THE DECISION [Chapter 6]

Genre: Marriage Life | Length: Series | Rating: PG15+ | Main Casts: Kim Jongin, Jung Soo Jung, Oh Sehun, Choi Jinri and other casts will be mentioned in the following story | Author: nurrinnocent | Twitter/IG:@nurrinnocent| Blog:sweetlollipop2810.wordpress.com|

Disclaimer: All the casts belong to themselves, SME, GOD & their parents. The story line is mine, NO BASH! and COPAST isn’t allowed without my permit. HAPPY READING! ^^

Recommended song: WINNER – Color Ring

.

.

.

© Nurry Permana Storyline 2014

© Inandrian Artwork 2014

Teaser | Chapter [1] | [2] | [3] | [4] | [5] | [6] | [7]

***

“Kau…”

“Jung Soojung, boleh meninggalkanku jika kau merasa tersakiti oleh semua sifatku…”

Senyum Soojung pun luntur, ia melepas pelukannya.

“Kau pantas mendapatkan kebahagiaan lebih Soojung-ssi, kebahagiaan yang tak bisa aku berikan.”

“Kebahagiaan yang tak bisa diberikan oleh laki-laki yang bahkan masih harus berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya hidupnya telah bahagia.”

“Kim Jongin-ssi…” Sudut bibir Soojung kembali mengembang.

“Apa aku pernah menuntutmu?”

“Aku tak pernah meminta apapun.”

“Bahkan aku tak pernah menuntut sebuah kebahagiaan sekalipun ketika memutuskan setuju untuk menikah denganmu.”

“Meskipun ini semua hanyalah pernikahan atas dasar perjodohan antara kedua keluarga kita, tapi aku yakin suatu saat nanti kau bisa membuatku bahagia tanpa aku harus menuntutmu untuk membuatku bahagia.”

“Ini semua hanya soal waktu, karena semua proses membutuhkan waktu.”

“Dan aku akan berusaha menunggu kebahagiaan nyata itu, meskipun waktu yang aku butuhkan harus menuntutku untuk terluka, menangis, kecewa, tapi aku yakin dibalik semua itu Tuhan sedang mencoba menguji kesabaranku sebagai seorang istri.”

“Selama aku masih bisa bertahan untuk semua sifatmu dan tak pernah terlintas kata menyerah, maka pernikahan ini masih bisa dipertahankan.”

“Jadi tolong, biarkan saja waktu terus berjalan untuk mencoba menguji kesabaranku.”

“Aku tahu kau membenci pernikahan ini, tapi waktu 3 tahun bukankah sudah bisa membuktikan bahwa kau mampu bertahan pada sesuatu hal yang kau benci selama itu?”

Soojung kembali mengembangkan bibirnya, dia menatap Jongin yang terdiam.

Jongin pun mencerna kembali kalimat Soojung. Yang dikatakan wanita itu benar, bahkan dia bisa bertahan selama 3 tahun untuk sesuatu yang ia benci.

“Setidaknya anggap saja aku adalah seorang teman bagimu yang selalu berada disampingmu dan menemanimu setiap hari.”

“Kita bisa memulai semuanya dari sebuah pertemanan.” Soojung tersenyum memandangi Jongin.

“Kau…”

“Soojung-ssi, kenapa kau bahkan bisa bersabar untuk laki-laki sepertiku?”

“Jongin-ssi, aku hanya memiliki kesempatan untuk hidup sekali, mati sekali, begitu pula dengan sebuah pernikahan.”

“Lalu apa yang bisa aku lakukan selain bertahan untuk pernikahanku jika aku yakin bahwa menikah itu hanya sekali untuk seumur hidup?”

Jung Soojung, kau bahkan tak bisa berkata bahwa kau juga sangat mencintainya. Laki-laki yang membuatmu yakin bahwa kau bisa bahagia dengan pernikahanmu bersamanya. Kau yakin hidup hanya sekali, mati sekali, menikah pun juga sekali. Apa kau lupa satu hal yang juga bisa kau lakukan sekali dalam hidupmu?

Mencintai…kau hanya mencintai laki-laki itu.

Yang hanya akan kau lakukan sekali dalam hidupmu.

Hanya untuk laki-laki itu.

Batin Soojung.

“Ah…”

“Sepertinya eomma sudah tertidur, jadi aku rasa kau bisa segera tidur.” Soojung mencoba mencairkan suasana.

