THE DECISION [Chapter 11]

Genre: Marriage Life | Length: Series | Rating: PG15+ | Main Casts: Kim Jongin, Jung Soo Jung, Oh Sehun, Choi Jinri and other casts will be mentioned in the following story | Author: nurrinnocent |Twitter/IG:@nurrinnocent| Blog:sweetlollipop2810.wordpress.com

Disclaimer: All the casts belong to themselves, SME, GOD & their parents. The story line is mine, NO BASH! and COPAST isn’t allowed without my permit. HAPPY READING! ^^

Recommended song: WINNER – Color Ring

.

.

.

© Nurry Permana Storyline 2014

© Inandrian Artwork 2014

Teaser | Chapter [1] | [2] | [3] | [4] | [5] | [6] | [7] | [8] | [9] | [10] | [11] | [12]

***

Soojung terbangun dari tidurnya dan segera menuju ke dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi. Matanya terbelalak ketika melihat setangkai bunga mawar tergeletak diatas meja makan. Ia mengambilnya perlahan lalu memandangi bunga tersebut, sebuah senyuman menyungging dari bibirnya saat ia melihat sebuah kartu berwarna merah mawar tergantung pada tangkai bunga yang ia pegang.

Soojung membaca tulisan yang ada pada kartu tersebut.

Let’s start our new day, and forget about the past. Good morning, my wife…

Soojung tertawa pelan, ia tak mengerti harus bahagia atau pun geli melihat tingkah Jongin padanya. Mereka seakan seperti pasangan anak muda yang sedang dimabuk cinta. Pernyataan Jongin seminggu yang lalu membuatnya yakin untuk memulai hidup baru bersama pria tersebut sebagai pasangan suami-istri.

Jongin bahkan telah mempersiapkan sebuah hadiah perjalanan bersama ke Maldive, lusa. Ia tak tahu harus menyebut itu apa namun bisa dikatakan itu adalah honeymoon mereka untuk pertama kalinya setelah 3 tahun  menikah.

Soojung memang masih tidur dalam kamarnya, pun Jongin yang melakukan beberapa cara untuk membuat wanita tersebut mendiami kamar miliknya dan menjadikan ruangan itu sebagai kamar mereka berdua namun selalu gagal.

Wanita itu memang sedang menguji Jongin karena dia hanya tak ingin melakukan semua hal menyenangkan bersama suaminya terlalu cepat. Ia tak ingin Jongin berfikir bahwa ternyata mendapatkan hati seorang Jung Soojung akan sangat mudah.

Kau pun harus sedikit berusaha, Kim Jongin…

Pagi itu, perlahan seorang pria keluar dari kamarnya dengan wajah khawatir. Dia berjalan menuju seorang wanita yang masihi tersenyum memegangi setangkai mawar ditangan kirinya.

“Aku rasa kamarmu butuh renovasi.”

“Tak ada yang harus direnovasi, Kim Jongin-ssi” Goda Soojung.

“Apa kau tak merasa bahwa angin terlalu sering masuk kedalam ruanganmu melalui celah jendela besar yang ada dikamarmu?” Kata Jongin asal.

“Aku suka angin.” Sahut Soojung asal.

“Ah…arrasseo…” Jawab Jongin.

“Soojung-ah, apakah kau tak bosan dengan warna cat kamarmu? Kita bisa  menggantinya kalau kau mau.” Jongin pun tak berhenti sampai disitu saja.

“Hmm…aku rasa kau benar, aku mulai bosan dengan warna pastel itu.” Soojung mengerucutkan bibirnya, terlihat raut muka Jongin berubah  cerah.

Soojung pun menajamkan pandangannya pada pria itu dan lantas mencubit pelan perut Jongin, seketika sebuah teriakan terdengar.

“Pervert!” Gumam Soojung.

“Arra…arra, ternyata aku telah benar-benar jatuh cinta pada wanita sepertimu Jung Soojung.”

“Jangan buat aku terlalu menderita.” Rengek Jongin.

“Don’t make any aegyo please, Kim Jongin-ssi…” Sahut Soojung lantas mempersiapkan sarapan pagi.

“Entahlah tapi sepertinya penyakitku masuk fase selanjutnya.”

“Aku tak akan pernah membuatmu semakin parah.” Balas Soojung.

