Hypocrisy

hypocrisy

H Y P O C R I S Y

 

 

Written by

Mizuky (@qy_zu)

 

|| Length: Oneshoot // Main Cast: Kim Jongin [Kai’s EXO], Jung Soojung [Krystal’s F(x)], Oh Sehun [Sehun’s EXO], and Choi Jinri [Sulli’s F(x)] // Genre: Romance, Hurt, Adult, Vulgarity, Angst // Rating: 17+ (for languange and action! I warn you!)

Summary: Daripada bersedih hati, bagaimana kalau kita mengikuti jejak durja mereka, Soojung?

 

 

.

.

.

 

Dia memiliki kekasih.

Aku pun begitu.

Dia menyayangi kekasihnya.

Aku pun begitu.

Dia berjanji setia dengan kekasihnya.

Aku pun begitu.

 

Hey, Soojung. Bisakah kita hentikan kepura-puraan ini?

 

.

.

.

 

“Apa kuliahmu sudah selesai?”

Perempuan itu merapikan helai rambutnya yang tampak sedikit berantakan. Tentu saja tak ada seorang perempuan yang mau berpenampilan buruk di depan lelaki, bukan? Perempuan itu mengangguk kecil sembari tersenyum cerah. Ujung jemari telunjuknya ia gunakan untuk bermain-main dengan kertas buku materi kuliahnya. “Bagaimana denganmu? Sebentar lagi aku akan melakukan sidang.”

Sang pria tampak terkejut dengan pertanyaan perempuan di sebelahnya. Ia tersenyum kaku dan sedikit-dikit menggaruk rambut di sekitar tengkuknya. “Well, you’re one step towards me again, Miss Soojung. Aku bahkan belum menyelesaikan paper yang seharusnya sudah selesai dari 3 minggu lalu.”

Perempuan di sebelahnya—Soojung—tertawa kecil. Tak mau bilang bahwa ia cukup bangga dengan itu. Soojung berdeham—bermaksud untuk meledek lelaki di sampingnya.

“Ya ya, aku tahu Kau jenius, dan aku tidak. Apa Kau puas?” Lelaki tersebut tampak sedikit kesal. Raut wajahnya sedikit menghitam ketika ia menengok ke arah Soojung dan mendapati perempuan itu tengah menutupi tawanya sebisa mungkin. “Mungkin Kau harus belajar tentang bab induksi motor padaku, Jongin.”

Tak menunggu waktu lama, lelaki itu langsung menggerutu tentang betapa menyebalkannya saat Tuhan tak adil memberikan pembagian otak pada manusia.

 

“Baiklah, apa Kau lapar?”

Soojung mengangguk. “Tapi, aku ada janji dengan pacarku.”

Lelaki itu langsung mengerti. Sejenak ia tersenyum simpul dan memutuskan untuk berpisah dengan Soojung setelah sampai di depan gerbang universitas mereka. “Baiklah, aku akan mengajak Jinri keluar. Selamat bersenang-senang dengan Sehun, Soojung. Bye.”

Sesaat Soojung berteriak kecil ketika Jongin menjauhkan punggung dari dirinya.“Kau juga, Jongin!”

Dan, mereka pun benar-benar berpisah saat itu.

.

.

.

 

Setelah berpisah dari Jongin tadi, Soojung mencoba untuk menelepon Sehun, menanyakan apakah mereka dapat pulang bersama, namun beberapa detik kemudian, Sehun mengatakan bahwa ia tak bisa menjemput Soojung dikarenakan tugas kuliahnya.

Soojung menghela napas berat. Ia kini tengah duduk di salah satu bangku taman universitasnya. Soojung tak tahu harus berbuat apa. Ia terlalu malas untuk pulang awal ke apartemennya. Maka dari itu, ia mencoba untuk menghabiskan waktu sembari menikmati pameran-pameran lukisan yang dipertunjukkan oleh anak-anak seni.

 

“Soojung!” sapa seorang wanita cantik dengan wajah khas Oriental. Matanya bermanik coklat hitam yang jernih; surainya menjuntai lurus dan berwarna senada dengan matanya; bibirnya yang sedikit tebal tersebut, merekah sempurna manakala tangannya terangkat untuk menyapa Soojung—pun dengan garis matanya. Perempuan itu kini tengah berdiri di samping Soojung. Alis Soojung terangkat sebelah melihat wanita yang menyapanya kini berwajah suram.

 

“Ada apa, Jinri? Kau tidak bersama Jongin?”

 

Mendengar nama Jongin disebut, oerempuan yang bernama lengkap Choi Jinri tersebut semakin dirundung awan suram. Ia terlihat beberapa kali menghela napas yang membuat Soojung ikut-ikutan depresi melihatnya. “Aku ditelantarkan. Jongin bilang tadi dia ingin menjemputku makanya aku datang ke sini untuk memberi kejutan. Tapi, setelah aku di sini dia bilang bahwa harus menjenguk neneknya yang sakit di rumah sakit atau kalau tidak ia akan membuat kakeknya marah.”

Soojung mengangguk mengerti, dan bukannya turut bersimpati, perempuan itu justru tertawa renyah. “Ah, jadi bukan aku saja yang ditelantarkan. Aku senang. Yeah, kakek dan nenek Jongin benar-benar mengerikan. Aku penasaran bagaimana dua batu itu bisa saling jatuh cinta,” ucap Soojung yang sedikit… brutal.

“Jadi, Kau juga ditelantarkan oleh Sehun?!” Jinri kini tak dapat mengendalikan bariton suaranya yang sedikit meninggi. Wajahnya kini sudah tak sesuram tadi, ia justru tertawa tak terkendali sampai mengharuskannya memegang lengan Soojung.

“Laki-laki memang buruk, bukan?”

 

***

 

“Soojung, apa Kau tak penasaran bagaimana kedekatan Sehun dengan Jongin?”

