[Freelance] The Unseen Man [Chapter 1]

16-07-26-01-54-32-828_deco[1]

Judul : The Unseen Man

Author : Dyahnamo

Genre : Romance, crime

Length : Chaptered

Main Cast : Kai exo and Krystal f(x)

Support : Sehun exo, Luna f(x), Eunji Apink, Joy RV

 

Pada suatu poin aku melihat daratan yang lebih luas dari langit.

Ini sulit bahkan untuk bernapas.

Aku mengulurkan tanganku.

Tapi tak ada yang meraih itu.

-Bigbang-Loser-

 

14 Januari 2016

Senandung angin menyampaikan berbagai pesan misterius. Di tengah riuh jiwa-jiwa yang kesepian. Dalam keadaan yang tidak pernah tersapu bahagia. Bercerita tentang hidup dari seorang gadis belia. Krystal namanya.  Terduduk di bawah pohon besar. Bercerita tentang berbagai kesepian yang ia dapat.

“ Der—- bukankah ini hidup?——-

Krystal terlihat memandang ke atas langit. Menerawang semua bentuk yang ada disana. Mencoba merangkai semua kisah hidupnya di langit hingga mungkin bisa tersampaikan pada orang-orang yang ingin ia temui.

“Der——-Apa hidup ini memang terasa sepi begini?” terangnya lagi. “Aku merasa ingin tersenyum tapi tak ada yang tahu alasanku tersenyum. Aku bernyanyi sendiri, dan bahkan bicara pun aku sendirian.—–“

Kini Krystal menundukkan pandangannya. Menyadari matahari kini mulai melawan matanya agar tak selama itu memandang langit.

“——Hhh… kurasa aku akan menggila—“

Minggu cerah menampakkan sebagian keceriaan di wajah Krystal. Pohon-pohon yang berjajar di sekitar jalan raya Blue Way terlihat begitu mempesona. Sejauh mata memandang memang hanya pohon yang dapat terlihat. Tapi sejauh mata memandang pula, hanya Derry lah pohon yang terlihat nyaman untuk dijadikan sandaran. Ya——- Namanya Derry. Sehabis lari pagi ini Krystal memang terbiasa duduk di bawah pohon besar itu. Menghabiskan waktunya untuk sekedar berbaring dari balik kerindangan pohon itu.

 

Sssssssrrrrrrrtttttttt

Bbrrrrrrruukkkkkk

 

Kekacauan baru saja terjadi disana. Salah satu pohon terlihat baru saja tumbang. Menimpa pohon disebelahnya dan merusak sebagian tiang-tiang listrik yang ada.

Suara gemuruh terdengar dari balik-balik pohon disekitar Jalan Raya Blue Way. Wajah Krystal mulai terlihat panik. Mencari-cari darimana sumber suara itu.

“Apa yang terjadi?!” teriak krystal sambil berlari kesana-kemari berharap ada seseorang yang bisa ia temukan.

Darah segar mulai terlihat mengalir di daratan itu, tak jauh dari tempat Krystal berdiri. Krystal yang sama-sekali tidak bisa berpikir jernih mulai kembali meninggikan volume suaranya agar bisa didengar oleh siapapun itu.Tapi tak ada yang menjawab. Hening. Hanya tetesan-tetesan darah yang beradu dengan teriakan krystal. Krystal masih mencari sumber darah segar ini. Berlari lagi. Berulang kali ia terus menelusuri semua sisi jalan Blue Way, tapi hasilnya masih nihil.

Darah itu terlihat semakin banyak menyebar.

“Kau bodoh? Kalau kau manusia kupastikan tak lama lagi kau akan mati. Cepat keluar brengsek! ”

Kembali hening—– Masih saja tak ada jawaban. Tapi Krytsal begitu panik, dia tetap saja berlari mencari-cari orang itu. Takut jika saja satu jiwa akan mati karena terlambat ia selamatkan.

“Kumohon. Biarkan aku membantu !”

Kesunyian masih saja menyelimuti keadaan gentir seperti ini. Seseorang yang benar-benar bodoh rupanya tak bergeming sedikitpun.

Biarkan aku mati. Jangan hiraukan aku

Kaki krystal mulai terasa kaku. Dia tidak bisa lagi berdiri. Tertunduk lemas membaca pesan di batang pohon Derry. Darah———orang itu menulisnya dengan darah.

” Tidak. Kumohon. Biarkan nyawamu tetap hidup.————-Kumohon padamu, hiks” Tangisan mulai keluar, air mata tak lagi bisa krytsal bendung.———-

Gelap. Tangisan krystal berhenti ketika seseorang menutup matanya. Dengan cairan kental di tangannya yang masih bisa krystal tebak adalah darah.