“Bagaimana jika ternyata kau lah orang yang akan membuat penyakitku memasuki fase terparah?”

Soojung menggeleng dan tersenyum.

“Never…” Gumamnya lirih dan melanjutkan kegiatan memasaknya.

“Soojung-ah, benarkah kau tak ingin merenovasi kamarmu uh?”

Soojung lantas menatap tajam pria tersebut dan mengangkat sebuah spatula.

“Arrasseo…”

“Aku harap Maldive adalah pilihan terbaik.” Gumam Jongin.

“Aku belum berkata setuju untuk liburan itu.” Goda Soojung.

“Baiklah maka kau akan melihat Jongin yang dingin seperti dulu.” Jawab Jongin asal.

“Aku rasa tak akan pernah terjadi, karena aku bisa merasakan perasaan yang dulu pernah aku rasakan.”

“Baiklah kau menang.” Sahut Jongin sehingga Soojung pun tertawa.

“Kau tahu? Ternyata melihatmu tertawa memberiku sebuah perasaan bahagia. Entahlah, sepertinya aku menyukai tawa itu.” Goda Jongin.

“Okay, we will go to Maldive this week.” Sahut Soojung.

“YES!” Sahutnya bersemangat.

*****

“Maldive?” Sahut Sehun.

“Ya, hari ini aku akan berangkat kesana bersamanya.”

“Aku senang mendengar itu semua Soojung-ah…” Sahut Sehun.

“Bagaimana keadaan Jihun?” Tanya Soojung khawatir karena dia tak akan bisa menunggui operasi yang akan dilakukan anak tersebut.

“Maaf, aku tak bisa berada disana.”

“Gwenchana, kau sudah terlalu baik untuk keluarga kami.”

“Kau selalu membantu Jinri menemani Jihun dan kali ini aku rasa orang tuanya lah yang harus menemaninya.” Perjelas Sehun.

“Katakan padaku jika semuanya sudah selesai dan juga keadaan Jihun.” Soojung menatap Sehun yakin.

Pria itu tersenyum dan mengangguk.

“Pasti, Jihunee-eomma…”

“Aku sangat rindu sekali dia memanggilku seperti itu, berteriak dan berlari kearahku.” Sahut Soojung.

“Baiklah, aku harus segera pergi.”

“Sore ini pesawatku akan berangkat.” Kata Soojung.

“Salam untuk Jihunee-eomma…” Tambahnya.

Sehun mengangguk dan melambaikan tangan kanannya.

*****

Soojung tersenyum bahagia, memandangi pemandangan disekitarnya yang hanya terlihat indahnya lautan sepanjang mata memandang. Jongin pun perlahan melangkah mendekati Soojung. Matahari perlahan meredup, senja pun akan segera datang. Wanita itu menikmati keindahan yang ada dihadapannya.

“Kau menyukainya?” Tanya Jongin.

“Aku tak pernah tahu pria sepertimu sangat seromantis ini.”

“Dan aku tak pernah menyangka kau bisa membuatku gila.” Sahut Jongin.

“Soojung-ah..”

“Uh?”

“Can I just ask something crazy?”

Soojung mengangguk.

“Siapa dan kapan ciuman pertamamu?” Tanya Jongin dengan polosnya.

Pipi Soojung pun memerah, ia harus mengingat kejadian menyakitkan itu lagi. Namun ia pun tak bisa memungkiri bahwa itu juga merupakan kejadian terbesar dalam hidupnya.

“Saat aku kuliah?” Goda Soojung.

“Ah, SMA?” Tambahnya.

“Atau mungkin saat aku masih kecil?” Soojung mencoba berfikir, terlihat raut muka Jongin yang memerah padam.

“Apa kau tahu bahwa ciuman pertamaku adalah bersamamu!” Seketika Jongin pun berteriak, membuat Soojung terkaget dan tersenyum.

“Really?”

“Baiklah aku tahu malam itu aku benar-benar bodoh.”

“Jangan mencoba menghukumku, agasshi…” Kata Jongin.

“Kau juga adalah orang pertama itu, Kim Jongin.” Sahut Soojung.

“Uh?” Sahut Jongin.

“Meskipun sebenarnya ciuman itu adalah ketidaksengajaan tapi…” Terlihat kesedihan dalam raut wajah Soojung.

