THE DECISION [Chapter 10]

Genre: Marriage Life | Length: Series | Rating: PG15+ | Main Casts: Kim Jongin, Jung Soo Jung, Oh Sehun, Choi Jinri and other casts will be mentioned in the following story | Author: nurrinnocent | Twitter/IG:@nurrinnocent| Blog:sweetlollipop2810.wordpress.com

Disclaimer: All the casts belong to themselves, SME, GOD & their parents. The story line is mine, NO BASH! and COPAST isn’t allowed without my permit. HAPPY READING! ^^

Recommended song: WINNER – Color Ring

.

.

.

© Nurry Permana Storyline 2014

© Inandrian Artwork 2014

Teaser | Chapter [1] | [2] | [3] | [4] | [5] | [6] | [7] | [8] | [9] | [10] | [11]

***

“Soojung-ah, ada hal yang ingin aku katakan padamu.”

“Hal yang sangat penting.” Tambah Sehun.

Sehun mencoba untuk mengatakan semua rahasia yang telah ia pendam selama ini bahwa ia mengenal Jongin,  suami Soojung, sahabatnya. Sehun mencoba mengatakan bahwa dia mengenal suami wanita itu dengan sangat baik. Sehun ingin berkata jujur tentang semua masalalu yang pernah ia alami bersama suaminya itu.

Sehun merasa bersalah telah menyembunyikan hal penting itu dari Soojung.

“Hal penting?” Tanya Soojung.

“Ya, hal yang telah aku sembunyikan selama ini bahwa sebenarnya…”

Sehun menatap Soojung yakin. Beberapa detik, ia mencoba melanjutkan kalimatnya.

“Aku mengenal suamimu….”

Soojung memandangi Sehun dengan penuh tanda tanya. Semua pertanyaan tiba-tiba muncul dalam otaknya, namun semua itu hilang setelah dia mendengar nada panggil dari ponselnya.

Kim Jongin.

Laki-laki itu menghubungi Soojung.

“Hallo…” Soojung mengangkat alisnya lalu memberikan tanda untuk Sehun bahwa itu adalah panggilan penting untuknya.

“Kau sudah didepan?” Tambahnya.

“Maaf aku tadi tak mengetahui semua panggilanmu.” Katanya kecewa.

“Baiklah aku akan segera kesana.” Soojung tersenyum.

“Sehun-ah, sepertinya aku harus segera pergi.”

“Suamiku sudah menungguku.” Soojung tersenyum hangat, Sehun hanya mengangguk pelan membiarkan wanita itu pergi.

“Mungkin lebih baik dia tak pernah mengetahui semua ini, karena itu yang terbaik untuknya dan perasaannya.” Gumam Sehun.

Soojung berjalan pasti dengan sesekali mengusap kedua tangannya untuk mengurangi dingin. Jongin dengan segera membukakan pintu mobilnya dari dalam. Wanita itu masuk, tersenyum.

“Maaf membuatmu menunggu.” Kata Soojung sambil memasang sabuk pengaman disampingnya.

“Tidak apa-apa, lagipula tadi aku tak sengaja bertemu dengan seseorang yang aku kenal.” Jongin menatap Soojung.

“Uh?” Sahut Soojung.

“Apa kau tak lapar?” Jawab Jongin tanpa mempedulikan Soojung yang terlihat kebingungan dengan perkataannya.

“Ah…bagaimana kalau kita ke restaurant eomma?” Tanya Jongin.

“Sebenarnya aku sedang ingin memakan sesuatu, tapi…apa kau tak keberatan menemaniku…”

“Tidak” Jawab Jongin cepat.

Soojung tersenyum.

“Aku ingin tteokbokki…dan kimbap tuna…” Katanya perlahan.

……….

“Bagaimana keadaan anakmu?” Tanya Jongin pada Sehun yang terlihat sedang sibuk mengerjakan beberapa deadline.

“Ah, kau…” Sahutnya lalu menghentikan kegiatannya.

“Cukup stabil, aku rasa tiga hari lagi operasinya akan segera dimulai.” Sehun tersenyum yakin.

“Maaf karena membuat Soojung sering menunggui anak kami.” Tambahnya.

