Doctors Order – Chapter 6

doctors order

D O C T O R S   O R D E R
[ Chapter 6 – A Lovely Day for an Outing ]

Kaistal fanfiction with au and romance genres.

original fanfiction: MyBlueSky
translator and first remaker: phonco and shannaro
second remaker: ayashaap

Prolog 1234 – 5

 

[note: Gastroenterologist : dokter ahli pencernaan dan hati. ]

.

.

.

Sekarang baru pukul sepuluh pagi dan hari Soojung rasanya sudah berjalan sangat lama.

Soojung meletakan grafik pasien di ujung meja stasiun perawat dan membolak-balik halamannya, meneliti apakah ada perubahan yang harus dilakukan, tapi tulisan di grafik itu begitu kecil dan rapat dan mata Soojung rasanya ingin meledak saat melihat grafik tersebut.

Dan kemudian secangkir kopi tiba-tiba muncul di depannya.

“Secangkir milky-way?”

Mata Soojung terbelalak tidak percaya saat menatap mata Jongin, buru-buru Soojung mengambil kopi darinya. Perasaan Soojung berkecamuk, dirinya sangat berterima kasih dengan secangkir kopi tidak terduga ini dan merasa sedikit tidak nyaman karena membiarkannya memperlakukan Soojung seperti kekasihnya.

Karena Soojung bukan kekasihnya.

Walaupun itu berarti secangkir milky-way setiap hari.

Dan kemudian Soojung menyadari sesuatu. “Kau pakai kacamata?” tanya Soojung tidak percaya. Jongin mengerutkan keningnya sebelum melepaskan kaca matanya dengan cepat. Ia terlihat sedikit malu.

“Aku eh.. pandanganku sedikit buram kalau tidur kurang dari enam jam sehari,” gumam Jongin.

Menurut Soojung, Jongin menggemaskan sekali sekalipun dengan kacamata. Soojung menyeringai padanya. “Kenapa kau melepaskannya?” tanya Soojung. “Aku tidak pernah membayangkanmu sebagai pria berkacamata. Seorang pria berkacamata yang ikut kencan buta.” Soojung menyeruput kopinya yang masih panas.

“Kau juga ikut kencan buta.” Jongin menempatkan kacamata di saku jas labnya.

“Tapi, tidak berkacamata,” jawab Soojung sambil menunjuk ujung matanya. “Penglihatanku sempurna. Terima kasih kopinya,” ucap Soojung cepat. “Tapi, sebenarnya kau tidak perlu melakukan ini. Aku biasanya minum kopi sebelum berangkat bekerja. Kemarin, aku hanya terlambat bangun.”

Jongin tersenyum pada Soojung, dan jantungnya kembali berdemo.

“Kita sekarang berkencan, Soojung. Sudah seharusnya aku memenuhi.. kebutuhanmu.” Jongin mengedipkan matanya. Soojung memutar matanya.

“Menjijikan,” bohong Soojung saat mencoba menyibukkan diri dengan kopinya. “Tapi, kita besok cuma nongkrong,” Soojung mengingatkannya. “Jadi, kita tidak berkencan.”

“Kita sudah berkencan sekali. Jadi, besok akan jadi kencan yang kedua,” timpal Jongin.

“Aku masih tidak menghitung kencan pertama kita sebagai kencan,” ujar Soojung.

“Kenapa tidak?” tanya Jongin, berpura-pura tersinggung. “Aku membayar makan malammu. Aku bahkan mengantarkanmu ke mobil! Aku rasa, kencan kita waktu itu berjalan dengan sangat baik.”

Apa kencan bisa dianggap kencan kalau tidak ada ciuman? Soojung sudah lupa dengan tata cara berkencan, karena dirinya sudah terlalu lama tidak pergi berkencan, termasuk dengan Sehun, tapi Soojung tidak akan menanyakan masalah ini padanya, karena ini akan memberi Jongin ide gila.

Cukup sulit menjaga diri Soojung sendiri untuk tetap tenang saat berbicara dengan pria tan ini. Ciumannya akan membuat keadaan ini semakin sulit, bukan?

Ya, Soojung. Jangan pernah mencium pria di depanmu.

“Aku rasa standar kencanku cukup tinggi,” goda Soojung sambil mengangkat bahunya. Jongin mengerutkan kening dan menyilangkan tangannya saat menatap Soojung.

“Aku akan mengingatnya. Akan kupastikan untuk meningkatkan permainanku,” jawab Jongin.

“Hm.. aku harap kau berhasil.” Soojung tersenyum padanya, tapi hatinya berteriak marah pada dirinya sendiri karena menyemangatinya seperti ini. Soojung tidak tahu apa yang Jongin rencanakan, dan Soojungpun tidak begitu yakin dirinya ingin mengetahuinya.

Persetan dengan itu semua, bukan? Kalau Soojung tidak ingin mengetahui rencananya, dirinya tidak akan setuju pergi dengan Jongin.

Soojung benar-benar kacau.

.

.

.

Chanyeol melihat Soojung skeptis. Soojung memasang senyum datar dan mencoba bersikap polos.

“Siapa saja yang akan datang?” tanya Chanyeol, lagi.

“Aku, Jongin. Mungkin Naeun. Taemin bilang dia mungkin akan datang,” jawab Soojung.