Merasa ditelantarkan oleh pacar mereka, akhirnya baik Jinri dan Soojung memutuskan untuk mencari kesenangan sendiri. Mereka kini tengah berada di salah satu kafe dekat dengan universitas Soojung. Anggap saja mereka sedang melakukan girls talk.

“Maksudmu? Mereka sahabat, ‘kan?” Soojung berbalik tanya karena ia tak mengerti arah pembicaraan yang dilakukan oleh Jinri. Perempuan itu kini tengah menyesap segelas chocolatte yang ia pesan.

“Terkadang aku merasa hubungan Jongin dan Sehun lebih dari sekadar sahabat. Maksudku, saat mereka berdua membatalkan janji dengan kita, entah mengapa, waktunya selalu pas dan bersamaan. Aku curiga kalau mereka ‘ada apa-apa’,” ungkap Jinri sembari mengangkat tangan kanannya menginstruksikan tanda kutip.

Mau tak mau Soojung tertawa mendengar perkataan Jinri. Wanita keturunan Korea tersebut benar-benar ahli membuat lelucon, menurut Soojung. Soojung pun menggulung pasta pesanannya dengan menggunakan garpu. “Kau ingin bilang kalau Sehun dan Jongin itu… gay?” Sejujurnya ada sedikit perasaan yang tak menyenangkan ketika Soojung mengatakan bahwa kekasihnya itu gay.

Jinri lalu menatap Soojung penuh arti. Ia menatap lamat-lamat perempuan yang sedang mengunyah pastanya itu. “Tidak mungkin. Kalau mereka itu gay, tidak mungkin Sehun bisa menciumku dengan penuh nafsu.”

Jinri lalu merilekskan pundaknya yang sedari tadi ia biarkan tegang. Wanita bermata segaris tipis itu lantas menyenderkan punggungnya ke bangku tempat ia duduk. “Bagaimana kalau kita membuktikannya?”

Soojung serta merta membentuk tanda silang dengan kedua tangannya. “Tidak! Kalau Sehun sampai tahu aku berpikiran yang aneh-aneh tentang dirinya, ia pasti akan benar-benar marah kepadaku.”

Jinri lantas mengerucutkan bibirnya, merasa kesal karena ajakan konyolnya tersebut ditampik oleh Soojung. “Ayolah, kita bisa tahu kebenarannya. Apa Kau tak curiga?”

“Tidak juga, aku sepenuhnya percaya pada Sehun Oppa,” ucap Soojung. Ia kini sudah menghabiskan seluruh pasta yang ia pesan.

Jinri bersiul pelan. Ia kemudian tersenyum sedikit menandakan bahwa ia telah kalah beradu argumen dengan Soojung. “Baiklah, Kau sudah memanggilnya Oppa. Aku kalah. Jadi, katakan padaku berapa kali Kau melakukan ciuman panas dengan Sehun?” Jinri memicingkan mata dan kembali menatap Soojung untuk meminta jawab atas pertanyaannya.

 

Soojung ingin mengelak, namun tatapan Jinri begitu mengintimidasi yang mengharuskannya menjawab pertanyaannya tadi. Akhirnya Soojung mengungkapkan rahasia hubungannya sambil malu-malu.

 

“Kau pasti tidak akan percaya.”

 

.

.

.

 

Mereka cukup akrab. Sehun dan Jongin.

 

“Jadi, bagaimana Soojung saat kuliah?”

 

Mereka saat ini sedang melakukan pertandingan one on one di lapangan basket. Mereka sudah melakukan kegiatan ini sejak mereka masih SMP. Mereka bukanlah sahabat atau teman dekat. Mereka selalu bersaing dalam banyak hal hingga membuat mereka saling mengakui kemampuan satu sama lain.

“Soojung terlalu jenius. Kau tahu itu.” Jongin berkata sambil terengah-engah. Sehun berhasil menembus defense-nya dan sedang mencoba melakukan shooting di dekat garis three point. “Shit!” Lelaki itu mengumpat pelan, membuat Sehun tertawa karena berhasil memecundangi kawan sekaligus lawannya tersebut.

“Sudah kubilang, menjadi insinyur itu sama sekali tidak cocok denganmu, Jongin.” Dan setelah berkata seperti itu, Sehun berhasil melakukan tembakan three point.

 

“Kita tidak akan tahu sebelum mencoba.” Kali ini Jongin yang mencoba untuk menyerang. Ia menukik sembari melakukan beberapa fake agar bisa mendapatkan celah untuk bisa menerjang masuk. Sehun sedikit menyeringai. “Kau seharusnya menjadi seorang dancer saja.” Tangan Sehun terulur untuk melakukan steal pada bola yang sedang di-dribbling oleh Jongin.

“Jangan mengejekku, Oh Sehun!” Jongin agak sedikit membentak dan berhasil melakukan tembakan dunk. Ia berdiri sambil menenteng tangannya, memperlihatkan seringaian yang menyebalkan menurut Sehun.

“Kita lihat saja sampai sejauh mana Kau berhasil bertahan.” Kali ini Sehun berinisiatif untuk segera menyerang, tak membiarkan Jongin untuk menarik napas. Pertarungan sengit mulai terjadi. Mereka saling mewaspadai satu sama lain. Tak ada satupun ego yang mengalah. Puncaknya, Jongin berhasil dikalahkan oleh Sehun.

Sambil bermuka kusut, Jongin meminta waktu istirahat untuk minum.

 

“Apa masih ada laki-laki yang mendekati Soojung?” tanya Sehun setelah meminum habis minumannya.

“Tak ada yang berani mendekatinya. Aku selalu berada di samping Soojung sampai aku pikir kalau aku ini adalah pacar perempuan itu,” ucap Jongin dan langsung mendapat pukulan ringan oleh Sehun.

“Baiklah kalau begitu. Aku memercayakan Soojung padamu, Jongin. Hajar saja jika ada laki-laki lain yang mencoba untuk mendekati Soojung,” canda Sehun sambil mengusap peluhnya dengan handuk cokelat, hadiah pemberian dari Soojung.