“Bagaimana mungkin aku melarangnya, dia menyukai untuk melakukan hal itu.”

“Ya…apakah menjadi seorang ayah benar-benar menyenangkan?” Tanya Jongin tiba-tiba membuat Sehun terdiam sesaat lalu tersenyum.

“Sangat menyenangkan! Terkadang kau akan merasa bahwa anakmu sendiri bisa menyerap semua kesedihanmu. Semua lelah dan semua penat yang kau rasakan dalam hidupmu seketika musnah ketika kau mendengar tawa anakmu.” Jawab Sehun, kali ini Jongin terdiam.

“Menjadi seorang ayah adalah hal wajib yang harus dirasakan oleh seorang pria.” Jelasnya.

“Jongin-ah…”

“Uh?”

“Apakah yang dikatakan Jinri benar? Apa kau benar-benar sudah….” Sehun menghentikan kalimatnya.

“Aku rasa itu yang terbaik, untuk kita semua.”

“Biarkan seperti itu, karena aku rasa ada sosok lain yang perlahan menyembuhkan semua luka dimasa laluku.”

“Soojung?” Sahut Sehun.

“Kau hanya perlu fokus pada pekerjaanmu disini, soal semua yang aku rasakan bukan menjadi urusanmu.” Kata Jongin sarkastik, perlahan tersenyum lalu beranjak dari ruangan Sehun.

“Kau memang tak pernah berubah sekalipun, Kkamjong-ah…” Gumam Sehun lantas tersenyum, menggeleng perlahan dan kembali melanjutkan kegiatannya.

Jongin terdiam memandangi foto yang terpampang jelas di meja kerjanya. Dia terdiam, terus memandangi benda tersebut dengan kedua tangannya menyangga dagunya.

“Aku bahkan terlalu terlambat menyadari bahwa ternyata hidupku telah berada bersama malaikat sepertimu, Soojung-ah.” Jongin tersenyum.

“Maaf membuatmu terus menunggu…” Gumamnya lalu mengambil foto tersebut.

Foto pernikahan mereka berdua.

“Sajangnim…”

Seseorang tiba-tiba saja memasuki ruangan Jongin.

“Ada apa?” sahutnya.

“Sepertinya anda harus segera menuju perusahaan pusat didaerah gangnam.”

“Ada tamu besar yang harus anda temui.” Tambahnya.

“Kenapa kau baru saja memberitahuku?” Kata Jongin sedikit kesal pada sekretarisnya tersebut.

“Maafkan saya…” Wanita tersebut menunduk.

“Baiklah, cepat kau persiapkan semuanya karena 5 menit lagi aku akan menuju ke kantor pusat.”

“Luna-ssi…” Jongin menghentikan langkah wanita itu.

“Jangan lupa beritahu Kyungsoo untuk segera menuju ke kantor pusat sekarang.”

“Baik…” Jawab wanita tersebut lalu keluar menuju ruangan Kyungsoo.

“Tamu penting?” Gumam Jongin.

“Oh shiiiiiiit….” Umpatnya pelan.

“Aku lupa untuk yang satu ini!!!!” Dia segera beranjak dari tempatnya dan menuju ke kantor pusat miliknya di daerah Gangnam.

Jongin segera merapikan dasinya yang terlihat sedikit mengendur. Dia berjalan dengan pasti bersamaan dengan Kyungsoo yang berada dibelakangnya. Dia berhenti sejenak dihadapan pintu ruangan lama miliknya, menghela nafasnya perlahan sebelum akhirnya Kyungsoo memegangi kenop pintu ruangan tersebut.

“Kau siap?” Tanya laki-laki tersebut.

Jongin mengangguk yakin.

Pintu ruangan tersebut terbuka, terlihat seorang laki-laki berdiri memandangi pemandangan lalu lalang kendaraan kota Seoul dari kaca dalam ruangan tersebut.

Jongin dan Kyungsoo membungkuk hormat lalu memberikan salam mereka.

“Maaf, membuat anda menunggu.” Kata Jongin.

“Kau selalu seperti itu, Kim Jongin.” Sahut laki-laki tersebut terkekeh lalu memalingkan tubuhnya perlahan.

“Selalu saja terlambat untuk hal-hal penting dalam hidupmu.”