“Benarkah? Aku barusan dari lantai bawah dan bertemu Taemin, tapi dia tidak bilang apa-apa,” balasnya.

Sialan.

“Dia bilang, dia belum pasti ikut,” ujar Soojung meyakinkannya.

Chanyeol menyipitkan matanya, ia ragu.

“Terserahmu saja, Chanyeol,” ucap Soojung buru-buru. “Kau tidak perlu datang. Aku hanya berpikir, mungkin kau ingin ikut.”

“Baiklah, baiklah.” Chanyeol meletakan pulpennya yang ia gunakan untuk menulis grafik. “Aku akan datang. Tapi, mungkin akan sedikit terlambat.”

“Ya, ya. Tidak apa-apa.” Soojung tersenyum. Keterlambatannya akan semakin membuat jengkel dr. Song.

Soojung akhirnya berhasil meyakinkan Jongin untuk mengundang dr. Song ke sebuah restoran di pusat kota untuk ‘minum’. Ia menerima undangannya, dan sekarang tugas Soojung adalah berusaha membuat Chanyeol datang. Dan setelah rencana ini berjalan, mereka bisa santai menikmati pertunjukan mereka.

Yah, mungkin tidak benar-benar menikmati pertunjukan, karena mereka berdua akan nongkrong bersama. Tapi, mereka mungkin akan membicarakan tentang itu. Dan minggu depan, Soojung akan mengejek Chanyeol setelah dendamnya terbalaskan.

Jongin tidak terlalu bersemangat dengan rencana Soojung kali ini.

Aku akan mati kalau mereka tahu apa yang kita lakukan, jadi aku harap kau akan menghitung kencan kita nanti , itu isi pesan Jongin pada Soojung.

Aku yakin kau bisa berlari lebih cepat dari dr. Song , jawab Soojung.

Apa kau akan melindungiku? –Jongin | Delivered.

Mungkin tidak. –Soojung | Sent.

Menyedihkan sekali. –Jongin | Delivered.

Kenyataan memang biasanya menyedihkan. –Soojung | Sent.

Kita lihat saja nanti.. –Jongin | Delivered.

Soojung mendesah. Ya, kita lihat saja nanti.

.

.

.

“Apa yang kau kenakan di kencanmu malam ini?” tanya Naeun. Dia menelepon Soojung setelah ia pulang bekerja, dan sekarang Soojung berdiri di depan lemari dengan hanya mengenakan pakaian dalam dan ponsel di telinganya.

Soojung sudah berdiri di sana selama hampir setengah jam.  Bahkan Soojung tidak pernah serepot ini saat kencan butanya.

Apa yang salah denganku saat ini?

“Ini hanya nongkrong. Aku mungkin akan mengenakan jeans dan kemeja, kenapa?” tanya Soojung santai.

“Kau punya gaun merah cantik di bagian belakang lemarimu, aku pikir kau sebaiknya mengenakan itu. Gaunmu bahkan masih ada harganya,” sahut Naeun.

Soojung membeli gaun itu untuk menghadiri sebuah konferensi dengan Sehun. Tapi ternyata Soojung keracunan makanan sehari sebelumnya dan menghabiskan hari berikutnya dengan muntah sementara Sehun asyik bercengkerama dengan sekelompok bajingan dan kemungkinan ia tidak memikirkannya. Tapi, bukan begitu kenyataannya, Sehun membawakan Soojung sup saat konferensinya berakhir, tapi masalahnya adalah Soojung tidak bisa makan waktu itu.

“Gaunnya sedikit berlebihan,” protes Soojung sembari mencari-carinya di bagian belakang lemari. Soojung menarik gantungannya dan bertanya-tanya apakah gaun ini cocok untuk dikenakan saat ini.

“Kau bercanda? Gaunnya benar-benar bagus!” seru Naeun. “Aku heran kenapa kau belum memakainya. Dan kau akan berkencan, bukan hiking. Kau tidak boleh mengenakan jeans ,” jelasnya.

“Ini hanya nongkrong,” ucap Soojung lagi. Sepertinya tidak ada yang ingin mendengarkan Soojung. Ia mulai merasa seperti sebuah kaset rusak. Soojung hampir membuat dirinya sendiri jengkel.

“Benar. Hanya nongkrong,” ejek Naeun. “Selamat bersenang-senang dengan.. nongkrongmu.”

Apa ia masih mengolok-olokku?

“Aku harus pergi,” ucap Soojung acuh. Persetan dengannya dan sindirannya. “Aku harus bersiap-siap.”

“Baiklah. Tapi, kenakan gaun itu.” Nadanya terdengar seperti sebuah peringatan. Seperti dicampur dengan ancaman yang tak terucapkan.

“Aku akan memikirkannya,” balas Soojung.

“Aku tidak tahu kenapa orang-orang tidak memercayaiku,” rengeknya.

“Aku masih belum bisa memaafkan komentar tentang anak darimu waktu itu,” Soojung mengingatkannya. “Belum lagi kau bermain sebagai Dewa Cupid.”

“Aku hanya melakukan keahlianku saja,” jawabnya singkat.

Setelah mereka menutup telepon, Soojungpun mulai mencoba gaun tersebut. Gaunnya benar-benar pas dengan tubuhnya—membuat tubuh dan payudaranya terlihat bagus. Dan semua orang suka dengan payudara yang bagus.