“This is our first kiss then…” Jongin mengait cepat pinggul Soojung dan melayangkan sebuah ciuman hangat sepertinya senja Maldive sore itu.

Mereka tenggelam dalam kehangatan, menikmati setiap kecupan dari bibir mereka. Tak ada paksaan, tak ada ketidaksengajaan, hanya luapan cinta yang mereka sampaikan melalui sebuah kecupan-kecupan lembut.

Soojung pun melepaskan tautan itu, memandangi Jongin yang masih menatapnya hangat. Mereka tersenyum. Jongin menyingkirkan surai rambut yang menutupi wajah cantik Soojung.

“May I?” Kata Jongin lirih.

“Not tonight, Kim Jongin.” Jawab Soojung.

“Baiklah, kali ini aku yang akan menunggu.” Jongin tersenyum, ia kembali mendekatkan hidungnya tepat menempel ujung hidung Soojung, mengecup cepat bibir wanita tersebut dan memberikannya sebuah pelukan.

*****

Tak ada senyuman pada wajah Sehun serta Jinri. Kedua mata Jinri membengkak, sembab dan tak bisa melihat jelas pemandangan yang ada dihadapannya saat ini. Wanita itu menggunakan pakaian hitam serta pita putih pada rambutnya, sedang Sehun memakai setelan jas hitam dengan pita di lengannya. Semua telah berakhir, penderitaan yang dialami anak laki-laki mereka satu-satunya, Oh Jihun kini telah usai. Dia telah berada di sisi Tuhan, mendapatkan tempat yang layak disana tanpa merasakan sakit yang selama ini ia rasakan. Sehun mengusap pelan bahu Jinri, mencoba menguatkan wanita sekaligus ibu dari anaknya.

Operasi yang dijalani Jihun gagal, mengakibatkan nyawa anak tersebut tak bisa tertolong. Jihun meninggal pada minggu siang dan dimakamkan keesokan harinya. Terlihat beberapa relasi kerja Sehun serta Jinri datang pada pemakaman anak mereka serta beberapa teman-teman Jihun di taman kanak-kanak tempat Soojung mengajar.

Soojung-ah, jika semua sudah selesai bisakah kau segera pulang? Jihun ingin melihat senyumanmu.

Sehun mengetahui bahwa pesan yang dia kirim tak akan wanita itu baca setidaknya setelah Soojung menyelesaikan liburannya di Maldive. Dia tahu bahwa liburan tersebut adalah merupakan honeymoon pertama wanita itu bersama Kim Jongin.

Sehun hanya ingin menjalankan apa yang sudah Soojung pinta padanya. Dia hanya ingin wanita itu segera mengetahui bahwa Jihun telah tenang disisi Tuhan saat ini.

****

Jinri membereskan beberapa barang-barang milik Jihun untuk ia kemasi. Sebenarnya wanita itu tak ingin satu pun dari barang tersebut berpindah dari kamar itu, namun apa yang bisa ia lakukan selain menghilangkan kesedihannya sebagai seorang ibu yang kehilangan anaknya selain dengan menyimpan rapi semua kenangan yang telah mereka lalui semasa tawa Jihun masih terdengar.

Wanita itu meraih sebuah pigora berisi sebuah foto dirinya serta suaminya, Sehun bersama mendiang Jihun. Terlihat senyum lebar dari anak tersebut, tak ada rasa sakit yang ia rasakan saat itu. Ia sangat menyesali perannya sebagai seorang ibu yang tak bisa menghabiskan waktunya bersama Jihun.

Jinri merengkuh foto lain, sebuah foto Jihun kecil yang masih berumur 2 bulan. Sehun tersenyum kaku, pria itu terlalu takut untuk menahan tubuh anaknya yang masih terlalu kecil dan rapuh. Itu adalah kali pertamanya seorang Oh Sehun merengkuh tubuh Jihun disaat dia merasa sangat takut untuk menahan tubuh anak tersebut.

“Kau bahkan terlahir sangat sehat 5 tahun yang lalu, eomma sangat bahagia ketika mendengar tangisanmu.” Gumamnya.