“Menikahi cucu kesayanganku misalnya.”

Laki-laki itu pun tertawa keras sehingga membuat Jongin dan Kyungsoo mengikuti irama tawa dari laki-laki tersebut.

“Kalau boleh saya tahu untuk apa kakek datang kemari lebih awal?” Jongin mempersilahkan lelaki tua tersebut untuk duduk, diikuti dengan Kyungsoo serta dirinya.

Lelaki tua itu pun meletakkan tongkat bantu miliknya menyandar pada sofa tersebut, ia lantas merebahkan tubuhnya menyandar.

“Kyungsoo-ah…apa kau belum meberitahu laki-laki ini?”

Kyungsoo pun seketika memucat, dia bahkan benar-benar lupa untuk menyampaikan suatu hal pada laki-laki itu. Kyungsoo adalah mantan kepala direksi dalam salah satu perusahan 3 terbesar di Asia milik laki-laki tua bermarga Jung tersebut. Untuk itu, lelaki tua tersebut mempercayai Kyungsoo untuk mengintai setiap progress yang dibuat oleh Jongin dalam perusahaan milik sahabatnya dulu, Kim Jong Il, kakek Jongin.

Namun kali ini ia benar-benar kecewa karena Kyungsoo melupakan hal penting.

“Maafkan saya, saya benar-benar lupa untuk menyampaikan hal tersebut pada Kim Jongin sajangnim.”

Jongin semakin terdiam akan kalimat Kyungsoo.

“Kim Jongin sajangnim maafkan saya karena telah…”

“Sudah…sudah…” Sahut lelaki tersebut menghentikan kalimat Kyungsoo.

“Kau boleh keluar, aku akan menyampaikan hal ini padanya.” Lelaki tersebut memberikan tanda pada Kyungsoo untuk segera keluar dari ruangan tersebut.

“Jongin-ah…”

“Kau tahu kan aku sangat bersahabat baik dengan kakekmu?”

“Tapi sayang dia harus meninggalkanku terlebih dahulu.” Lelaki tersebut menunduk.

“Kakek Jung…”

“Tenanglah, aku baik-baik saja.” Katanya Jung Sooman yakin.

“Aku hanya akan mati dengan tenang jika sudah memberitahumu hal penting yang dilupakan oleh Kyungsoo, anak itu dasar…”

“Dia sudah aku anggap sebagai cucuku sendiri tapi tetap saja dia melupakan hal penting yang sudah aku katakana padanya.”

“Hal penting?” Sahut Jongin ragu.

“Kau sudah menikahi cucuku, selama 3 tahun ini.”

“Tapi…”

“Mungkin Tuhan memang belum memberikan kalian kebahagiaan itu tapi…”

“Kebahagiaan?” Gumam Jongin.

“Apalagi?”

“Anak!” Kata Jung Sooman yakin.

Jongin terdiam.

“Kapan kau memberiku seorang cicit?”

“Jessy sangat membuatku bahagia dan aku juga ingin merasakan kasih sayang dari cicitku yang lain.” Kata Jung Sooman membuat Jongin semakin terdiam.

“Kau tahu kan kenapa aku susah payah kemari untuk menyampaikan hal yang sebenarnya bisa saja aku katakana padamu tidak di tempat ini?”

“Dia pasti akan mendebatku jika mengetahui bahwa aku memintamu untuk segera memberiku seorang cicit.”

“Soojung tak akan pernah bisa membuatku menolak semua permintaanya, bahkan ketika dulu dia pernah menolak perjodohan kalian aku hamper saja membatalkan semuanya.”

“Tapi tiba-tiba saja, setelah pertemuan itu.”

“Aku bahkan tak pernah melihat cucuku bersikap seperti itu, tertawa, bernyanyi, dan ceria lebih dari apa yang dia lakukan setiap harinya.”

“Dia mencintaimu pada pandangan pertamanya ketika bertemu dengan dirimu.”

Bola mata Jongin membesar, dia semakin membisu.

“Jadi tolong, buktikan padaku dan mendiang kekekmu bahwa kau benar-benar mencintai Soojung dengan memberikan kami seorang cicit.” Jung Sooman menepuk pelan bahu Jongin, laki-laki itu masih terdiam.