Tapi, apa ini terlalu berlebihan?

Soojung bahkan tidak yakin dengan apa artinya nongkrong ini. Ia tertarik dengan Jongin, tapi ia rasa dirinya belum siap untuk menjalin hubungan serius. Soojung bahkan belum genap dua bulan putus. Setidaknya, dirinya harus membiarkan sisa-sisa Sehun di hidupnya luntur sebelum Soojung menambahkan lapisan baru.

Akhirnya Soojung melepaskan gaun itu. Itu hanya akan memperumit keadaan.

Soojung menghabiskan dua puluh menit berikutnya untuk memikirkan pakaian apa yang harus ia kenakan. Akhirnya Soojung menyerah dan berdiri di depan cermin kamar mandinya, masih mengenakan pakaian dalam, dan memoles make-up dan menata rambutnya. Selagi tangannya bekerja, Soojung memikirkan tentang pakaian agar bisa menghemat waktu.

Namun keputusan tidak kunjung datang, dan Soojung dikejutkan oleh suara ketukan di pintu.

Soojung segera mengambil ponselnya dari meja dan melihat jam.

Sialan.

Soojung tidak pernah menghabiskan waktu lama untuk bersiap-siap. Kenapa aku membuang waktu sebanyak ini sekarang? Soojung memasukan kembali semua peralatan make-up ke dalam tas sebelum menjulurkan kepalanya keluar pintu kamar dan berteriak, “Tunggu sebentar!”

Menyedihkan sekali, Soojung tidak punya pilihan lain, selain mengenakan gaun tadi. Ia merobek harganya dengan giginya. Soojung sudah seperti seorang wanita gila. Mudah-mudahan dirinya tidak merobek kainnya.

Soojung mengambil sepatu dari lemari sebelum keluar kamar. Ia memastikan untuk menutup pintunya karena, kamarnya terlihat seperti baru saja dihantam tornado. Semua pakaiannya sekarang berada di lantai atau di tempat tidur. Ini seperti pembantaian fashion show .

Jongin kembali mengetuk saat Soojung mencapai pintu. “Aku datang!” teriak Soojung lagi.

Soojung mulai membuka pintu dengan sepatu masih di tangan. Jongin berdiri di hadapannya, ia mengenakan kemeja biru mahal dengan celana panjang biru tua dan sepatu hitam. Ia tidak mengenakan kacamatanya, dan rambutnya—untuk pertama kalinya—tersisir rapi. Soojung rasa, Jongin tidak setampan ini saat kencan buta mereka.

Jongin tersenyum saat melihatnya. Matanya memerhatikan Soojung dari kepala hingga ujung kaki, dan untuk sesaat Soojung benar-benar senang karena mengenakan gaun ini.

Soojung merasa seksi.. percaya diri.

Jongin bisa merasakan ini. Pria bisa merasakan kepercayaan diri seseorang.

“Kau terlihat.. wow! Kau terlihat cantik,” akhirnya Jongin berkata saat matanya menatap mata Soojung lagi. Senyumnya membuat Soojung sulit bernapas.

“Terima kasih.” Soojung tersenyum malu-malu dan sedikit bergeser untuk membiarkannya masuk. “Tidak apa-apa kalau kau menunggu sebentar lagi?”

“Tentu saja, Soojung.”

“Oke. Anggap saja rumah sendiri.” Soojung berbalik untuk pergi sebelum tiba-tiba kembali berputar. “Oh, Tuhan, dimana sopan santunku,” Soojung tertawa.”Apa kau mau minum?”

“Tidak, terima kasih. Aku akan, eh.. duduk di sini menunggumu.” Jongin menunjuk ke sofa dan Soojung kembali tersenyum sebelum meninggalkannya.

Soojung bercermin di kamar mandi.

Ini hanya nongkrong. Bukan kencan. Ucap Soojung berulang kali sampai dirinya terlihat seperti orang gila yang berbicara sendiri.

Dengan cepat Soojung merapikan pakaiannya dan memasang sepatu. Jongin menonton TV saat dirinya masuk ke ruang tengah, tapi tatapannya langsung jatuh melihatnya. Jongin berdiri dan mematikan TV. “Kau siap?” tanya Jongin bersemangat.

Soojung menarik napas dalam-dalam, karena sekarang, Soojung tidak terlalu yakin. “Sesiap yang kubisa,” jawab Soojung sembari tersenyum.

.

.

.

Mereka memutuskan untuk makan malam di Restoran Marseline. Secara teknis, ini adalah keputusan Soojung—mereka sepakat untuk berbagi tugas, Soojung bertanggung jawab dengan tempat makan malam dan Jongin memutuskan apa yang akan kami lakukan setelahnya. Ini cukup adil, karena Soojung sama sekali tidak punya rencana untuk malam ini.

Mereka mengambil tempat duduk di belakang.

“Jadi, kau suka Jazz,” Jongin merenung saat pelayan memberikan menu padanya.

Soojung mengangkat bahu sambil minum. “Aku suka live-music,” ujar Soojung.

“Oh.”

Soojung mengangkat alis menatapnya. “Kau tidak suka Jazz?”

“Biasa-biasa saja,” jawabnya. “Aku tidak pernah membayangkanmu sebagai penikmat musik Jazz.”

“Aku kira kita berdua penuh kejutan,” canda Soojung.