“Soojung-ssi, maaf…”

“Tapi sepertinya aku harus kembali pulang.”

“Kau bisa menghabiskan waktu berdua dengan eomma.”

“Tidak apa-apa?” Tanya Jongin.

Soojung mengangguk pelan.

“Kau bisa tidur disini.”

Jongin mengusap pelan bahu Soojung lalu beranjak.

Jongin hanya ingin mencoba melupakan malam ini, dimana dia harus bertemu dengan Sehun untuk pertama kalinya. Membuatnya mau tidak mau harus mengingat semua masalalunya. Semuanya. Bagaimana rasa sakit yang ia alami ketika Jinri memilih Sehun dan meninggalkannya, menghilang begitu saja.

Dia masih mengingat semua kalimat Sehun malam itu.

Dia hanya ingin Soojung tahu bahwa, sakit yang dia rasakan bahkan belum bisa terobati hingga saat ini.

Jongin beranjak keluar.

“Kim Jongin-ssi, apakah kau tahu kebahagiaan suami adalah kebahagiaan pula untuk seorang istri, dan ketika seorang suami merasakan kesedihan maka wanita pertama kali yang ikut terluka adalah istrinya.” Kata Soojung lirih.

“Cobalah untuk merasakan sebuah kebahagiaan meskipun itu hanya untuk hal-hal kecil yang kau alami.”

Batin Soojung.

[FLASHBACK END]

 

Soojung berjalan bersama Jihun memasuki amusement park di kota Seoul dengan segala fasilitas dan wahana bermain terlengkap di Korea. Jihun terus tertawa dan terlihat bahagia bersama Soojung. Sehun yang masih berada dibelakang mereka pun menggelengkan kepala terheran akan sikap anak laki-lakinya.

“30 menit yang lalu bahkan dia masih melipat mukanya karena Jinri membatalkan begitu saja janji yang telah ia buat padanya, tapi sekarang ajaib. Seketika Soojung bisa mengubah mood anak itu kembali ceria hanya dengan menemaninya hari ini.”

Batin Sehun.

“Eomma….bisakah kita berfoto bersama?” Ajak Jihun sambil menarik mantel Soojung.

“Baiklah…” Sahut Soojung sambil mengusap pelan rambut Jihun.

“Hmm…bagaimana kalau kita berfoto disana!” Tunjuk Jihun pada sebuah kastil kecil dengan beberapa taman diantaranya.

Soojung mengangguk.

“Appa!!” Teriak Jihun.

“Cepatlah…” Rengek Jihun.

“Arra…arrasseo my prince!” Sahut Sehun yang tertinggal dibelakang mereka sambil menghela nafasnya.

“Aish…lihatlah bahkan appa seperti sedang menemanimu berkencan.” Gerutu Sehun sambil melihat kearah Jihun dan Soojung yang sedang berpegangan tangan dan tertawa bersama.

“Appa…” Rengek Jihun lagi.

“Why? Why? Why?” Sahut Sehun kesal.

“Bukankah sudah aku pernah bilang bahwa eommaku adalah milikmu juga?”

“Ya! Ya! Ya!” Sehun dengan segera menutup mulut kecil Jihun.

“Eeeh…dasar anak ini.”

“Soojung-ah, maaf. Dia selalu berkata seperti itu ketika aku dan dia bertengkar memperebutkan Jihunee eomma.” Sehun mencoba menjelaskan.

“Aku rasa dia belum mengerti maksud perkataannya, Jihunee appa.” Soojung menggeleng pelan, tersenyum lalu mencubit kedua pipi Jihun yang menggembung.

“Tidak apa-apa…” Soojung tersenyum.

“Eomma…tapi aku sudah berjanji bahwa eommaku adalah milik appa juga. Kau eommaku, dan appa bisa berbagi denganku.”

“Arra…arrasseo Jihunee…” Jawab Soojung tenang.

“Baiklah Jihunee, kita berfoto disini?” Tanya Soojung.

“Uhm!” Jihun mengangguk dan tersenyum.

“Okay, appa akan mengambil foto kalian berdua.” Gumam Sehun.

Jihun tersenyum, Soojung menyamai tinggi Jihun dengan sedikit merendahkan tubuhnya dan memeluk tubuh kecil Jihun.

Disaat Sehun memberi aba-aba pada hitungan ketiga, tiba-tiba saja Jihun mengecup pelan pipi Soojung. Soojung yang terkejut hanya tertawa melihat tingkah Jihun.