“Aku juga memohon padamu untuk tidak menghiraukanku.”

Tegas seorang pria di balik punggung Krystal. Pria itu masih menutup mata Krytsal dengan kuat. Tapi dia hanya terdiam. Tak ada lagi kalimat. Hanya terdengar tangisan dari kedua insan itu.

“Aku sungguh ingin pergi dari dunia. Melangkah dengan tanpa harapan atau tujuan. Berhenti untuk hidup adalah satu-satunya pilihan” Kata pria itu.

Tangisan kembali terdengar dari bibir krystal.

Krystal mencoba bicara, tapi terlalu berat karna tangisnya. Dia mencoba melepas tangan pria itu dari matanya. Menarik sebisanya agar bisa terlihat seperti apa wajah pria ini. Tapi usahanya sia-sia. Tetap tak bisa terbuka.

“Biarkan tetap seperti ini. Dengarkan aku.”

Suara serak pria itu terdengar begitu dalam.

“Alasan apa yang membuatmu ingin aku tetap hidup, aku tak pernah mau tahu. Ini adalah pertemuan pertama kita. Di pinggir jalan Blue Way, bersama pohon besar, dan hari ini, di hari ulang tahun ku. Aku juga berharap masih bisa terus bernapas agar bisa melihatmu lagi. Tapi jika itu sulit, semoga kita bisa bertemu di masa yang lain” Jelasnya disela-sela tangis.

Krystal mulai membuka mulutnya. Berusaha mengucapkan beberapa kalimat.

“Jika saja kau bertanya. Hanya jika kau bertanya mengapa aku begitu berharap kau tetap hidup. Akan aku beritahu——“

 

Flashback

.

.

.

.

07 Januari 2014

Di koridor sekolah, tempat para siswa berlalu lalang menuju kantin. Terlihat meja-meja makan berjajaran dengan berbagai jenis makanan yang dihidangkan. Tawa sekumpulan remaja SMA yang terlalu lepas terdengar. Mereka mentertawakan apapun, siapapun, dan bagaimanapun meraka. Aneh. Banyak yang bilang mereka itu idiot. Tak bermoral, tak punya tujuan hidup. Bahkan semua guru mengenal tentang keburukan mereka.

“Ahahahah, kau tahu, orang tua itu juga mengira aku anggota  gangster. Dia bilang badan dan wajahku ini—-gggrrrr—bagai singa liar.“

Jelas Sehun yang menggeram lagi seakan dia singa sungguhan. Postur tubuhnya yang tinggi kurus membuat ucapannya tadi hanya bualan semata. Tak ada yang akan megira kalau Sehun adalah seorang gangster dengan tubuh seperti itu. Krystal yang duduk di sampingnya ikut tertawa. Begitu juga Luna, Joy, dan Eunji.

“Dengar, dengar. Aku sudah berpikir tentang ini ribuan kali. Dan sekarang aku mau mengatakannya pada kalian.”

Perbincangan mereka mulai terlihat serius sejak Joy mengatakan itu. Wajah yang lain terlihat jelas sedang bertanya-tanya.

“Apa maksudmu?” Tanya Eunji penasaran.

“Dengarkan aku dulu, baru kalian berkomentar. Setuju?”

Mereka mengangguk bersamaan. Mulai mendekat satu sama lain agar terdengar jelas apa sebenarnya rencana Joy. Mulai hening—bersiap mendengar ucapan dari mulut Joy. Diam—–

 

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”

Teriak Joy keras-keras di telinga Krystal, Sehun, Sely dan Luna. Sontak mereka saling menjauh. Kesal—-tentu saja. Luna yang dari tadi tak terdengar suaranya mulai mengambil buku Krystal.

Taaakkkkkk.

Pukulan keras yang mendarat sempurna di kepala Joy.

“ Persetan! Ada apa bodoh?” Tanya Luna pada Joy.

“Aku bosan dengan petemanan kita yang hanya berjalan seperti ini.”

Kata Joy di tengah teman-teman baiknya itu. Kebanyakan dari mereka memberi respon yang datar namun pasti mereka punya pertanyaan besarnya tersendiri. Terkecuali Krystal.

Untuk memecahkan keheningan Krystal terlihat mulai berdiri. Sehun yang dari tadi memang berada disebelahnya segera menggenggam tangan Krystal sebelum menjauh.

“Pergi kemana?”

“Aku?—-Ahhh, mau beli es.”

Krystal mulai melangkah, tapi tidak bisa lebih jauh karena Sehun masih menggenggam tangannya.

“Ada apa lagi?”

“Dengarkan Joy sebentar. Kau tidak peduli tentang apa yang akan diucapkan Joy?” jelas Sehun yang disambut Krystal dengan kesal.