“Kau benar,” ucapnya setuju. Soojung tidak begitu peduli dengan kejutan, dan Jongin masih belum memberitahunya kemana tujuan mereka setelah makan malam, meskipun Soojung langsung mengatakan padanya tentang tempat ini. Ini tidak adil, karena Jongin sama sekali tidak memberinya petunjuk apa-apa, tidak peduli seberapa sering Soojung bertanya padanya.

Mata Soojung menyipit saat melihatnya, dan Jongin tahu apa yang sedang dirinya pikirkan. Jongin tersenyum dan kembali melihat menu. Musik sudah dimulai, dan ditambah dengan lampu remang-remang, ruangan ini memiliki suasana yang sangat mellow . Soojung melihat sekeliling, dan dirinya benar-benar dapat melihat cinta di mata tamu yang lain saat mereka mendengarkan musik dan menyesap minuman.

Karena mereka sudah terlanjur berada di sini, Soojung pikir mereka sebaiknya lebih mengenal satu sama lain. Pelayan menempatkan minuman di depan sebelum Soojung bersandar sedikit ke arah Jongin. “Aku dengar ayahmu seorang dokter.”

Jongin mendongak kaget. “Kau bertemu dengannya?” tanyanya.

Soojung menggeleng. “Tidak, aku hanya, uh.. aku mendengar tentangnya.”

“Oh yah.. ya. Ayahku seorang dokter.” Jongin kelihatan tidak tertarik untuk mendiskusikan ini.

“Dokter apa?” lanjut Soojung.

“Ahli bedah jantung.”

Soojung mengerutkan kening. Oh.. ahli bedah . Mereka biasanya lebih parah dari dokter biasa.

Soojung penasaran apa ayahnya juga bersikap sama sepertinya. Di tempat lamanya bekerja, ada dua orang bersaudara yang sama-sama ahli pencernaan. Mereka berdua mirip dan sifatnya sama. Belum lagi, mereka berdua sering bertingkah seperti badut. Pernah pada suatu hari mereka datang ke pestabarbecue staf rumah sakit dan mengenakan kemeja kembar yang bertuliskan, “Relax , I’m a gastroenterologist .”

“Itu pasti membuat segalanya lebih mudah untukmu,” ucap Soojung. “Maksudku, kau ingin menjadi dokter dan ayahmu seorang dokter…”

Jongin mendongak ke arah Soojung. “Ibuku juga seorang dokter. Kau pernah mendengar tentang ibuku?” Ia tidak menyombong, ia hanya memberitahu Soojung.Tapi, Soojung sedikit terkejut mendengarnya.

“Tidak. Wow.”

“Yep. Dia seorang ahli kandungan.” Jongin menyesap panjang minumannya dan Soojung bisa merasakan ketegangan yang dirinya buat sendiri. Makan malam keluarga mereka pasti gila. Soojung bisa membayangkan mereka semua duduk sambil makan kaviar dan minum sake sambil membahas jurnal medis dan membandingkan seberapa kerennya mereka. “Apa pekerjaan orang tuamu?” tiba-tiba Jongin bertanya.

Soojung berdeham, citra mental keluarganya dalam sekejab hilang. “Ayahku tentara. Dan yang terakhir kali kudengar, ibuku sedang mencoba memulai bisnis di Ebay. Dia menjual lilin aroma terapi buatannya sendiri.”

Jongin kelihatannya tertarik. “Anak tentara, ya?”

“Yap. Dia punya pistol dan segala macamnya. Jadi, sebaiknya kau berhati-hati melangkah,” goda Soojung.

“Akan lakukan,” Jongin tertawa. “Pasti menakutkan untuk mengajakmu berkencan saat SMA. Tidak bisa kubayangkan mengetuk pintu rumah seorang tentara saat berumur tujuh belas tahun untuk mengajak putrinya keluar.”

“Sebenarnya, aku tidak tahu itu. Aku tinggal bersama ibuku di LA sampai aku berusia delapan belas tahun. Tapi kau benar, itu mungkin menjadi alasan utama kenapa ayahku memilih profesinya.” Soojung tersenyum padanya.

“Lelaki pintar,” ujar Jongin.

Pelayan kembali datang dan mengambil pesanan mereka.

“Apa kau punya saudara?” tanya Soojung padanya.

“Tidak. Aku anak tunggal,” jawabnya.

“Aku juga.”

“Umur berapa kau saat orang tuamu bercerai?” tanyanya.

“Tiga belas, ibuku tidak tahan dengan kehidupan disana karena ada beberapa masalah dan ayahku tidak mau meninggalkan pekerjaannya,” jawab Soojung.

Jongin terlihat kaget. “Dan kau langsung pindah sejauh itu?”

“Tidak juga,” jawab Soojung. “Ibuku punya saudara di Tokyo, jadi kami tinggal di sana sebentar. Dan kemudian, ibuku tiba-tiba memutuskan dia ingin tinggal di suatu tempat yang menurutnya menyenangkan. Jadi, kami pindah ke LA dan dia menyukainya sejak saat itu.”

Mereka melanjutkan pembicaraan sampai pelayan membawakan makanan mereka, dan kemudian mereka makan dalam diam sambil mendengarkan musik. Soojung terus melirik ke arahnya, mengamati betapa tampannya Jongin saat mengenakan kemeja ini dan mengagumi otot lengannya. Dan kemudian Soojung membayangkannya bertelanjang dada dan pikiran Soojung mengambil alih jalan berbatu menuju naughtyville.