Jongin pun menghela napas panjang. Ia duduk di sebuah bangku panjang sambil mengaktifkan ponselnya untuk melihat pesan masuk. “Kalau Kau sebegitu khawatirnya dengan Soojung, kenapa Kau tidak menjadi insinyur dan kuliah di universitas yang sama dengan kami?”

Butuh waktu sepuluh detik bagi Sehun untuk menjawab. “Menjadi arsitek adalah impianku sejak dulu, dan Soojung pun tidak keberatan dengan hal itu. Dirinya juga sudah menganggapmu sebagai sahabatnya.”

Jongin bersikap geming. “Baiklah, aku pulang dulu. Mau menjemput Jinri untuk kencan.”

 

Sebelum ia mencapai motornya, Jongin segera mengangkat telepon masuk yang rupanya berasal dari pacarnya.

“Iya, sebentar lagi. Aku sedang dalam perjalanan.”

“….”

“Iya, Jinri sayang. Aku benar-benar akan menjemputmu. Aku janji.”

“….”

“Jangan marah seperti itu, dong. Aku minta maaf, oke?”

“….”

“Bagaimana kalau kita menonton kembang api? Ada festival di pinggir kota.”

“….”

“Ya, tunggu aku, Sayang. Bye, i love you.”

 

.

.

.

 

Kini pasangan Sehun dan Soojung sudah tiba di tempat kencan mereka. Sehun memarkirkan mobilnya sambil menunggu Soojung yang ingin membeli gulali. Mereka lalu berpegangan tangan sambil membaurkan diri dalam keramaian suasana di gedung pertunjukan.

“Berapa kali pun aku melihatnya, Kau benar-benar sangat cantik, Soojung.”

Soojung segera menunduk malu akibat rayuan kecil yang dikatakan oleh kekasihnya tersebut. “Oppa juga. Kau sangat tampan hari ini.”

Sehun tercekat. Ia menatap Soojung yang masih menunduk malu-malu itu. Secuil rasa jahil langsung mencuat dalam benak laki-laki yang menyukai minuman bubble tea itu. “Apa itu berarti aku selalu jelek sehari-hari, begitukah Nona Soojung?”

Soojung gelagapan. Ia tak tahu bahwa Sehun akan salah mengartikan pujiannya itu. Ia bingung untuk menjelaskannya. Otaknya sibuk berpikir bagaimana caranya agar mereka tak bertengkar ditengah-tengah kencan. “Maksudku bukan begitu, Oppa. Kau selalu tampan setiap hari. Dan kata-kataku tadi…”

Sehun pun tertawa kecil melihat Soojung yang tampak panik oleh gurauan kecilnya itu. Ia lantas mengeratkan tangannya di lengan Soojung. “Aku hanya bercanda, Cantik. Kau benar-benar lucu.”

Menyadari bahwa ia dijahili, membuat Soojung bermuka masam. Namun, segera ia menyusul Sehun dengan gelak tawa. Mereka habiskan malam itu bersama, hanya Soojung dan Sehun seorang.

Ya, hanya mereka berdua saja.

 

.

.

.

oOo

.

.

.

 

“Apa Kau yakin dengan ini?”

 

Perempuan itu terlihat takut-takut, namun ia segera mengeratkan pelukannya pada pria itu. Tangan keduanya bertaut, saling melingkari satu sama lain berharap agar tak ada yang memisahkan mereka. Perlahan, tubuh keduanya saling merapat. Gadis itu berniat menyibak rambut panjangnya yang menghalangi, namun tangan sang Pria lebih cepat. Ia menjangkau, mendekatkan hidungnya ke leher jenjang milik gadis itu. Ia menciumi bau wangi segar yang menguar dari tubuh sang Perempuan.

Sang Perempuan mulai merasa tak enak. Hati dan pikirannya sudah berjalan tak beriringan. Ia ingin mendorong pria itu jauh-jauh, namun tangannya justru bergerak untuk mengeratkan dekapan sang Pria. Ia merasa nyaman. Ia merasa terlindungi.

Walau, ia tahu, mereka sudah melakukan dosa besar. Perlahan tangan wanita itu mengusap halus punggung pria yang memeluknya—yang tertutupi dengan sweater rajut cokelat. Ia ingat bahwa sweater cokelat itu merupakan pemberian dari kekasih pria tersebut.

Sekali lagi, wanita itu hanya bisa terpedaya oleh kekuatan egonya.

 

Bukan hanya sang Perempuan saja yang merasa bersalah. Pria itu pun merasakan demikian. Justru hatinya tengah tertohok. Ia mengkhianati janji yang ia ucapkan. Bibir yang ia kecup, bukan hanya mengecup kekasihnya. Perlahan, kepalanya bergerak maju untuk meraih bibir dari perempuan yang tengah ia peluk.

Tak dapat ditampik, kini pria itu benar-benar merasa bersalah setengah mati. Ia tak dapat mengungkapkan perasaannya secara langsung. Ia tak lagi mencintai kekasihnya. Ia ingin mengatakan itu, namun ia tak dapat melihat langsung wajah tangis milik kekasihnya.

 

Dia adalah pria berengsek.

Dia tahu dan dia akui itu.

 

Mereka hanya saling mengecup bibir satu sama lain. Menautkan jemari mereka sembari terus merasakan kegetiran di hati masing-masing. Mereka akui bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Tak ada keterpaksaan, semua itu murni atas dasar cinta.

 

Cinta.

Kata yang memuakkan, bukan?

 

Seharusnya mereka lebih awal merasakan perasaan itu. Seharusnya mereka lebih awal untuk bertemu. Mengapa mereka harus merasakan perasaan itu dalam keadaan seperti ini? Dalam keadaan ketika mereka sudah saling berjanji dengan kekasih mereka masing-masing untuk setia.