“Aish…dasar anak ini” Gumam Sehun.

“Lagi?” Tanya Sehun.

“Eoh…” Sahut Jihun dan mengangguk.

Setelah Sehun mengambil beberapa foto, Jihun mendekati Sehun yang sedang melihat foto yang baru saja ia ambil.

“Appa, berikan kameranya.” Jihun mencoba mengambil kamera ditangan Sehun.

“Aku ingin melihat hasilnya.” Rengek Jihun lalu berhasil mengambil benda itu dari tangan Sehun.

Jihun terlihat asyik melihat hasil foto yang diambil appanya, Sehun pun berjalan mendekati Soojung dan membicarakan tingkah Jihun, mereka tertawa bersama karena tingkah Jihun. Tanpa mereka sadari, Jihun pun mengambil beberapa foto mereka berdua yang sedang terlihat tertawa bersama.

Beberapa foto seperti Soojung yang terlihat menikmati percakapannya dengan Sehun, sesekali ia menutupi senyumnya dengan tangan miliknya ketika mendengar keluhan Sehun karena tingkah Jihun. Setelah mengambil beberapa foto Soojung dan Sehun, Jihun pun mendekat kearah mereka berdua.

“Ah….appa…..” Jihun mengernyit kesal.

“WHY?” Sehun kembali terusik dengan rengekan anak laki-lakinya itu.

“Appa, belum ada foto kita bertiga disini.”

“Jadi, kita harus berfoto bertiga!”

“Uh?” Sahut Soojung dan Sehun bersamaan mendengar kalimat Jihun.

“Ya! Oh Jihun!” Sehun sedikit berteriak.

“Baiklah, kita berfoto bertiga.”  Soojung pun mencegah Sehun yang terlihat sedikit emosi.

“Yeay!” Teriak Jihun.

“Ahjussi, bisakah anda membantuku untuk mengambil foto kami bertiga?” Pinta Soojung kepada seorang laki-laki yang terlihat melintas didepan mereka.

Dengan senang hati laki-laki itu menerima permintaan Soojung, segera ia mengambil kamera dari tangan Soojung dan bersiap untuk mengambil foto mereka bertiga.

Jihun berada diantara Soojung dan Sehun, mereka bertiga duduk disebuah bangku tepat didepan kastil tersebut.

Laki-laki tersebut memulai untuk memfoto mereka bertiga, dengan jari tangan kirinya ia membuat angka 1 sampai 3 sebagai tanda lalu menekan tombol kamera itu.

“Ahjussi, bisakah kau mengambil foto kami satu kali lagi? Tolong….” Kata Jihun, Sehun dan Soojung pun menggeleng pelan sambil tersenyum.

“Baiklah…” Laki-laki tersebut tertawa mendengar tingkah Jihun.

“Appa, eomma bisakah kalian menciumku?”

“Ya…Oh Jihun!” Sehun membesarkan kedua bola matanya.

“Please….” Rengek Jihun.

“Arra…arrasseo…” Sahut Sehun kalah.

Soojung hanya tertawa melihat kedua ayah dan anak yang sangat suka sekali bertengkar.

“Eomma?” Pinta Jihun.

Soojung mengangguk dan tersenyum.

Jihun memeluk Soojung dan Sehun, mengalungkan kedua tangannya pada leher Soojung dan Sehun lalu bersiap untuk mendapatkan ciuman.

“1-2-3” Teriak Ahjussi tersebut.

“Kimchiiii!!!!!” Teriak Jihun.

Cup

Kedua pipi Jihun dihadiahi oleh dua buah ciuman.

Jihun tersenyum cerah hingga kedua matanya tak terlihat.

“Terimakasih, dan maaf telah mengganggu waktu anda” Sehun membungkuk.

“Sama-sama…”

“Kalian memang keluarga kecil yang bahagia, kau sangat beruntung mempunyai istri seperti wanita itu.”

“Lihatlah, dia terlihat sangat bahagia.”

“Jangan pernah menyakiti wanita seperti dia, eoh?” Laki-laki itu menepuk pelan bahu Sehun lalu beranjak pergi.

“Ah…tapi” Sahut Sehun.

Pandangannya teralihkan pada Soojung yang terlihat tertawa cerah dan bermain bersama Jihun, bahkan tak ada kesedihan darinya ketika dia berada bersama Jihun. Sehun masih terdiam melihat kearah dua orang yang sedang bercanda bersama dihadapannya.