Dan ini seharusnya bukan kencan.

Kau mengenakan gaun ini, Soojung.

Mereka mendengarkan musik selama beberapa saat setelah mereka selesai makan. Mereka mulai membicarakan Chanyeol dan menebak apa yang mereka lakukan sekarang—Jongin mengira ia mungkin sudah mati di selokan, sementara dr. Song menyusuri jalanan dengan pisau mencari-cari Jongin dan Soojung. Soojung yakin mereka melakukan seks di kamar mandi sekarang, cara berpikir Chanyeol sudah mulai menulari Soojung, lagi pula mereka berdua memang memancarkan ketegangan seksual yang sangat tinggi. Akhirnya, Jongin berdiri dan menawarkan tangannya pada Soojung, dan Soojung menyambutnya. Ia membantu Soojung berdiri dari kursinya.

“Kita sebaiknya berangkat sekarang kalau tidak ingin terlambat,” ucapnya.

“Kita akan kemana?” tanya Soojung lagi.

“Aku tidak akan memberitahumu,” jawabnya sambil tersenyum puas. “Aku tidak mau merusak kejutan ini.”

Soojung mengikutinya keluar dari restoran dan tiba-tiba menyadari mereka masih berpegangan tangan, Soojung segera menarik tangannya. Soojung masih tidak tahu harus berpikir apa tentang.. ini. Tentang Jongin.

Demi Tuhan, dia seorang dokter, dan yang paling penting, dia laki-laki .

Hubungan terakhir Soojung berjalan dengan sangat melelahkan. Selama Sehun berselingkuh, mereka terus-terusan bertengkar. Soojung tidak pernah tahu alasan di balik ketidakpuasannya. Dirinya tidak tahu Sehun punya orang lain yang bisa membuatnya lebih bahagia dari padanya—Sehun sudah menyerah dengan hubungan mereka, tapi ia terlalu pengecut untuk memberitahu Soojung.

Komitmen Soojung selama bertahun-tahun terbuang sia-sia, dan sekarang dirinya menginginkan kebebasan yang hanya akan datang dengan menjadi seorang wanita lajang. Soojung ingin berkencan dengan beberapa orang dan bertemu orang-orang baru. Dirinya mendambakan situasi dimana dirinya tidak perlu khawatir ada seseorang yang akan cemburu atau, lebih buruk lagi, harus meminta izin sebelum melakukan sesuatu.

Soojung ingin menjadi dirinya sendiri. Soojung ingin mencari tahu siapa dirinya sebenarnya.

Namun, di sinilah Jongin. Dia tampan, cerdas, dan terkadang lucu. Dan dia sepertinya benar-benar tertarik padanya.

Tapi, begitu juga dengan Sehun. Ia benar-benar tergila-gila pada dirinya di dua tahun terakhirnya sekolah kedokteran, sampai ia magang dan mulai memperkenalkan dirinya sebagai dokter pada gadis-gadis cantik. Dan Sehun selalu mengejek dokter bersama dirinya, sampai ia menjadi dokter. Kemudian Sehun mulai mengatakan kalau Soojung bertindak kelewatan karena mengeluh pada atasannya ketika seorang dokter berteriak-teriak padanya—ia bilang mereka terlalu banyak bekerja dan stres dan Soojung seharusnya membiarkan mereka bertindak seperti itu.

Sekarang, Soojung tidak begitu yakin bagaimana harus menjalani ini dengan Jongin. Soojung benar-benar menyukainya. Tapi, dirinya mungkin bergerak terlalu cepat. Mungkin Soojung harus memperlambat langkahnya dan meluangkan waktu untuk dirinya sendiri sebelum melompat menjalin hubungan baru.

Dan memangnya Jongin menginginkan hubungan serius? Mungkin Jongin sering berkencan dengan orang lain. Mungkin ini adalah hal yang biasa ia lakukan.Lagi pula, Jongin ikut kencan buta. Tapi, itu semua sepertinya tidak cocok dengan karakternya.

Semuanya begitu membingungkan.

Jongin membukakan pintu mobilnya untuknya, dan Soojung menggerutu saat masuk ke dalam. “Rasanya aku sudah bilang padamu, aku tidak suka kejutan.”

Jongin tertawa saat masuk ke dalam mobil. “Itu alasan kenapa aku melakukannya. Kau terlihat lucu saat kau bingung.”

Soojung berkedip tidak percaya. “Jadi, kau sengaja melakukannya?”

“Ya. Tapi, kau menyukainya,” jawabnya singkat.

“Tidak.” Soojung menyilangkan tangannya.

“Lalu kenapa kau masih belum bilang padaku untuk enyah dari hadapanmu?” tanyanya.

“Aku pikir aku sudah bilang itu padamu saat kita pertama kali bertemu,” jelas Soojung.

“Maksudku semenjak kita berkencan.” Jongin menyeringai menunggu jawaban.

“Jongin?” ucap Soojung dengan manis.

“Ya, Soojung?”

“Enyah dari hadapanku.”

Jongin tertawa dan menggelengkan kepalanya saat ia menyalakan mobil dan bergerak keluar dari tempat parkir. Ekspresi Soojung sama dengan ekspresi wajahnya.