 

Dari ciuman yang hanya saling kecup, kini bergerak lebih liar. Gairah mereka memuncak. Mereka ingin merasakan perasaan satu sama lain. Decakan, desahan, candu, dan penyesalan bersatu dalam ciuman panas itu. Jeritan-jeritan hati yang selama ini mereka pendam, mereka biarkan keluar hanya untuk kali ini saja.

Awal dari pertemuan mereka, sama sekali tidak menyenangkan. Ketika mereka menyapa satu sama lain, ketika mereka saling jatuh cinta satu sama lain, adalah saat tangan mereka berdua yang menaut pada orang lain. Andai waktu bisa diputar, ada banyak penyesalan dan rasa yang ingin mereka ungkapkan.

Selalu saja waktu disalahkan untuk sebuah penyesalan, bukan?

Jika mereka mau lebih terus terang, tak akan ada banyak hati untuk dikorbankan, pun dengan torehan luka di hati masing-masing.

Ketika mereka saling bertukar ciuman….

Mereka tahu….

 

Tak ada hari esok bagi mereka. Tak ada kesempatan kedua.

 

Mereka saling melukai, ciuman yang memilukan.

 

Sungguh miris, bukan begitu, Sehun, Jinri?

 

.

.

.

oOo

.

.

.

 

“Katakan ini semua bohong.”

Soojung menangis terisak. Ia tak sanggup untuk melihat semua kejadian itu. Ia tak sanggup untuk membiarkan hatinya terluka. Ia ingin menutup matanya, mengatakan bahwa pria yang ia lihat berciuman dengan Jinri—pacar Jongin—adalah ilusi. Ia ingin yakin bahwa pria itu bukanlah Sehun—kekasihnya. Namun, semakin Soojung berusaha keras untuk mengelak, semakin ia yakin bahwa pria itu adalah Sehun. Dari cara ia ia berdiri, bentuk kedua lengan kokohnya, hidung yang mancung itu, gaya rambut, garis-garis keras kepalanya, dan….

Sweater rajutannya.

 

Sehun berciuman dengan wanita lain sambil mengenakan sweater yang ia rajut dengan susah payah.

 

Jongin tak tahan dengan itu semua. Rahangnya sudah mengeras dan tangannya mengepal tinggi-tinggi. Ia benar-benar sulit memercayai apa yang dipandangnya. Ia yakin Jinri adalah perempuan yang setia. Jinri tak mungkin mengkhianatinya. Tapi, wanita yang sedang berciuman dengan Sehun adalah… Jinri, kekasihnya.

Jongin ingin memukul Sehun hingga pria itu muntah darah. Ia ingin meninju wajah itu sampai bengkak. Ia ingin Sehun meminta maaf sambil sujud kepadanya. Pria yang begitu ia percaya, yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya. Tak hanya mengkhianati kepercayaannya, ia pun menyakiti Soojung.

Jongin segera beranjak dari tempatnya bersembunyi. Ia tak berniat untuk membiarkan pengkhianatan itu lebih lama lagi.

Ketika Jongin sudah menyiapkan segala emosinya, sebuah tangan rapuh menahannya. Jongin terhenti. Ia menatap Soojung tak mengerti. Walau perempuan itu masih menangis, namun tangan itu bersikukuh untuk tidak membiarkan tangan Jongin menghantam wajah Sehun.

 

“Soojung, lepaskan aku. Aku akan menghajar Sehun, untukku. Dan untuk dirimu juga.”

 

“Jangan….” Bibir itu mengucap sambil bergetar pelan. “Jangan lakukan itu, Jongin. Kumohon.”

Jongin tak mengerti. Ia tak mengerti semuanya. Mengapa Jinri mengkhianatinya? Mengapa Soojung harus menghentikannya agar tidak memukul Sehun? Mengapa Sehun terus memecundanginya? Apa yang salah dari dirinya?

Soojung terluka, dan akhirnya Jongin terpaksa mengalah. Ia lebih memilih untuk menjauhkan Soojung dari pemandangan hina itu. Jongin menarik Soojung untuk mengikutinya. Ia harus melindungi Soojung.

 

***

 

Kini mereka berada di apartemen Soojung. Soojung masih terus membenamkan kepala di antara kedua lututnya. Sedang Jongin sedang duduk di sofa, merasakan perasaan frustrasi yang begitu memberatkan perasaannya. Tak ada yang bersuara. Mereka masih terpukul dengan kejadian itu.

 

“Mengapa Kau menghentikanku, Soojung? Kalau Kau tidak menghentikanku saat itu, aku tidak akan merasakan frustrasi yang teramat sangat seperti sekarang ini!” Jongin menggeram lemah. Ia senderkan punggungnya dan mengusap wajahnya beberapa kali.

 

“Aku tak ingin Kau memukul Sehun, Jongin,” jawab Soojung pelan. Perempuan itu masih tak mau untuk membangkitkan wajahnya.

 

“Ayolah, Soojung. Sehun sudah melukai perasaanmu. Dia mengkhianati kita berdua!” Jongin sadar bariton suaranya menaik. Seharusnya ia tak mengatakan itu setelah melihat bahu Soojung yang mulai bergetar. Jongin tahu, sebagai perempuan, Soojung-lah yang paling menderita dan terluka. Maka dari itu, Jongin mengesampingkan amarahnya dan berjalan untuk mendekati Soojung. Saat ini, Jongin sudah duduk tepat di sebelah Soojung sambil mengusap punggung perempuan itu.

Jongin menyadari satu hal, punggung gadis itu sangat kecil, bahkan terkesan rapuh. Jongin tak paham alasan Sehun untuk berkhianat dari Soojung. Soojung begitu mencintai Sehun, dan Jongin tahu bahwa laki-laki itu tak mungkin menyakiti Soojung.

 

“Sehun melakukan itu pasti ada alasannya. Mungkin karena aku yang terlalu buruk untuknya.”

