuali suara Soojung.

“Minho…Minho, kenapa kau pergi? Kenapa?” ratapnya pada Jongin yang masih bergeming. Gadis itu terlihat begitu hancur, begitu patah seakan tak bisa diperbaiki lagi. Dengan erangan putus asa, ia kembali menciumi bibir Jongin ganas, sementara laki-laki itu menatap langit-langit dengan pandangan kosong tanpa sedikitpun menghiraukan Soojung.

“Katakan sesuatu,” bisik gadis itu pada Jongin, dan matanya terfokus dan beralih kewajah Soojung yang penuh air mata. “Lakukan sesuatu, kumohon. Minho, ada apa denganmu? Minho…”

Jongin sudah tahu, sudah tahu dari awal bahwa Soojung melakukan hal ini bukan karna ia menginginkannya, bukan karna gadis itu juga mencintainya, melainkan hanya sekedar pelarian dari masalahnya. Dan masalah itu memiliki sebuah nama : Choi Minho. Tapi ia telah membiarkan hati kecilnya dengan bodoh berharap bahwa mungkin saja, mungkin, dihati Soojung yang terdalam tersimpan sedikit saja perasaan untuknya. Anggapan itu salah, tentu saja, karna seluruh sudut hati gadis itu telah terisi oleh Minho. Minho yang tampan, cerdas, baik hati… Siapa yang akan melihat Kim Jongin ketika Choi Minho berada diruangan yang sama?

“Minho, lakukan sesuatu” pinta Soojung. “Katakan sesuatu demi Tuhan! Aku menginginkanmu, bercintalah denganku—“

Pikiran Jongin kembali terfokus saat Soojung mulai menariki kancing-kancing pakainnya sendiri. Laki-laki itu mencengkeram tangannya, menghentikan prosesnya membuka blusnya.

“Lepaskan aku!” bentaknya meronta-ronta. Jongin menggertakan gigi, air matanya sendiri menusuk-nusuk matanya, membuatnya perih.

“Lepaskan aku…” bisik Soojung, perlawanannya melemah, hingga akhirnya ia diam tak bergerak. Setetes air mata meluncur dari mata Jongin saat ia mendekap sahabatnya itu kedadanya. “Minho, aku mencintaimu. Aku mencintaimu Minho. Tidakkah kau mencintaiku juga? Bukankah kau sudah mengatakannya berkali-kali? Kenapa kau pergi?”

Jongin membiarkan Soojung menangis tersedu-sedu didadanya, sementara air matanya sendiri terus mengalir deras. Gadis itu menangis hingga akhirnya tertidur dalam pelukan Jongin. Meskipun sudah pulas, cengkeraman gadis itu pada bajunya tidak melonggar, hingga akhirnya Jongin memutuskan untuk berbaring di sampingnya dan ikut tertidur.

Pikiran terakhir Jongin sebelum terlelap adalah betapa miripnya mereka, betapa ironisnya semua ini. Dua orang sahabatnya yang saling sayang menyayangi, namun pada saat bersamaan saling menyakiti, hingga pada akhirnya mereka hanyalah dua orang dengan hati yang telah hancur berkeping-keping dan takkan pernah bisa disatukan kembali.

-The End-

Author Note : Hi readers! Uumm ini ff pertama aku semoga kalian suka jangan lupa comment nya yaa !! Love love (sebenernya aku benci angst T.T)

24 thoughts on “[Freelance] Broken

  1. WHAAAAATTTTTT THE HELLLLLL! EPIIIIIIT INI FF YG PERNAH AKU BACA DIBUKUMUUU hahahahaha udah lama lupa ceritanya, tapi feelnya dapet lagi sekarang, jongin udah sama aku ajaaaa!!! epit epit epit i hate youuuuzzzz

    Like

  2. Asdfghjlkl kak aku lagi puasa terus baca yg beginian, yaallah batal ga ya wkwk.
    Kasian jongin jadi pelarian, sini sama aku aja sayang😘

    Like

  3. Tumben jongin nolak rejeki -__- biasanya langsung hantem…. Haaddooohhh ini tanggung,kalo kata bisul tinggal nunggu bucat tapi ga bucat bucat (?) Versi chapternya cepet keluarin dong.. Kece ni ffnyaaaaa

    Like

    • Aduh bisull hahaha tapi kan jongin nya lagi puasa makanya dia nolak rejeki (?) wkwk iya nanti coba di buat versi chapter nya thanks ya udah bacaa

      Like

  4. “Minho yang tampan, cerdas, baik hati…
    Siapa yang akan melihat Kim Jongin ketika Choi
    Minho berada diruangan yang sama?” aku lah, aku. jongin mah udah number 1 kecuali tiba tiba kris balik gitu ke exo #ya #geplaked #membuka #luka #lama

    ya kalau jadi jongin sakit juga sih semacem rebound doang anjay kalo udahan langsung dilupain hiks i feel ya:”””) soojung belajarlah hargai diri sendiri jangan kayak gitu kaka.pas depresi minta dijamah kesian aa jongin:””) udahlah lupain aja minhondan tengoklah dimana jongin berada #mancayyyy

    Like

  5. huaaaaaa*nangisdipelukanKAI… kasian sekalI itu my kkamjong 😦 sini sini sama aku aja*plakk. nice ff thor.. kalau bisa ada sequelnya gak??? hehehe

    Like

  6. Asli speechless.
    Bagus banget penggambarannya. Aku suka. Smuanya begitu detail. Tapi, jujur aku kurang paham sama kalimat Jong In yang di paragraf terakhir. Yang di maksud ‘dua sahabatnya’ itu si Minho?
    Over all, GOOD ^^ like it

    Like

  7. Baca genre ginian pas lg tengah malem pas bgt…..
    Tapi aku suka ceritanya,feelnya dpt bgt aku kasian sm jongin:(:( eh tapi pas bagian awal aku rada bingung sm adegan yg naro mug ituloh…

    Like

Arcadian's Say