……….

 “Soojung-ah…” Jongin melangkah dari kamarnya lalu menemui Soojung yang masih sibuk mempersiapkan sesuatu.

“Boleh aku masuk?” Pintanya.

Soojung mengangguk.

“Ada yang ingin kau bicarakan?” Tanya Soojung.

“Kakek…” Kata Jongin lirih.

“Kakek?” Sahut Soojung.

“Tidak, maksudku jika kau ada waktu bisakah kita mengunjungi kakekmu?” Kilah Jongin.

“Kakek Jung, aku sudah lama tak melihatnya.”

“Baiklah” Sahut Soojung tanpa ragu.

“Minggu depan aku akan mengambil cuti untuk bisa menemanimu mengunjungi kakek.”

“Lagipula sudah lama juga aku tak pernah memarahi semua tingkahnya yang kekanak-kanakan setelah kepergian nenek.” Soojung tersenyum hangat.

“Kakek Jung memang orang yang sangat menyenangkan.”

“Ya, dan aku beruntung memiliki kakek sepertinya.” Soojung tersenyum kemudian melanjutkan kegiatannya.

“Oh ya Jongin-ah, sepertinya lebih baik kau ikut bersamaku hari ini.”

“Kau tak ada janji untuk bertemu rekan bisnismu bukan?” Tanya Soojung ragu.

“Eoh, aku sepenuhnya kosong hari libur ini.”

“Good!” Wanita itu tersenyum.

“Temani aku menemui Sooyeon eonni hari ini.” Pinta Soojung hati-hati.

“S-sooyeon? N-noona…” Gumam Jongin.

“Apakah aku harus benar-benar menemanimu hari ini?” Terlihat keresahan dalam raut muka Jongin.

“Tentu saja…” Soojung lantas tersenyum.

“Apa kau gugup?” Tanya Soojung setelah melihat raut muka Jongin.

Soojung tersenyum, ia lantas beranjak dari kursinya dan berjalan perlahan menuju Jongin yang masih berdiri didekat lemari pakaiannya.

“Ini pertemuanku untuk kedua kalinya setelah pernikahan kita dulu. Apa yang harus aku katakan padanya jika dia bertanya kemana saja aku selama 3 tahun ini yang bahkan tak pernah terlihat bersamamu untuk menemuinya.” Jongin mengacak pelan rambutnya lalu memandangi Soojung yang masih tersenyum melihat tingkah lelaki itu.

“Bilang  saja kau terlalu sibuk.”

“Atau kau tak pernah ingin menikahi adiknya.” Goda Soojung.

“Huh?”

“Itu bisa membahayakanku, dia mungkin akan…” Jongin terdiam.

“Dia mungkin akan memukul kepalamu…”

“Apa?” Sahut Jongin terkaget.

Soojung melanjutkan untuk menggoda Jongin dengan kata-katanya.

“Atau bahkan menendang keras kakimu dengan heels miliknya…”

“Mungkin juga dia bisa menarik keras dasimu sehingga kau kesulitan bernafas.”

“Terakhir kali aku bertemu dengannya, dia berkata bahwa ingin membunuhmu Kim Jongin.” Soojung mendekat kearah Jongin, membuat laki-laki itu semakin pucat.

Soojung tertawa.

Wanita itu sangat  terlihat berbeda, banyak tawa serta senyuman yang selalu ia bagi dengan Jongin. Sifat asli miliknya perlahan muncul kembali, bukan seorang Soojung yang rapuh seperti 3 tahun yang lalu. Kali ini, ia benar-benar mencoba untuk memperbaiki kehidupannya bersama Jongin. Berdua, mereka mencoba bersabar untuk sesuatu yang sedang mereka cari dan benar-benar yakini serta sadari. Cinta.

“Baiklah kalau begitu aku hanya akan mengantarmu saja.” Jongin melenggang pergi dari kamar Soojung.

“Aku hanya bercanda….” Teriak Soojung.

Wanita itu menggelengkan pelan kepalanya lalu tersenyum, mengambil sebuah bungkusan yang telah ia persiapkan lalu segera beranjak menuju Jongin yang sudah berada didalam mobil.