 

Rahang Jongin mulai mengeras. Ia cukup kesal dengan pernyataan Soojung itu. Lantas, atas dasar cinta yang buta, Soojung mau menutup seluruh mata dan hatinya mengenai pengkhianatan Sehun? Semua ini benar-benar tampak lelucon di mata Jongin. “Kau terlalu baik untuknya, Soojung. Bahkan disaat Sehun mengkhianatimu, Kau masih menahanku agar tidak memukulnya.”

Soojung tak bersuara. Ia semakin menenggelamkan kepalanya. Ia tak menyahut karena ia tak tahu harus berkata apa untuk membela Sehun. Ia masih terus mencoba untuk membohongi hatinya. Biarlah ia mengambil peran sebagai perempuan bodoh. Ia tak ingin berpisah dari Sehun. Ia sangat mencintai Sehun.

 

“Soojung, buka matamu! Sehun tidak mencintaimu!” Jongin berteriak frustrasi. Ia sedikit menjambak rambut hitamnya dan mencoba untuk menstabilkan deru napasnya. “Jinri pun tidak mencintaiku,” ia berkata lirih. “Sial!”

 

“Tidak. Sehun mencintaiku, Jongin. Sehun cinta padaku. Dia sudah berjanji untuk selalu setia padaku. Sehun tidak mungkin mengkhianatiku!” Kali ini, Soojung mengangkat kepalanya. Perempuan itu menunjukkan wajah yang penuh dengan luka. Matanya sembab dan sedikit membengkak. Penampilan perempuan itu benar-benar kacau, dan Jongin semakin menghujat Sehun kasar di dalam hatinya.

“Buka matamu lebar-lebar. Kau mengakui kalau pria yang berciuman dengan Jinri adalah Sehun, ‘kan? Bukan hanya Kau yang tak ingin memercayainya, aku juga begitu, Soojung! Aku frustrasi! Aku begitu memercayai Jinri, tapi perempuan itu dengan mudahnya membuang seluruh rasa cintaku. Bahkan, setelah pengkhianatan itu, aku masih mencintai perempuan sialan itu. Aku tidak tahu harus bagaimana….” Jongin berkata lemah. Kini, pria itu memilih untuk diam dan memejamkan matanya. Dia tak ingin beradu argumen saat batinnya tengah tersiksa. Tak pernah terbayangkan sekalipun bahwa Jinri akan mengkhianatinya.

“Jongin….”

 

Dengan pelan, pria itu membuka namanya. Ia melihat Soojung merangkak mendekatinya. Pria itupun sedikit maju setelah tahu bahwa Soojung sepertinya akan berbicara sesuatu.

“Aku tak bisa melupakan perasaan ini. Aku tak bisa melupakan Sehun.” Saat berbicara seperti itu, jarak tubuh mereka sangat dekat. Bahkan Jongin sampai tahu urat-urat merah di mata Soojung akibat perempuan itu yang banyak menangis.

“Mengatakan untuk melupakan Sehun sangatlah mudah, Jongin.” Kini, Soojung semakin menipiskan jarak mereka. Jongin tak tahu apa yang akan dilakukan oleh perempuan itu selanjutnya.

“Bantu aku melupakan Sehun, Jongin.” Setelah berkata demikian, Soojung langsung mencium Jongin. Melumat bibir pria itu seolah mencoba untuk mengundang Jongin dalam permainannya. Jongin tersadar, ia tak mungkin melakukan hal tak benar itu pada Soojung. Ia begitu peduli pada Soojung, ia ingin membantu Soojung untuk melupakan Sehun, tapi bukan seperti ini caranya.

Merasa tak ada respons, Soojung pun sedikit menjauh untuk melihat wajah Jongin. Ia menatap Jongin dalam, tangannya bergerak untuk mengusap rahang bawah Jongin yang kokoh. “Ada apa? Apa Kau tak mau membantuku, Jongin?”

Jongin mencoba untuk menjauhkan tangan Soojung, namun mata pria itu sedikit berkabut saat ini. Ia tak tega melihat pilu di mata Soojung. Ia ingin menghapus rasa sakit yang ada di hati Soojung, begitu pula dengan dirinya. Akhirnya, Jongin mengangkat tubuh Soojung menuju kamarnya.

Ia baringkan tubuh Soojung di atas tempat tidur. Matanya sudah benar-benar berkabut sekarang. Ia mencium bibir Soojung pelan, lalu turun ke leher jenjang perempuan itu. Jongin lantas diam sebentar. Ia ingin menjernihkan pikirannya. Saat Jongin bergerak untuk menjauh, tangan Soojung kembali menahan Jongin.

Mereka saling berhadapan dalam diam. Menerka apa sekiranya yang ada di dalam pikiran masing-masing. Akhirnya, Jongin pertamalah yang memecahkan keheningan di malam itu. “Kita salah, Soojung. Bukan seperti ini caranya.”

Soojung tak peduli. Ia kembali mendekatkan wajah mereka, berniat untuk mencium Jongin lagi, namun pria itu bergerak untuk mencium Soojung terlebih dahulu. Tangan Jongin sudah berjalan untuk membuka kancing kemeja Soojung.

 

“Kita masih bisa menghentikan ini. Katakan stop jika Kau keberatan, Soojung.”

 

Karena tak berkata apa-apa, Jongin melanjutkan apa yang sudah ia perbuat. Mereka sama-sama tak menyangka bahwa akan menyerahkan kehormatan mereka pada orang yang bukan kekasih mereka. Tapi, persetan dengan itu semua. Mereka tidak tahu sampai dimana tahap kedekatan Sehun dengan Jinri, tapi cepat atau lambat toh mereka juga akan mencapai tahap keintiman ini.

 

Daripada bersedih hati, bagaimana kalau kita mengikuti jejak durja mereka, Soojung?

 

.

.

.

oOo

.

.

.