“Ya benar, Jongin memang beruntung mendapatkan wanita sepertimu, Soojung-ah…” Gumam Sehun.

……….

Jongin mengambil kembali dasi miliknya, mencoba memakai benda itu walaupun 20 menit waktu yang ia gunakan telah berlalu begitu saja hanya untuk memasang benda panjang yang bahkan tak bisa ia pakai. Ia menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya lalu mencoba memakai benda itu untuk kesekian kalinya. Jongin memasukkan sebelah sisi benda itu kesisi lainnya, menarik sisi panjangnya agar terlihat lebih rapi.

“Aish!!!!” Jongin melempar benda itu keatas lantai

Gagal. Ia tak akan pernah bisa memakai benda itu tanpa bantuan istrinya.

Jongin lalu merapikan pakaiannya, mengambil sebuah dasi yang telah Soojung siapkan untuknya, memakai bendai itu dengan hati-hati lalu beranjak keluar dari kamarnya.

Ia memasuki mobil miliknya, memasang sabuk pengaman dan bersiap untuk segera berangkat menuju kantornya. Namun seketika ingatannya melayang pada sebuah nama. Jongin lantas mengambil ponsel yang berada didalam saku celananya, mencari sebuah nama pada kontak ponselnya.

Jung Soojung

Ia menekan tombol pesan dan bersiap mengirimi Soojung sebuah pesan.

Soojung-ssi, apa kau masih menginap disana untuk waktu yang lama?

Jongin memandangi pesan yang ia ketik, ibu jarinya terhenti tepat diatas tombol kirim, beberapa detik lalu menghapus dengan cepat pesan itu sebelum sempat mengirimnya.

Dia memukul pelan dahinya dengan ponsel yang ia pegang lalu menghela nafas dan kembali membiarkan jarinya menekan tiap huruf pada keyboard ponselnya.

Soojung-ssi, aku harus meminum berapa butir obat setelah makan siang?

Jongin kembali memandangi layar ponselnya, mencoba berfikir apakah pesan itu sudah tepat untuk ia kirim.

Setelah beberapa detik, ia menghapus kembali pesan itu. Soojung sudah menuliskan semua aturan untuk meminum obatnya.

“Aish!!!!!” Gerutunya sambil memukul keras kaca mobilnya.

Sudah 3 hari Soojung berada dirumah ibunya dan itu cukup membuat seorang Kim Jongin terlihat sangat kacau.

Dia bahkan tak bisa memakai dasi yang berbeda selama 3 hari ini karena dua dasi lainnya yang sudah Soojung siapkan telah dia buat untuk belajar menggunakan benda sialan yang sangat ia benci itu. Dia bahkan tak pernah sempat untuk sarapan karena tak ada waktu lagi memanaskan dan mempersiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

Ia bahkan selalu lupa mematikan lampu rumahnya sepulang kerja karena dia terlalu lelah dengan semua aktivitasnya, Jongin bahkan selama 2 malam tertidur lengkap bersama sepatu serta pakaian kantornya.

Ia kembali memandangi layar ponselnya dan mencoba memilih sebuah kalimat untuk ia kirim pada Soojung.

Soojung-ssi, obatku telah habis. Apakah aku harus membutuhkan resep dokter untuk membeli itu?

Jongin mengangguk, dan dengan yakin mengirim pesan itu. Soojung tahu bahwa Jongin tak pernah membeli obatnya sendiri, Soojung yang selalu mempersiapkan itu semua ketika habis.

Tanpa sadar sebuah senyuman menyungging dari sudut bibirnya, segera ia beranjak dan menuju kekantornya.

Setelah ia sampai dan meletakkan tas kantornya, Jongin lantas mengamati ponselnya yang terdiam daitas meja kerjanya. Setelah beberapa menit, sebuah pesan masuk. Jongin pun dengan segera mengambil ponselnya.

Jongin-ssi, maaf aku tak tahu bahwa obatmu sudah habis. Baiklah, aku akan segera membelikannya. Kau bisa mengambilnya ditempat kerjaku sore ini.

“Jung Soojung, sepertinya aku tak akan pernah bisa menghitung berapa kata maaf yang telah kau ucapkan selama 3 tahun ini.” Jongin menghela nafas.

“Bagaimana mungkin bisa kau seceroboh itu, apa dia lupa? Ada 2 botol persediaan obat yang telah dia siapkan di laci kamarku.”