“Apakah Jessy benar-benar akan menyukai ini?” Tanya Jongin pada Soojung yang baru saja keluar dari mobil hitam tersebut dan memandangi Jongin dengan sebuah lollipop besar ditangannya.

“Trust me…” Jawab Soojung lantas tersenyum.

“Jika kau ingin membuat kakakku menyukaimu maka buatlah anak perempuannya menyukaimu terlebih dahulu.” Kata Soojung yakin.

“B-baiklah…” Sahut Jongin ragu.

Mereka bedua berjalan perlahan melewati rerumputan yang terlihat sedikit basah karena udara dingin kota Seoul. Mereka berdua berjalan disebuah taman, dari jauh terlihat seorang wanita dengan laki-laki bersama gadis kecil sedang tertawa lalu tersenyum melihat kearah datangnya Jongin dan Soojung. Tanpa sadar, Jongin mengait tangan kiri Soojung dan menggenggamnya erat.

Soojung sontak terkaget dan melihat kearah Jongin yang terlihat gugup menemui Jung Sooyeon, kakak perempuannya, Kris serta Jessy pagi itu. Mereka berencana bertemu dengan keluarga kecil kakak perempuan Soojung karena hari ini adalah weekend maka mereka sepakat untuk pergi bersama.

“Yo! Bagaimana kabarmu?” Tanya Kris seketika beranjak dari bangku yang ia tempati menuju Jongin dan Soojung.

Laki-laki itu menepuk pelan bahu Jongin dan tersenyum.

“Sudah 3 tahun sepertinya aku tak pernah bertemu denganmu.” Kata Kris membuat mata Sooyeon melirik kearah Jongin dan membuat laki-laki itu seketika terdiam dan hanya tersenyum.

Soojung pun mendekati kakak perempuannya dan mengangkat tubuh kecil Jessy lalu mencium pipinya.

“Auntie…apakah kau membawa hadiah untukku?” Tanya Jessy.

“Kau bisa memintanya pada Uncle Kim…” Jawab Soojung menurunkan Jessy dan membuat gadis kecil itu berlari kearah Jongin.

“Uncle…apakah kau membawa hadiah untukku?” Tanya Jessy dengan pandangannya memelas.

“Ya…Jessy Wu, kau belum menyapa pamanmu bagaimana mungkin dia akan memberimu hadiah?”

“Ah…sorry papa…” Jawab Jessy malu.

“Hallo…Uncle Kim, glad to see you…” Jessy membungkuk pada Jongin.

Laki-laki itu tersenyum karena melihat tingkah Jessy yang lucu begitu pula dengan semua yang ada disana. Sooyeon pun menggeleng pelan melihat tingkah anaknya.

“Apa kau akan memberi paman hadiah juga jika paman memberimu ini, Jessy?” Jongin mengeluarkan sebuah lollipop besar dari saku jas miliknya.

“Okay!” Jawab Jessy bersemangat.

Jongin memberi gadis kecil itu sebuah lollipop dan sedikit membungkuk untuk menyamai tinggi Jessy, sampai pada akhirnya.

Cup!

Jongin terkaget dan tertawa.

“Itu hadiah untukmu, uncle…” Jessy tersenyum dan segera membuka lollipopnya.

Mereka semua yang ada disana tertawa oleh tingkah anak perempuan Sooyeon. Kedua keluarga itu pun memutuskan untuk sarapan bersama disebuah restaurant keluarga favorit Sooyeon dan Kris. Jongin pun memilih untuk bermain dengan Jessy kecil sambil menunggu makanan mereka masak.

“Kau tak ingin membuat satu?” Sooyeon memukul pelan bahu Soojung.

“Uh?” Jawabnya kebingungan.

“Anak, apalagi? Dasar bodoh.” Sooyeon menggeleng pelan.

“Yaa…eonni…”

“Apa?” Sahut Sooyeon.

“Kau sudah menikah selama 3 tahun dan hanya hidup berdua saja apa kau tak merasa kurang dalam keluarga yang telah kau jalani itu?” Soojung terdiam mendengar kalimat kakaknya.

“Eonni sangat menyayangimu, dan aku tahu kau merasa kesepian.”

“Cobalah membicarakan hal itu pada suamimu.”