Krystal terlihat menghembuskan napasnya. Dia juga mencoba lepas dari genggaman Sehun dan menampakkan wajah sinisnya.

“Baik baik tuan sok tauuu”—-

“Begini. Aku mengenal kalian semua ‘para b*ngsat’ sudah sejak satu tahun yang lalu. Tak perlu kalian tanya tentang kenyamanan yang aku terima. Aku sungguh merasa punya  ‘sesuatu’ yang memihakku sejak bersama kalian. Tapi seiring berjalannya waktu aku bertemu dengan seseorang yang lain.” Cerita Joy yang disimak baik membawa suasana menjadi lebih hening.

“Aku bertemu dengan dia secara tiba-tiba, sama halnya ketika aku bertemu kalian. Tak ada yang direncanakan atau yang di buat-buat. Semakin hari intensitas ku bertemu dengan dia semakin bertambah, lebih tepatnya intensitas ku untuk diam-diam melihatnya. Ketika itu aku tidak tahu apa yang sedang aku lakukan. Tapi seiring berjalannya waktu, aku merasa sesuatu muncul di dalam hati. Dan sejak itu, aku sadar kalau aku jatuh cinta.” Jelas Joy panjang lebar.

“Lalu?” tanya Eunji penasaran.

“Aku tahu kesepakatan kita masih berlangsung. Bahwa kita tidak perlu ikut campur urusan satu sama lain. Tapi aku ingin kita semua suatu hari bisa dating bersama. Bercerita tentang pasangan kita masing-masing dan punya kisah bersama mereka. Jadi——aku ingin bertaruh untuk sebulan ini kita semua harus punya kekasih. Bagaimana?” tawar Joy.

“Tidak” Potong Krystal tiba-tiba.

“Hey, ayolah Krys, ada apa?”

“Kalian tahu bahwa aku memang tidak pernah ingin membahas tentang masalah pribadi. Tapi perlu kalian tahu bahwa tekanan yang aku dapat terlalu menyakitkan. Sungguh, bersama kalian aku merasakan kebebasan hidup. Biarkan kita tetap seperti ini. Tertawa, menghabiskan waktu dengan hal yang sia-sia. Dengan begitu tak akan pernah ada air mata.” Jelas krystal ngotot.

Krystal terdiam dengan wajahnya yang terlihat masih memanas. Suasana semakin tegang. Masing-masing dari mereka mencoba untuk mensterilkan kembali keadaan ini.

“Dengar. Joy tidak bisa memaksakan hal ini dan begitu juga Krystal. Tapi keputusan ini bisa kita ambil bersama.” Jelas Eunji mencoba menenangkan keadaan.

Masih saja tak ada yang berani bicara.

“Satu hal” tambah Eunji—– “Kalaupun nantinya ini berlangsung, aku berharap tidak ada yang terluka diantara kita dan kita masih tetap bersama.” Jelas Eunji dengan kalimatnya yang jauh lebih dewasa dari yang lain.

“Kita tidak bisa memutuskannya sekarang. Berikan waktu untuk berpikir masing-masing. Kalau waktunya tepat, kita bicarakan lagi” tambah Luna—–

Riuh para siswa yang semakin sibuk menyantap makanan. Mereka yang sama-sama bergabung dengan geng-nya masing-masing terlihat asyik dengan kegiatan itu. Lain halnya dengan Krystal cs. Mereka sibuk dengan egonya masing-masing. Masih bingung dengan apa yang seharusnya mereka putuskan.

“Baiklah, perbincangan ini kita tunda dulu. Jangan buat pertemanan kita ini canggung karna masalah konyol.” Kata Eunji sambil menepuk-nepuk teman-temannya. Mencoba menyadarkan mereka bahwa masalah ini tidak perlu di bawa rumit.————————

 

Flashback end

 

Scene di sekitar Jalan Blue Way kembali terlihat. Pagi masih belum berakhir tapi langit mendung mulai menyelimuti hamparan aspal disana. Baru pukul 8 pagi. Krystal dan pria itu masih terlihat bersama tapi masih dalam keadaan mata Krystal tertutup.

“Aku dapat melihat langit kini semakin gelap, sigh—padahal masih pagi.——–Rupanya kau bercerita terlalu panjang.” katanya dengan suara seraknya yang semakin terdengar samar.

Krystal bergerak-gerak. Merasa tidak nyaman dengan keadaan matanya yang tertutup.

“Bisakah kau melepas tanganmu ini? Menyingkirlah. Waktu untuk kematianmu akan selalu di tunda selama masih ada aku. Jadi jangan khawatir.” Jelas Krystal.