Jongin berbicara pada ponsel yang ia pegang. Menggeleng pelan dan tersenyum. Dia hanya berbohong pada wanita itu.

Ketika dia hendak membalas pesan dari Soojung, pintu ruangannya terbuka perlahan. Seorang laki-laki memasuki ruangannya dengan mengaitkan kedua alisnya melihat tingkah Jongin yang tak biasa.

Jongin masih tersenyum membalas pesan dari Soojung.

Soojung-ssi, sepertinya aku bisa mengantarmu  untuk membelinya. Sore ini aku akan menjemputmu.

Balas Jongin, ia tersenyum dan lantas menekan tombol kirim.

“Woaah…apakah ada sesuatu hal besar yang menimpa uri sajangnim?” Laki-laki itu membuyarkan senyuman Jongin.

Jongin hanya terdiam lalu menggeleng.

“Siapa yang bisa membuatmu tersenyum pagi hari seperti ini?”

“Bahkan matahari saja selalu melihat wajah dinginmu itu, tapi pagi ini sepertinya matahari bisa melihat senyuman hangatmu itu. Mungkin sebentar lagi salju tiba-tiba saja turun karena kau bersikap aneh hari ini.”

“Ya! Byun Baekhyun! Diamlah…” Protes Jongin dan tersenyum.

“Ya, Kim Jongin…”

“Why?” Baekhyun mendekat dan menyerahkan beberapa surat persetujuan yang harus ditandatangani Jongin.

“Apakah ada sesuatu yang menyenangkan hatimu hari ini?”

Jongin tak menjawab, ia hanya membubuhkan tandatangan miliknya pada beberapa surat yang Baekhyun serahkan.

“Sebentar….” Sahut Jongin pelan menghentikan gerakan tangannya pada kertas-kertas diatas mejanya.

Dia terdiam, memandangi Baekhyun.

“A-aku…t-tersenyum?” Jongin kembali mencerna kalimat Baekhyun.

Dia mengernyitkan kedua alisnya, berfikir bahwa apakah memang benar dia tersenyum?

“Eoh!!!” Jawab Baekhyun yakin.

“Lihatlah bahkan wajahmu tak sedingin biasanya. Kau terlihat sedikit cerah hari ini. Why?” Tanya Baekhyun yang semakin penasaran karena tingkah Jongin yang tak biasa.

“Aku bisa melihat senyuman tulusmu itu lagi setelah beberapa tahun kau mencoba menyembunyikan semua kebahagiaanmu itu.” Kata Baekhyun sambil mencoba mengamati setiap raut wajah Jongin yang berbeda dari biasanya.

Kim Jongin! Kau tersenyum! Kau tersenyum karena wanita itu! Tidakkah kau menyadari bahwa kau bisa merasakan kebahagiaan lagi? Brengsek! Apa kau masih belum menyadarinya? Kau tersenyum!

Batin Jongin.

“Baekhyun-ah, apa hari ini kita ada meeting penting?”

“Hmm…sepertinya tidak, tapi besok kau harus menghadiri acara peresmian gedung baru di Gwangdong.” Baekhyun dengan segera mengambil beberapa lembar kertas yang selesai Jongin tanda tangani.

“Ah…sore ini tolong kau dan Kyungsoo pimpin rapat direksi, okay?”

“Why?”

“Sepertinya aku akan pulang lebih awal.”

“Tidak biasanya kau pulang lebih awal, apa kau ada janji dengan istrimu?”

Jongin hanya mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum.

“Aku rasa seseorang telah bisa mengembalikan perasaan seorang Kim Jongin, menjadikan seorang Kim Jongin merasakan hidupnya kembali.” Gumam Jongin.

“Menjadikan Kim Jongin lebih manusiawi.” Tambahnya.

 Baekhyun mencoba mencerna kalimat Jongin namun gagal.

“Baekhyun-ah, apa yang selalu kau berikan untuk istrimu ketika kau ingin memberikannya sebuah kejutan?”

“Uh?” Baekhyun terkaget.

“Hmm…membelikan sesuatu yang dia suka misalnya.”

“Bunga? Tiket jalan-jalan? Perhiasan?”

“Ah…begitu rupanya.” Sahut Jongin.

“Ya!!! Jangan bilang kau tak pernah membelikan istrimu hadiah?” Baekhyun melebarkan kedua bola matanya.

Jongin hanya menarik sebelah alisnya.

“Aigoo….kau sangat beruntung sekali kalau istrimu tak pernah menuntut.”