Jinri mendekap foto tersebut dan perlahan air matanya kembali menetes. Wanita itu kembali membereskan satu demi satu barang-barang Jihun. Pakaian, mainan, serta coretan-coretan gambar milik Jihun untuk ia tempatkan pada beberapa kardus dan ditempatkan di ruang penyimpanan apartement mereka.

Jinri mengusap air matanya perlahan, mencoba menguatkan dirinya sendiri hingga ia pun tanpa sadar menyentuh sebuah kamera pada meja belajar Jihun hingga membuatnya terjatuh ke lantai.

Dengan sigap wanita itu segera mengambil kamera tersebut dan memandanginya. Ia tahu betul bahwa Jihun sangat menyukai untuk menyentuh tombol potret kamera tersebut. Sebuah senyuman menyungging pada ujung bibir Jinri.

Ia mengusap perlahan kamera tersebut. Sebuah kamera digital berwarna biru langit, warna kesukaan Jihun, putranya. Perlahan ia menekan tombol on pada kamera tersebut dan memperhatikan beberapa foto didalamnya, sampai pada akhirnya senyumnya meluntur ketika melihat sebuah foto yang membuata ulu hatinya seketika tersayat.

Beberapa foto yang harus ia lihat disaat hatinya rapuh paska ditinggalkan putra satu-satunya. Hatinya tersakiti ketika harus melihat beberapa foto dimana seorang wanita dan pria tersenyum lebar dan tertawa serta bercanda bersama disebuah amusement park, sebuah tempat favorit mendiang putranya, Jihun.

Tangan Jinri bergetar, tak ada air mata lagi yang keluar dari mata sembabnya. Kali ini, hanya ada letupan-letupan api yang mulai menyeruak mengisi seluruh ruang hatinya. Ia terlalu munafik jika tak merasa tersakiti akan sebuah foto yang ada dalam kamera digital milik mendiang Jihun. Semua istri pasti akan tersakiti jika melihat suaminya tertawa, bercanda dan tersenyum lebar dengan wanita lain.

Ia bertahan selama ini hanya untuk anaknya. Semua ego yang ada pada dirinya ia coba runtuhkan demi keharmonisan keluarga kecilnya. Kali ini untuk siapa dia harus bertahan?

Jihun telah mendapat tempat bahagia disisi Tuhan. Apakah dia harus bertahan demi pria yang dia cintai? Kenapa Jinri harus bertahan untuk seorang pria yang bahkan diam-diam menjalin sebuah hubungan dengan wanita lain?

Semua perasaan tersebut berkecamuk dalam batin Jinri.

Ia mencoba untuk melawan kecemburuannya, namun gagal. Jinri terlalu rapuh untuk berusaha tegar.

*****

Jongin mempersiapkan sebuah makam malam romantis di malam berikutnya. Ditemani lilin-lilin yang menerangi sepanjang jalan meja makan, Jongin pun memastikan semuanya sudah siap sebelum wanita yang ia cintai datang.

 Perlahan ia melihat seorang wanita berjalan perlahan menggunakan sebuah gaun yang membuatnya tercengang. Jongin mengingat sebuah gaun yang bahkan ia sendiri telah melupakan benda itu. Sebuah gaun yang pernah ia beli untuk hadiah 3 tahun pernikahan mereka.

 Ada sedikit perasaan kecewa dalam diri Jongin karena ia tak pernah member benda itu secara langsung pada wanita tersebut. Bahkan ia tak pernah tahu bagaimana Soojung bisa menerima benda itu.

Semua rasa kecewa yang ia rasakan terbayar dengan keanggunan Soojung malam itu menggunakan minidress berwarna putih, membuat lekukan tubuhnya terlihat jelas. Soojung mempunyai bentuk tubuh yang indah, namun wanita itu hanya menyukai style chic untuk pakaiannya.

Terlihat Soojung merapikan mini dress yang ia pakai. Jongin bisa melihat raut muka Soojung yang tak nyaman memakai pakaiannya. Sebuah senyuman merekah di bibir Jongin.

“Tak terbiasa memakai itu, Nyonya Kim?” Goda Jongin.

“Aku bisa menahannya untukmu.” Sahut Soojung lalu tersenyum.

“Aku harap kau menyukai kejutan ini.”