 

 

Hari-hari mereka berjalan sempurna. Baik Jongin maupun Soojung telah sempurna menutup kemunafikan mereka dengan sebuah topeng yang cerdik. Jongin masih dapat memberikan perhatiannya untuk Jinri, masih sering menjemput dan mengajak kencan perempuan itu meski hatinya merasa kosong. Sedang Soojung, jangan tanya seberapa banyak luka yang terlah mengiris hatinya. Ia selalu menahan perih setiap kali harus terpaksa tersenyum di hadapan Sehun.

Bukankah Soojung sudah menjalankan perannya dengan apik?

Jongin benar-benar memuji Soojung atas perannya tersebut. Perempuan itu masih saja dapat tersenyum jika ada temannya yang menanyakan hubungannya dengan Sehun. Perempuan itu bahkan sampai memuji Sehun—membuat Jongin menertawai tingkah Soojung setengah mati.

Seberapa banyak pujian yang diberikan Soojung pada Sehun, pada akhirnya perempuan itu selalu datang ke apartemen Jongin sembari menangis, dan setelah berkeluh kesah atas perasaannya, mereka menghabiskan malam sambil bercinta.

Jongin bahkan sampai tak dapat membedakan dirinya dengan Sehun. Kalau Sehun adalah pria berengsek, lantas dirinya apa? Jongin merasa tak pantas untuk menghujat Sehun. Karena ia dapat merasakan perasaan pria itu. Perasaan bersalah dan tak enak hati setiap kali berciuman di belakang kekasih. Perasaan tertekan setiap kali dirinya harus merahasiakan hubungan gelapnya dengan Soojung di belakang Jinri.

 

Terutama mengenai perasaan… tentang indahnya pengkhianatan.

 

Lantas, katakan padaku, apa perbedaan kita dengan mereka, Soojung?

 

Munafik. Baik Soojung, Jongin, Jinri, ataupun Sehun. Jongin sejatinya ingin memutuskan hubungan dengan Jinri karena ia merasa percuma dengan hubungan mereka dan terutama ia tak lagi merasakan cinta pada Jinri. Namun, lagi-lagi Soojung selalu menahan tindak-tanduk Jongin. Membuat pria itu benar-benar tak mengerti jalan pikiran seorang Soojung.

 

Kim Jongin tak pernah mengerti apa keinginan Jung Soojung.

 

.

.

.

Jongin dan Soojung kembali menghabiskan malam bersama. Setelah membantu Jongin menyelesaikan tugas-tugasnya, mereka kembali bercinta. Entah sejak kapan mereka mulai melakukannya, dan entah bagaimana perasaan bersalah kini telah lenyap sepenuhnya dari hati Jongin.

Jongin sadar, hubungan kepura-puraan serta pelampiasan Soojung pada dirinya, telah berubah menjadi cinta sepihak bagi Jongin.

Ia ingin sebuah kepastian dari Soojung.

 

“Soojung….”

Merasa namanya dipanggil, perempuan bergeliat pelan dari balik selimut. Ia menoleh melihat Jongin yang sudah mengenakan celananya. “Ya?”

Soojung merasa perasaan tak enak. Sepertinya Jongin ingin melakukan pembicaraan serius. Oleh karena itu, ia segera mengenakan kembali pakaian-pakaiannya.

 

“Bagaimana perasaanmu terhadapku?” Kini, tangan Jongin menahan tangan Soojung dan membuat si Pemilik agar menatap matanya. Ia serius kali ini. Ia benar-benar mengharapkan kejelasan atas hubungan mereka.

“Kau sudah tahu itu, Jongin.”

Soojung selalu menjawab pertanyaan yang sama dengan jawaban yang sama pula. “Jelas bukan jawaban seperti itu yang kuinginkan, Soojung.”

 

“Aku mencintai Sehun.”

 

Jawaban singkat yang diberikan oleh Soojung membuat Jongin terdiam. Perempuan itu sedikit tertunduk sembari tertawa pelan. Jelas, ia akan melukai perasaan Jongin. Hebat bukan, tak hanya Sehun yang ia sakiti, kini ia menyakiti hati Jongin.

 

“Maaf, Jongin. Jika Kau bosan dan tidak suka, Kau bisa membuangku.”

 

Ucapan Soojung yang terakhir membuat Jongin membatu. Tangannya kini sudah melepaskan tangan Soojung sepenuhnya. Mata lelaki itu masih menatap lamat-lamat pada diri Soojung. Sejurus kemudian, Jongin merasakan gamang pada dirinya. Entah ia harus mengabaikan kata-kata Soojung, atau tidak.

 

“Kau tahu, Kau bukan pembohong ulung, Soojung.”

 

Tapi, yang Jongin ketahui, jika ia melepas Soojung saat ini, ia benar-benar tidak akan dapat memperbaiki segalanya.

 

.

.

.

Kalau Kau benar-benar mencintai Sehun, Kau pasti tidak akan mau menerimaku.

Kalau Kau masih mencintai Sehun, mengapa saat ini dirimu masih berada di sisiku?

Kalau Kau masih mengharapkan Sehun, Kau pasti tidak akan membalas pelukanku.

Kau pasti mencintaiku, bukan begitu, Soojung?

.

.

.

| E N D |

 

52 thoughts on “Hypocrisy

  1. kirain yg jd penghianat kai sm klee… trnyata…….. jung knapa ga mutusin sehun..kau trllu baik jung…
    rasa nyeseknya wktu baca ini dalem bgt… 😥 huhuhu

    Like

    • Hehe secara teknis sih yg jadi penghianat itu keempat main cast 🙂 jadi sebenarnya semua yang ada disini itu salah..
      Dan yeah mungkin alasan terbesar Soojung ngga mutusin Sehun karena lebih ke arah rasa bersalahnya..
      Hehe, yang buat ini juga nyesek kok :”)