“Aku tidak akan menunjukkan wajahku padamu. Jika takdir mempertemukan kita lagi, biarkan aku yang hanya mengenalmu. Dan——- semoga dengan takdir itu aku akan benar-benar selamat dari kematian” lanjut pria itu bersamaan dengan turunnya hujan.

Bau basah kini tercium di kawasan jalan raya Blue Way. Perlahan pria itu melepaskan tangannya dari mata Krystal.

“Kumohon jangan buka matamu sebelum aku pergi. Aku hanya ingin kau melihat wajahku jika memang itu sebuah takdir.” Katanya membisikkan di telinga Krystal.

Mendengar itu Krystal menurut. Dia tak membuka sedikitpun celah di matanya sebelum pria itu benar-benar menghilang darinya.—

Pergi— pria itu sudah benar-benar menghilang ketika Krystal membuka matanya. Hujan kini semakin deras. Membawa suasana pagi yang harusnya cerah menjadi begitu dingin. Sisa-sisa darah bekas pria itu yang menempel di tubuh Krystal masih terlihat dengan jelas. Mulai meluruh seiring dengan turunnya hujan pagi itu.

Krystal mulai berdiri. Berjalan selangkah demi selangkah dengan sempoyongan. Mungkin ia merasa pusing karena pria itu cukup lama menutup matanya. Ia berjalan, mengarah ke pohon besarnya, Dery. Mencoba meneduh dari balik dedaunan itu dan bersandar di batangnya.

“Ada yang sama sepertiku Der.” Ucapnya sambil sekali-dua kali menghela napas. “Dia mirip denganku——- Luka yang dia miliki, serta air mata yang mengalir dari dalam hatinya. Aku juga punya semua itu.” Ucapnya perlahan.

Krystal terlihat menekuk kakiknya. Perlahan menggerakkan kedua kakinya hingga membuat beberapa helai daun yang gugur tersapu dengan pergerakkan kakinya itu. Melingkarkan kedua lengannya di kaki seolah tak ada lagi tempat untuk berpegangan. . Ia menyandarkan kepalanya di atas lutut, menenggelamkan wajahnya dan hanyut dalam tangis.

Krystal berusaha menahan tangis itu agar tidak terdengar dengan jelas. Ikut menyembunyikan air matanya bersama hujan pagi itu. Ia masih menangis walau tak ada ijin dari akalnya untuk menangis. Berusaha berhenti tapi tak ada yang bisa menghentikannya menangis. Krystal mulai memukul-mukul tanah di sekitar pohon besar itu. Raut wajahnya sulit di tebak. Apa yang sebenarnya Krystal rasakan. Tentang apa yang sebenarnya Krystal tangisi.

Krystal menangis lama hingga hujan mulai terlihat surut dan kehabisan air. Pelangi yang perlahan memunculkan keindahannya dari arah timur, menandakan bahwa matahari berdiri tak jauh dari sana. Krystal mengangkat kepalanya, menunjukkan lagi wajah original dengan mata yang masih terlihat membengkak.

Krystal menggerakkan tangannya. Mengarah pada sepetak tanah di sekitar akar-akar Dery. Menggali dengan tangannya yang gemetar keriput karena terlalu lama terkena air. Mencongkel dengan jari-jemarinya. Mencari sesuatu itu yang belum bisa dipastikan. Sudah cukup dalam, tapi benda itu masih belum bisa ditemui.

Kretttttt

 

Darah segar mulai keluar dari jari-jemari Krystal. Akar-akar tajam yang menusuk kulit luar Krystal menambah satu lagi luka di dalam kehidupannya. Tak ada sedikitpun rintihan keluar dari bibirnya. Berapa banyak sebenarnya luka dalam hidup Krystal hingga darah itu tidak bisa menyadarkannya?

Dia masih saja menggali tanah merah itu.

“Dimana kau sebenarnya?” isaknya dengan butiran air mata yang lagi-lagi terjatuh.

Krystal usap kedua pipinya dengan jemarinya yang tadi tertusuk akar. Yang ia lakukan itu justru membuat wajah nya ikut terbalur dengan darah. Krystal sungguh terlihat berantakan.  Entah itu penampilan atau bahkan kehidupannya.

“DIMANA KALIAN SEBENARNYA?!!!”

Krystal berteriak. Memukul, melempar, dan merusak semua yang saat ini ada di sekitarnya. Ia kembali terisak. Terdiam lagi dan hanya meneteskan butiran air mata lagi.

Krystal kembali menggali tanah itu. Dengan sisa tenaga yang dia punya, Krystal berusaha mencari sesuatu itu. Menggali sampai akhirnya terlihat sebuah gulungan muncul dari dalam lubang sana.———

 

4 thoughts on “[Freelance] The Unseen Man [Chapter 1]

Arcadian's Say