“Kau akan merasakan hal yang berbeda ketika terdapat buah hati dalam keluargamu.”

“Kau tahu kenapa adikku?”

“Karena anak adalah bukti cinta suami pada istrinya.” Sooyeon tersenyum dan menarik pelan Soojung lalu memeluknya.

Soojung hanya tersenyum tipis lantas melihat Jongin yang terlihat menikmati bermain bersama Jessy serta Kris yang melihat kearah mereka.

“Why? Why?” Kris lantas beranjak mendatangi mereka.

“Dia memarahimu lagi?” Kris menatap Sooyeon tajam.

“Kau selalu saja membela Soojung.” Sahut Sooyeon.

Soojung tersenyum.

“Lihatlah Soojung-ah, kakak iparmu memang selalu saja memprotes semua sifat menggerutuku.” Sooyeon menatap Kris sambil menggelengkan kepalanya.

“Dia bahkan selalu memilih masuk kedalam kamar mandi daripada mendengarkanku mengoceh.” Tambahnya.

“Ya…eonni, apakah kau masih suka sekali marah-marah?” Tanya Soojung.

“Eoh…benar” Sahut Kris.

“Apa aku benar telah menikahinya, Soojung-ah?” Goda Kris.

“Ah…aku rasa aku telah menikah dengan penyihir.”

Sooyeon menatap Kris tajam lalu memukuli suaminya itu.

“Tapi kau menyukai penyihir itu bukan?”

“Bahkan rela menunggunya menyelesaikan pendidikannya di Paris lalu menunggu 2 tahun lagi hingga dia benar-benar yakin menikahimu.” Perjelas Soojung.

“Yaa…Jung Soojung, aku selalu membelamu kenapa sekarang kau malah membuatku tak bisa menjawab semua kalimatmu?”

Sooyeon dan Soojung tertawa hingga tubuh mereka bertabrakan satu sama lain, tawa khas mereka berdua. Kris hanya menggeleng perlahan melihat tingkah dua bersaudara itu.

“Mommy….” Teriak Jessy sedikit berlari, Jongin tersenyum melihat tingkah anak itu.

“Kenapa?” Sooyeon menarik pelan Jessy dan merapikan poni serta pakaian anaknya.

“Aku lapar….” Sooyeon terkaget dan mereka semua lantas tertawa mendengar kalimat Jessy.

“Dia hanya bisa berkata lapar, tidur, dan lollipop.” Sahut Kris pada Jongin.

“Jessy, she is cute.” Kata Jongin.

“Then make one, you…both of you…” Kris menunjuk Jongin dan Soojung.

“Kris…” Sahut Sooyeon.

Jongin hanya terdiam mendengar kalimat Kris pada mereka berdua. Laki-laki itu benar-benar memasukkan semua kalimat itu dalam otaknya. Semua masuk kedalam sana tanpa bisa dia hindari. Pernikahan mereka sudah berjalan selama 3 tahun, namun mereka belum sama sekali mempunyai buah hati dalam pernikahan mereka. Orang pasti akan curiga pada pernikaha mereka. Jongin hanya masih membutuhkan waktu untuk benar-benar yakin dia tulus bisa mencintai wanita itu, atau lebih tepatnya gadis yang belum pernah dia sentuh selama menjadi istrinya.

“Ya…kalian, keponakan kalian belum mempunyai foto bersama uncle dan auntienya.”

“Jadi, buatlah satu yang paling bagus.” Kata Sooyeon pada kedua orang yang terlihat tersentak.

“Cepat!!!” Teriaknya membuat Jongin seketika meraih tangan Soojung dan segera beranjak menuju spot terbaik di restaurant itu. Kris tersenyum begitu pula dengan istrinya, Sooyeon. Sooyeon meraih tangan Kris yang masih bersiap untuk mengabadikan moment tersebut.

Jongin membawa tubuh Jessy dalam dekapannya, Soojung terlihat berdiri kaku disamping Jongin dan sedikit menempelkan tubuhnya.

Kris menggeleng.

“Apa kalian pasangan anak SMA?” Katanya kesal.

“Just do it, maksudku lakukan yang biasa kalian lakukan seperti suami istri.”