Jongin terdiam.

“Kau harus bersyukur mempunyai istri seperti Soojung.”

“Jadi, aku rasa kau bisa mulai dari hal-hal kecil. Memberikan sesuatu yang ia sukai, makanan atau benda. Ya…sesuatu yang dia suka.”

 “Okay, thanks.” Jongin tersenyum.

“Aigoo…lihatlah laki-laki ini, kau bahkan masih terlihat seperti anak SMA yang baru saja jatuh cinta.”

“Kenapa tak kau beri saja dia anak?” Celetuk  Baekhyun.

“Apa katamu?”

“Ah…lupakan saja” Baekhyun terkekeh.

“Baekhyun-ah, jangan lupa rapat direksi sore ini kau dan Kyungsoo yang memimpin. Eoh?”

“Nde…uri sajangnim.” Jawab Baekhyun sarkastik, menggeleng pelan lalu menutup pintu ruang kerja Jongin.

Sinar matahari perlahan menghangat, tanda senja akan segera datang. Dengan cepat Jongin beranjak dari kursinya lalu mengambil tas kerjanya dan menuju mobil yang ia parkir. Sebelum menjemput Soojung, dia memutuskan untuk membelikan Soojung sekotak kue.

Soojung-ssi, 10 menit lagi aku akan sampai.

Pesan yang Jongin kirim pada Soojung.

Meskipun Jongin selalu bersikap dingin, atau bahkan tak pernah peduli dengan apapun yang dilakukan Soojung, tapi dia mengerti beberapa hal yang Soojung sukai. Seperti ketika malam wanita itu selalu menyempatkan diri mengecheck lemari es lalu mengambil pudding mangga serta eskrim vanilla kesukaannya atau mendengarkan lagu-lagu jazz dan membuat strawberry cheese cake di akhir pekan.

Jongin mengetahui itu semua tanpa ia sadari dan tanpa dia sengaja. Semua itu masuk dalam ingatannya begitu saja.

Jongin memasuki sebuah toko roti untuk membeli sekotak strawberry cheese cake untuk Soojung. Dia menunggu pesanannya selesai dan dengan segera membawa sekotak strawberry  cheese cake itu. Ketika dia hendak memasuki mobil, langkahnya terhenti.

Dia melihat seorang yang tak asing baginya sedang terduduk disebuah coffee shop yang berada tepat didepan toko roti tersebut. Sesaat dia terdiam, memutuskan untuk menghentikan langkahnya dan masuk kedalam mobil ataukah dia harus berjalan menuju coffee shop itu.

Setelah beberapa detik, Jongin pun meletakkan sekotak strawberry cheese cake bersamaan dengan ponselnya kedalam mobil miliknya. Dia masih terdiam didalam sana sebelum akhirnya membuka cepat pintu mobilnya ketika dia melihat sosok itu tertunduk lemas dan terisak.

Sebuah pesan masuk.

Baiklah, aku akan menunggumu Jongin-ssi 🙂

……….

A/N:

Sorry baru bisa update chapter 6, minggu pertama kuliah udah banyak tugas aja nih jadi nggak sempet ngelanjutin next chapter dengan lancar. Thanks udah mau nunggu, dan maaf kalo mengecewakan chapter 6 ini, selanjutnya bakalan diperbaiki lagi deh di chapter 7 ^^ Mau curhat nih, lagi menjauhi sosmed karena TLP, damn! Hibur ane dongs, wkwkwk. Eh jangan lupa budayakan RCL ya…semakin kalian aktif komentar semakin bikin aku semangat lanjutin FF ini. cuma mau mengingatkan

JANGAN PANGGIL AKU AUTHOR PLEASE!!! Aku cuma fans korean waves yang kebetulan suka nulis :)))  panggil aja pake nama, fyi aku 93Liner…

Bagi kalian siders yang nggak pernah komentar sama sekali aku cuma mau memperingatkan kalo FF ini 3 chapter terakhir bakalan aku PROTECT jadi hahaha rasakan kalian yang siders wkwkwk nggak bakalan bisa lanjutin baca FF ini, tapi buat kalian yang setidaknya pernah komentar sampe chapter 5 aku berbaik hati loh hahaha meskipun kalian baru komentar 1x aja di chapter 5 or jarang komentar aku masih beri keringanan buat bisa dapet PASSWORD, but you have to gimme your comment mulai dari sekarang ya selama aku posting lanjutannya kalian HARUS komentar wkwkwk