Soojung pun tersenyum melihat beberapa masakan yang pria itu masak sendiri untuknya. Soojung pun meminum segelas whine bersama Jongin dan mulai menikmati steak yang suaminya masak.

“Kenapa  kau tak pernah bilang bahwa kau pintar memasak, uh?” Kata Soojung setelah mengunyah potongan kecil steak.

“Karena aku suka jika kau yang memasak, memperhatikanmu setiap pagi berkutat di dapur, kebingungan menambahkan beberapa bumbu, semua itu terlihat menyenangkan.”

“Ah, ternyata kau lebih suka melihatku menderita.” Sahut Soojung.

“Just forget about the past, Soojung-ah.” Kata Jongin.

“Baiklah, maaf…” Soojung puun tersenyum dan memegang pelan tangan Jongin.

“Apakah kau tahu bahwa Jung haraboeji, Sooyeon noona, Kris hyung, eomma mu bahkan menuntutku untuk member mereka cicit, keponakan, dan cucu bagi mereka masing-masing.”

“Pardon me?” Soojung pun terhentak ketika mendengar kalimat Jongin.

“Aku yakin kau tahu itu semua Jung Soojung.” Jongin tersenyum.

“Ada yang mengatakan bahwa anak adalah buah kasih sayang seorang suami untuk istrinya.”

“Tidak bisakah aku memberimu tanda tersebut?”

Kalimat Jongin membuat Soojung semakin terdiam, tak bisa dipungkiri ia bahkan menginginkan kehadiran seorang anak dalam kehidupan pernikahan mereka. Apalagi hubungannya dengan Jongin pun telah membaik, perlahan.

Soojung masih terdiam, mencerna semua kalimat Jongin dan mencoba menghapus semua egonya. Dia sangat mencintai Jongin, dia hanya ingin mencoba untuk membuat pria tersebut sedikit berusaha kali ini. Namun semuanya terhapuskan oleh kalimat yang baru saja ia dengar.

Sebuah senyuman terlihat dari sudut bibir Soojung.

“Aku benar-benar tulus untuk berusaha menjadi suami terbaik untukmu.”

“Jika kau pikir semua terlalu cepat maka, aku akan menunggu.” Jongin tersenyum, ada kesedihan dalam raut wajahnya.

“Semua kalimat yang baru saja kau ucapkan membuatku yakin bahwa semua telah berubah Kim Jongin.”

“Bisakah?” Jongin menatap yakin Soojung.

Wanita itu masih terdiam sebelum akhirnya sebuah senyuman terlihat di bibir Jongin setelah mendengar kalimat yang Soojung ucapkan padanya.

*****

A/N:

Mianhe…mianhe…hajima…kalo ngadat post lanjutan FF ini, semoga nggak muntah bacanya wqwqwq^^ jangan lupa komentarnya karena next chapter bakalan aku PROTECT hahaha upss sawry soalnya main NC :” karena si Jongin udah ngebet :DDDD

Oh ya cara minta password bisa langsung ke akun pribadiku ya, sekali lagi langsung ke aku bukan tanya ke admin or staff KFI lainnya soalnya mereka juga banyak kerjaan so, you better ask me

Buat request password bisa langsung mensyen or yg udah berteman di line or twitter langsung nge dm aja or personal chat

Syarat:

1.Bilang udah komentar di chapter mana aja + username kalian kalo komen ff ini

2.Kasih tanggapan kalian soal ff ini kenapa kalian pengen dapet password THE DECISION soalnya……….

3.Dilarang ngeluh or ngeyel or marah or apalah kalo ga dapet password soalnya kan dari awal aku udah bilang tergantung respon kalian buat ini FF. Sorry aku bikinnya bener-bener bukan sekedar copast atau asal ambil ide orang tp MURNI hasil pemikiranku jadi aku cuma pengen dihargai lewat komentar kalian disetiap chapter, pun aku udah kasih keringanan komentar mulai chapter 5 it’s okay that’s love wqwqwq so yg komentar setelah baca banyak dan cuman di review di satu chapter duh puhlease boleh nggak aku nanti ngelanjutin FF ini langsung aku skip gt? wkwkwk

Line: nurrinnocent

Twitter: @nurrinnocent

Email (ga yakin bisa bales cepet) : nurry.permana7@gmail.com

MUAAAAAAAAH :*