      Like

  2. Ini mizuky yg selalu bikin ff minstal bkn? Hehe… Ak sering baca dlu karya2mu 🙂
    Semua ff km feelnya dpt bnget n plot story’nya itu beda n ga mudah ditebak.
    Syukur deh km membuat ff dgn castnya kaistal, 😀
    Wohoo ini ceritanya angst ttg pengkhianatan & pelampiasan disaat yg sama. Huhu…. Ak suka ceritanya tp endingnya gantung. Ak penasaran dgn kelanjutan hub mrk ber4, dan tentunya keputusan soojung dgn pernyataan jongin. 😦
    Ini bs kan dilanjutkan dgn sequel mizu’…. 😀 hahaha ditunggu>_<
    Hwaiting^^

    Like

    • yep, lah kok kamu bisa tahu aku sih? hehe pernah jadi pembaca ffku ya? 😳 makasih ya sebelumnyaaa 😀
      duh pujiannya bikin aku melayang-layang 😳 sebenarnya sih ngga semua plot ffku mudah ditebak justru menurutku plot ceritaku seems boring dan syukurlah kalau feelnya tersampaikan dengan baik xD yeah!~

      iyanih mereka sama-sama salah sebenarnya… baik Soojung, Sehun, Jongin, dan Jinri ngga ada yang bener.. sequel? insya allah yaaa 😀 oke ditunggu saja, anw, makasih udah mau komen yaa ^^~ love you {}

      Like

  3. salah sangka kirain yg mulai soojung jongin eh ternyata mereka yg jadi korban
    kata2 terakhir itu bikin senyum2 sendiri
    udah jelas kalo soojumg jg cinta jongin. ah senengnyaa

    Like

    • yah sebenarnya sih ngga ada yang jadi korban.. menurutku mereka semua jadi ‘setan’ disini.. ehehe.. wah udah disimpulkan begitu ya? haha tapi kan kata-kata terakhir itu kan dari Jongin sendiri, belum tentu kalau Soojung bener-bener punya perasaan buat Jongin kan? hehe..

      Like

  4. Kirain dari awal yang penghianat itu jongin sama soojung, tenyata jinri sama sehun. Jelas banget kalo soojung akhirnya suka sama jongin.
    Di tunggu ff kaistal lain nyaa 🙂

    Like

    • duh gimana yaa.. sebenarnya sih ngga ada yang memulai penghianatan dulu disini.. nanti deh kalau aku ada waktu luang, aku bakalan buat sequelnya insya allah 🙂
      anw, kalimat terakhir itu.. hehe itu kan cuman persepsinya Jongin, siapa tahu kalau perasaan yang dirasakan Soojung itu berbeda kan? 🙂

      ngomong-ngomong, terima kasih sudah mau komentar ya {}

      Like

  5. hueeee ff ini bikin aku flashback 😦
    karena aku pernah ngalamin kaya gitu, -tapi nggak sampe seintim itu ya ._.-
    maksudnya aku pernah suka sama orang yg udah punya pacar disaat aku juga punya pacar.
    dan pada akhirnya kita milih buat pisah sama pacar kita lalu pacaran meskipun melewati banyak cemoohan dari orang orang. mau gimana lagi perasaan gabisa dibohongin kan? meskipun kita sadar itu salah.
    tapi aku berharap jika ff ini ada sequelnya, jangan sampe soojung-jongin berakhir kaya aku dan cowok itu. setelah pacaran lama pada akhirnya kita pisah juga. cowok itu sadar bahwa hubungan kita diawali dengan buruk maka kesananya ngga akan bener huks ㅠㅠ
    by the way, nice ff! keep writing yaaa mizuky ^^

    Like

    • waduh maafkan saya yaa sudah membuat kamu kembali mengingat pengalaman yang pahit 😦
      well, menurutku, karma does exist, dan apapun yang pada awalnya salah, pasti akhirnya juga bakalan salah (itu kalau memang antara kedua belah pihak tidak merasakan perasaan yang sejalan lagi) you know what exactly i said.. maaf bukan maksud apa-apa, tapi yah yang masa lalu yang kaya gitu mending lupakan sajalah, man is not only him, you can receive the best man if you want, dear :))

      yah, kalau saya ngga terlalu sibuk sih, insya allah akan saya buatkan sequel.. anw, thanks ya udah mau komen dan berbagai cerita kamu 🙂 go go move on!~ 🙂

      Like

    • haha ambyar? kupu-kupu beterbangan? dear, your feeling is exactly wrong O.O there is not fluff in genre._. duh apa saya gagal ya bikin ff angst ini T_T /merenung di pojokan/
      anw, thank you for comment {} love yaa!~~

      Like

    • haha we don’t know the reason behind betrayal Sehun-Sulli, so don’t just too straight hate them okayy 😉
      tapi, ya lihat saja ya nanti, insya allah kalau saya ngga sibuk saya pasti buatkan sequelnya kok ^^

      Like

    • haha sebenarnya sih kalau masalah pengkhianatan, semuanya kok; Soojung-Jongin-Jinri-Sehun adalah tokoh-tokoh yang selingkuh di ff ini, jadi ya bukan cuman sesul doang 🙂
      hehe makasih ya atas pujiannya dan sudah mau komen 😀 love yaa{}

      Like

  6. Kirain yang selingkuh Jongin sama Soojung, ternyata Sehun sama Jinri :”
    Soojung kenapa sih belum bisa ngelupain Sehun, padahal dia udah terlalu JAHAT :3
    Sequel kakak
    Keep Writing^^

    Like

    • haha duh banyak yang salah paham ya haha.. actually dear, sedikit koreksi nih ya, yang selingkuh itu Soojung dengan Jongin dan Jinri dengan Sehun. Jadi bukan cuman SeSul doang ya, hehe..
      and we don’t know the reason behind ‘betrayal’ Sehun-Jinri, so.. don’t just think they are is jerk, hehe.. 🙂 pasti ada alasannya kok.. insya allah kalau saya gasibuk ya, anw thanks for comment {}

      Like

  7. ceritany msh gantung..
    aplg gk ad pnjlsan knp sehun selingkuh dg jinrii
    tp gk bsa mnyalahkn sblh pihak. sebab mereka sama2 slh. meski sehun & jinrii yg memulai

    Like

    • sesungguhnya kalau saya ada waktu luang yang banyak, insya allah akan saya buat sequelnya, jadi.. dimohon untuk menunggu dengan sabar ya 🙂
      nah ini nih komen yang aku suka xD pasti ada kok alasan kenapa Jinri-Sehun bisa selingkuh gitu hehe..