“Uh?” Jawab Soojung dan Jongin bersamaan.

“Oh my God!” Sahut Sooyeon sambil menepuk pelan dahinya.

“Ya…Kim Jongin, apa kau tak pernah melakukan hal romantis pada adik tersayangku ini?” Sooyeon melirik Jongin tajam.

Jongin menggeleng ragu, memastikan bahwa dia memang selalu bersikap romantic pada Soojung.

“Kalau begitu tunjukkan padaku bahwa kau telah menjaga serta memperlakukan adikku dengan sangat baik!” Teriak Sooyeon.

Seketika Jongin mengait pinggang Soojung yakin disaat tangannya yang lain menahan tubuh Jessy kecil. Jongin dapat merasakan betapa indahnya perut Soojung yang saat ini ia sentuh dengan telapak tangannya. Soojung pun masih sangat terdiam, ia bahkan tak bisa berkomentar apapun tentang hal yang dibuat oleh kakak iparnya serta Sooyeon.

Jongin merasakan kehangatan lain ketika meletakkan telapak tangannya tepat pada perut Soojung.

Bagaimana jika didalamnya nanti ada sebuah nyawa lain, apakah aku bisa merasakan kebahagiaan seorang ayah? Apakah aku akan merasakan hal lain jika didalam sana terdapat buah kasih antara seorang suami dan istri?

Batin Jongin.

Laki-laki itu tersenyum, sedikit melebarkan telapak tangannya untuk benar-benar merasakan kehangatan itu. Ekor matanya tertuju pada pipi Soojung yang terlihat merona.

Sooyeon dan Kris tersenyum manis.

“Oh…sweet!” Gumam Sooyeon.

“Okay, bersiaplah aku akan segera mengambil foto kalian bertiga.”

Jongin semakin mengait erat tubuh Soojung, kali ini bukan karena paksaan yang membuat dirinya melakukan hal itu, tapi ia telah merasakan betapa dia menikmati untuk membuat tubuh Soojung berada dekat dengannya.

Mereka berdua tersenyum hangat, tulus dan tertawa.

Setelah pertemuan dua keluarga kecil itu, Soojung dan Jongin masih terdiam dalam perjalanan mereka pulang. Sesekali Jongin menatap Soojung yang memandangi jalanan dari dalam kaca mobil. Jongin terlihat ingin mengatakan sesuatu namun ia juga berusaha menahannya.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menghentikan mobilnya.

“Soojung-ah…” Katanya perlahan membuat Soojung seketika kebingungan akan sikap laki-laki tersebut.

“Aku rasa…”

“Aku rasa Kim Jongin bisa kembali merasakan perasaan itu lagi”

“Bagaimana keringat dingin perlahan muncul ketika ia harus berdekatan dengan seseorang.”

“Bagaimana dia bisa tersenyum lebih hangat daripada hangatnya sinar mentari.”

“Bagaimana dia bisa bersikap bodoh dan konyol untuk suatu hal yang bahkan tak pernah ia lakukan dalam hidupnya.”

“Bagaimana dia harus meyakinkan dirinya sendiri dan berusaha menahan semua perasaannya, menunggu waktu yang tepat untuk benar-benar yakin.”

“Bagaimana dia harus kebingungan karena telah dibuat malu untuk mengakui bahwa sebenarnya…” Jongin menunduk perlahan, lalu kembali memandangi Soojung yang masih terdiam mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut laki-laki tersebut.

“Dia telah kembali merasakan hal itu.”

“Merasakan indahnya jatuh cinta…”

“Jatuh cinta pada wanita sepertimu, Jung Soojung.”

……….

PLEASE CHECK THIS OUT :

https://kaistalffindonesia.wordpress.com/2014/11/05/vote-your-favorite/

Tolong partisipasinya ya  dalam event KFI AWARDS, kalian bisa nge vote sesuai peraturan dan kategori yang kalian suka 🙂

Dan maaf baru update chapter 10, karena konflik beberapa minggu lalu dan bikin aku agak males nulis wkwkwk, SORRY kalo nggak terlalu menarik part ini, dan makasih udah mau nunggu 🙂

PLEASE KEEP SUPPORT  OUR KAISTAL NO MATTER WHAT!!! {}