Ya, Soojung rasa dirinya menyukai ini.

.

.

.

Jongin memarkirkan mobilnya di tempat parkir umum, kemudian mereka keluar dari mobil dan berjalan menuju pusat kota. Matahari baru saja terbenam dan gerimis seketika turun, Jongin membuka jaketnya dan meletakannya di bahu Soojung. Soojung sedikit kaget, tapi wangi dan kehangatan jaketnya dengan cepat menenangkannya.

“Seharusnya aku membawa payung,” ucap Jongin, pandangan matanya menuju langit yang berwarna oranye bercampur abu-abu. “Sepertinya aku tidak memikirkan rencana ini dengan matang.”

Soojung mengangkat bahu. “Tidak apa-apa.” Soojung mengikuti tatapannya. Meskipun kegelapan hampir menyelimuti, tapi Seoul adalah kota yang indah.

“Sebentar lagi kita sampai,” ujarnya. Jongin tidak mau lagi bertanya kemana tujuan mereka—dirinya bisa saja memohon-mohon, tapi aku tahu ia tidak akan memberitahuku.

Tapi, tiba-tiba Jongin terlihat sedikit gugup. “Aku harap kau tidak berpikir ini konyol. Aku merasa ini lebih baik dari pada menonton ke bioskop dan aku benar-benar menikmatinya setiap kali datang ke sini.”

Soojung menatapnya. “Kalau saja kau mau memberitahuku,” jawab Soojung singkat.

Jongin mendesah. “Baiklah.” Pandangannya beralih menatap Soojung, ia terlihat ragu. “Kita akan ke klub komedi.”

Soojung menatapnya heran, tapi itu karena akhirnya Jongin mau memberitahu rencananya. “Klub komedi?” tanya Soojung.

“Tidak apa-apa, kan?” tanyanya dengan wajah cemas. “Sejujurnya, aku tidak terlalu yakin dengan apa yang kau sukai. Aku belum terlalu mengenalmu, dan aku juga tidak aku tahu siapa yang sangat mengenalmu di sini. Kecuali Chanyeol dan Naeun, tapi mereka baru mengenalmu beberapa minggu ini. Aku ragu mereka akan tahu kalau kau diam-diam membenci acara komedi.”

Cepat-cepat Soojung menggeleng, berharap untuk mengurangi kekhawatirannya. “Ide yang bagus, Jongin,” ucap Soojung. “Sepertinya.. lumayan keren. Aku belum pernah melihat live comedy sebelumnya.”

Jongin terlihat lega. “Benarkah?”

“Ya. Aku tidak tahu ada klub semacam itu di sini,” Soojung menambahkan.

“Ya, ada satu klub komedi di sini.” Jongin menggaruk bagian belakang kepalanya. “Humornya juga cukup bagus.”

“Baguslah. Karena kalau tidak, kau harus membayarnya,” goda Soojung.

Jongin tersenyum lebar. “Membayarnya? Apa yang harus kubayar?”

Soojung berpikir untuk membalas ucapannya, dan Jongin tertawa. Soojung mendorong bahunya. “Diam! Bayarannya akan membuatmu malu seumur hidup, dan hanya itu yang bisa kau ketahui sekarang.”

“Baiklah,” ujarnya, masih tersenyum.

Mereka memasuki klub komedi dan ada beberapa kursi kosong di depan, tapi Soojung sedikit gugup dan bersikeras untuk duduk di belakang. “Bagaimana kalau dia melihat sesuatu yang aneh padaku dan mulai membuat lelucon?” ucap Soojung paranoid. Suasana tempat duduknya bagus dan gelap di belakang, dan mereka akan tersembunyi dalam bayangan. “Aku melihat acara seperti ini di televisi. Aku tahu bagaimana ini bekerja. Dia akan mengolok-olokku.”

“Apa yang akan dia olok-olok tentangmu?” tanya Jongin saat kami duduk. Pelayan menghampiri dan mereka memesan minuman, lalu ia berbalik lagi menatap Soojung. “Kalaupun mereka akan mengolok-olok seseorang, orang itu adalah aku,” lanjutnya.

Soojung ingin berdebat, tapi kemudian ia membungkuk dan dan menarik kerah kemejanya. “Ya, kau benar. Maksudku, apa kau berpakaian dalam gelap? Karena kemeja ini mengerikan,” canda Soojung. Tapi, itu hanya kebohongan belaka. Ia terlihat seksi dengan pakaian ini.

Ia menyeringai dan, bersandar mendekat, berbisik di telinga Soojung, “Aku harap aku bisa mengatakan hal yang sama tentangmu, tapi, kau benar-benar terlihat menakjubkan mengenakan gaun ini.”

Wajah Soojung memerah.

Dan Soojung berani bersumpah, wajahnya tidak pernah memerah sesering ini sebelum pindah ke Seoul.

Mereka menyesap minuman dan berbicara sampai pertunjukan pertama dimulai. Acara ini berakhir dengan luar biasa—Soojung belum pernah tertawa sekeras ini sebelumnya, dan komediannya benar-benar membuat lelucon tentang seseorang yang duduk di depan. Soojung menyenggol Jongin dan berusaha mengabaikan kehangatan tubuhnya. “Lihat, kan?” bisik Soojung di telinganya. “Orang itu bisa saja aku!”