      Like

    • hehe nanti ya kalau saya ada waktu luang, insya allah akan saya buatkan sequel 🙂 wah omongan kamu vulgar banget *_* yang adegan itu… sudahlah tak usah dibahas /.\ what a shame..

      anw, thank you ya udah mau komen dan baca 😀

      Like

  8. ehh… ending-nya kok gantung gini yaa?? wkwkwkss~~ biar urusannya selesai gini aja deh yaa, soojung putusin sehun & kai putusin jinri, terus kaistal jadian and hunlli terserah mau jadian atau enggak -_- wkwkwk =D ini ff kaistal pertama kamu yaa?? ditunggu ff berikutnyaa~ hwaiting!!

    Like

    • haha bisa bisa sih bikin ending versi sendiri 😀 lebih memuaskan dan sesuai sama yang diinginkan 😀 habis saya sendiri cukup bingung sih buat menentukan jalan cerita ff ini._. /geplak/

      hehe, fyi it’s not my first kaistal fanfic, but this is the first my kaistal ff here 🙂 if you want, you can visit my blog to read my another kaistal fanfic ❤ last, thank you for comment xD love yaa!~~

      Like

  9. Ohmygod!!!! Speechless. Ini bener2 main belakang semua hahaha. Buatin sequel nya dong thor, penasaran nih masa hubungan jongin sama soojung gantung gitu. Oya, penulisannya bagus dan enak bacanya. I like it. Fighting!xx

    Like

    • haha iyadong bener-bener ngga kuat ye;_; disini entah yang bener mana yang salah mana ;_; muehehe.. /tabok/ ya kalau saya ada waktu luang, pasti akan saya buatkan sequelnya, tunggu saja ya 🙂

      terima kasih atas pujiannya, jadi malu 😳 hehe, juga terima kasih sudah mau komen dan membaca 😀 hihi~~ love ya!~ {}

      Like

  10. Keren kak ! Butuh sequel !?!? Wkkk
    Nyesek bgt ini !? Kirain yang berkhianat itu jongin sama soojung eh ternyata sehun sama jinri yang selingkuh /? Wkkk 😀

    Di tunggu karya selanjutnya ! 😀

    Like

    • uwaduh, kamu sepertinya salah paham sayang 🙂 disini itu yang berhianat keempat-empatnya, hehe.. disini itu.. ngga tau mana yang salah mana yang benar, so.. just go do it lah ;_;

      oke ditunggu aja ya sayang :))

      Like

  11. ding, hai mizuuuu!!! (sok kenal) beberapa waktu yg lalu, aku ernah nyangkut di blogmu, saat fanfic kaistal masih sangat amat sulit untuk ditemukan, inget aku gak? ((siapa elu mau diinget)) hahaha
    enough intermezzo nya, langsung ke review. aku selalu suka ke-ambigu-an plot kamu, ending yang left hanging kayak gini, pertanyaan2 retorik kayak yang ‘kau pasti mencintaiku, bukan begitu, soojung?’. itu bikin otak aku muterin sendiri jawabannya, hahaha. entahlah, walaupun rectangle love ini anak 4 termasuk ke plot yg mainstream tapi aku tetep suka (emang dasarnya nyangkut banget ke ini orang 4 bahaha)
    terus aku nemuin beberapa kalimat kayak ‘Dengan pelan, pria itu membuka namanya. Ia melihat Soojung merangkak mendekatinya.’ ((itu maksudnya mata kali ya bukan nama?)) sama ‘Merasa namanya dipanggil, perempuan bergeliat pelan dari balik selimut’ ((kata ‘itu’ abis ‘perempuan’ ketinggalan?._.)), mungkin mizu lupa edit hehe 🙂
    DAN GAK LUPA JUGA BROTHERSHIP NYA SEKAI<3<3<3<3 that's the ultimate otp of mine. berasa liat naruto dan sasuke di cerita ini. yha. yha.
    nah, segitu aja dari aku, atas perhatian dan kerjasamanya terima kasih(?), pyong!

    Like

    • HAI HAI HAII!!! XD inget dongg 😀 (cuman samar-samar sih maafkan aku yaa T_T) aku tau kamu grgr username kamu sih, kaya pernah sapa-sapaan gitu sama kamu :3 hehe.. oh ya, makasih yaa udah mau nyasar ke blog kuburanku :’)

      well, itu memang sengaja aku gantungin sebab aku sendiri cukup pusing mau nentuin akhir cerita; siapa sama siapa gitu, yasudahlah aku serahin ke pembaca saja :)) hehe..
      iyatuh cinta-segibanyak memang mainstream tapi ya thanks to Ed Sheeran, aku jadi nulis ff yang…. asdfghjkl ini :”) ehehe..

      IYA ITU TYPOS MASYA ALLAH berhubung ff ini remake version di cast-nya aku ga sempet ngecek ulang lagi, asal publish, terus pas baca ulang.. duh banyak banget typo-nya, tapi yasudahlah sudah dibaca banyak para remaja jadi biarkan sajalah typonya :)) anw, makasih udah ngomentarin typo-nya hehe xD

      OH YES YES SEKAI SEKAI MEANS WORLD MEANS SEKAI IS MY WORLD TOO /tendang/ iya tuh otp favo banget, apalagi duo maknae kentir lah sukaaaakk banget sama mereka ❤ /gaplok/
      okee, makasih sudah mau nyempetin baca+komen tanya :DD insya allah nanti aku berkunjung balik ke ff kamu :)) tunggu aku yaaa, muachh {}

      Like

Arcadian's Say