“Soojung, orang itu mabuk dan menarik perhatian yang jelek pada dirinya sendiri,” Jongin berpendapat. “Dialah yang meminta untuk diperolok.”

Jongin benar, tapi Soojung masih merasa paranoid.

Dua gelas minuman berhasil membuatnya rileks. Dan juga tidak bisa berjalan. Soojung bergantung ke lengan Jongin saat berusaha berjalan hati-hati menuruni tangga dengan sepatu hak tingginya, Soojung takut akan mendarat dengan kepalanya lebih dulu.

Tangan Jongin yang berada di punggung Soojung sama sekali tidak membantu membuat ketakutannya mereda. Soojung tidak bisa berkonsentrasi berjalan. Soojung menarik diri darinya setelah mereka berada di luar.

“Aku senang dengan nongkrong kita kali ini,” ucap Soojung sambil menekankan kata nongkrong. Soojung menggoda Jongin. Ia menaruh jaketnya di bahu Soojung lagi dan Soojung merasa dimabuk wanginya. Soojung bahkan membungkuk untuk mengendus jaketnya saat Jongin tidak melihat ke arahnya.

Setiap sel tubuh Soojung sangat menginginkan Jongin, dan ini suatu tantangan untuk berdiri di dekatnya tanpa menyentuhnya.

Tapi, Soojung rasa dirinya berpikir begini karena pengaruh alkohol. Atau pengaruh wanginya.

Atau mungkin keduanya.

“Ya, kencan kita sangat menyenangkan,” balasnya.

“Kita harus pergi nongkrong lagi kapan-kapan,” ujar Soojung.

“Aku ingin pergi kencan lagi denganmu,” timpalnya.

“Bagus. Kau sudah membuat janji nongkrong lagi denganku,” balas Soojung.

Kencan .”

Nongkrong .”

Mereka sama-sama tersenyum.

“Kapan kau akan bekerja lagi?” tanya Soojung.

“Besok,” jawabnya.

“Oh. Aku libur besok,” ucap Soojung pelan. Soojung tidak tahu kenapa dirinya merasa kecewa. Itu bukan berarti Jongin akan menghabiskan harinya dengan Soojung. Dan ini juga bukan berarti Soojung menginginkan Jongin menghabiskan hari bersamanya.

Tapi, semakin Soojung memikirkannya, semakin Soojung menyadari keinginannya untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama Jongin. Dan pikiran itu membuatnya merasa terganggu.

Mereka mendengarkan musik di sepanjang perjalanan pulang ke apartemen Soojung sambil sesekali bicara. Soojung rasa mungkin Jongin sudah lelah sekarang, tadi pagi ia bekerja. Dan Soojung bahkan sudah mengajaknya lagi untuk nongkrong kapan-kapan. Ajakan itu tiba-tiba saja terlontar dari mulutnya.

Seharusnya Soojung tidak membimbingnya sejauh ini. Soojung belum siap untuk menjalin hubungan yang.. lebih dari ini.

Jongin membelokan mobilnya ke apartemen Soojung dan keluar dari mobil sebelum Soojung sempat melepaskan sabuk pengaman. Soojung melihatnya kebingungan saat ia berjalan ke sisi sampingnya dan membuka pintu mobil.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Soojung. Ia menyodorkan tangannya, dan Soojung meraihnya saat melangkah keluar dari mobil.

“Mengantarmu ke dalam,” jawab Jongin.

“Oh. Kau tidak perlu repot-repot…”

“Tidak usah berdebat, Soojung. Ketika sepasang orang nongkrong, Sang Pria harus mengantarkan Sang Wanita ke depan pintu apartemennya,” jelasnya.

Soojung menatapnya geli. “Itu terdengar sangat.. gagah.”

“Benar sekali. Itu kelas pilihan untuk dokter yang tidak kau ketahui,” jawabnya.

“Dan kau mengambilnya?” tanya Soojung menaikan alis.

“Mungkin,” jawabnya.

“Kau tidak harus selalu mempraktekan apa yang kau pelajari,” ujar Soojung lagi.

“Hei! Aku mempraktekannya dengan baik,” tukasnya. “Dan aku juga sudah bersikap baik pada Jinri sejak hari itu. Dan juga padamu. Kalau aku tidak salah, ada seseorang yang bilang dia merasa senang malam ini.”

Mereka berjalan masuk ke gedung apartemen. Tangannya masih menggenggam tangan Soojung. Soojung seharusnya menarik tangannya. Soojung ingin menariknya menjauh.

Tapi, saat mereka memasuki lift, Soojung tidak menarik tangannya. Dan saat mereka sampai di depan pintu apartemennya, Soojung masih belum menariknya.

Soojung masih ingin menarik tangannya, tapi Soojung tidak melakukannya. Soojung tidak mau melakukannya.

Jongin menatapnya, dan ia menarik tangannya. Soojung sedikit kecewa dan bertanya-tanya apakah sopan untuk menyuruhnya pulang tanpa mengundangnya masuk terlebih dahulu.

Jongin berdeham. “Aku benar-benar bersenang-senang malam ini,” ucapnya malu-malu sambil menggosok lehernya. Dan kemudian ia menatap Soojung curiga.”Apa kau serius mau keluar lagi bersamaku?”

Ya. Tidak. Aku tidak tahu.

“Kau mau masuk sebentar?” tanya Soojung mengalihkan pembicaraannya. Soojung tidak tahu kenapa dirinya melakukan ini. “Aku punya jus.” Soojung tersenyum, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.

Jongin ikut tersenyum dan Soojung mengajaknya masuk ke apartemennya. Soojung menutup pintu dan berbalik untuk melepas sepatunya.

Aku perlu bicara dengannya. Jika aku melakukannya dengan cepat, kejujuran hanya akan menyengatku untuk sesaat. Dan kemudian aku bisa melanjutkan hidup.

Tapi, Jongin berdiri sangat dekat saat dirinya berbalik, membuat Soojung melompat kaget. “Oh!” Soojung terkesiap, tangannya mengusap dadanya.

Jongin menatapnya. Ada kerutan kecil di keningnya saat matanya bertemu dengan mata Soojung. “Aku minta maaf,” ujarnya pelan. Dan Soojung ikut mengerutkan kening.

“Untuk apa?”

Jongin menjawab dengan menekan bibirnya ke bibir Soojung, dan untuk sesaat mata Soojung melebar. Soojung membeku. Jongin menekan lembut bibir Soojung; ia juga sedikit mengulum bibir bawah Soojung sebelum menarik diri.

Dan kemudian bibirnya mencium bibir Soojung lagi.. dan lagi. Jemari Soojung naik menarik rambutnya; lengan kanannya membungkus leher Jongin, lengan kirinya berada di atas bahu Jongin, dan Jongin menarik tubuh Soojung semakin dekat.

Tubuhnya hangat dan keras, dan wangi dan caranya mencium Soojung tidak seperti ciuman yang pernah Soojung rasakan sebelum ini. Bibir Soojung sedikit terbuka, dan Jongin mendorong lidahnya masuk dan mengusap lidah Soojung, tubuhnya terperangkap di antara dinding dan tubuh Jongin saat ia mendorong Soojung mundur.

Tiba-tiba Soojung merasa bernapas tidak lagi penting. Soojung menariknya semakin dekat.. ia menginginkan lebih dari ini. Tangan Jongin meluncur dari leher Soojung, ke sisi sampingnya, menuju pinggul Soojung. Ciuman mereka semakin menggila.

Penuh gairah.

Akhirnya Jongin sedikit menarik wajahnya untuk bernapas, tapi bibirnya tidak berjarak lebih dari satu inci dari bibir Soojung. Dan secepat mereka berpisah, secepat itu pula mereka kembali berciuman.

Dan itu menakjubkan.

Pada saat kali kedua Jongin menarik diri, Soojung mendorong dadanya, mendesaknya untuk mundur. Jongin tidak bergerak dari hadapannya, hanya menarik wajahnya beberapa inci darinya.

Jongin menatap mata Soojung dan Soojung tahu ia sedang mencoba memahami pikiran wanita dihadapannya.

Tiba-tiba Soojung merasa kebingungan.

Soojung kembali menciumnya dengan lembut, dan kemudian mendorong wajahnya menjauh dengan hati-hati. Jongin mengernyit.

“Ada apa?” tanyanya sedikit terengah-engah, napasnya terdengar pendek-pendek saat mereka berdua berusaha menenangkan diri.

Soojung memejamkan mata dan menggeleng. Dirinya tidak bisa berpikir saat ia sedekat ini. Soojung tidak bisa berpikir saat Jongin menatapnya, menunggu responnya yang tidak masuk akal.

Soojung benar-benar tidak bisa berpikir.

“Aku tidak tahu,” jawab Soojung akhirnya. Soojung membiarkan kepalanya jatuh kembali ke dinding dan menarik napas dalam-dalam. Soojung bisa merasakan napas Jongin menerpa rahangnya. Soojung membuka mata untuk melihatnya, dan akhirnya bicara, “Aku tidak yakin bisa melakukan ini,”

“Melakukan apa?” tanyanya. Tangannya masih berada di pinggul Soojung, alisnya berkerut.

Soojung menelan ludah. “Ini.”

“Apa?” tanyanya lagi. “Ciuman?”

Soojung menggeleng cepat. “Tidak, maksudku.. ya.. maksudku.. aku belum siap untuk ini.” Soojung membuat gestur jarak di antara mereka berdua dengan jarinya. “Hubungan antar kekasih. Pertengkaran, pacaran, komitmen. Aku baru saja putus sekitar sebulan yang lalu… belum genap satu tahun. Aku benar-benar.. Aku tidak bisa mengingat bagaimana rasanya menjadi lajang,” Soojung menyelesaikan ucapannya dengan perlahan. Ia kembali menggeleng sedih. Soojung memaksakan dirinya untuk tertawa dan melihat ke bawah, memandang kakinya.

Jongin akhirnya langkah mundur sambil sedikit mendesah, ia memberi Soojung ruang yang selama ini Soojung dambakan, sekaligus Soojung benci.

“Dalam pembelaanku, aku tidak pernah memintamu untuk menjadi pacarku,” ujarnya. Soojung melirik menatapnya, Soojung tidak tahu apakah Jongin hanya bercanda atau tidak, Soojung mendapatinya sedang tersenyum.

Mungkin ini caranya berurusan dengan penolakan—dengan lelucon.

Soojung mengangguk. “Aku tahu.” Mata Soojung kembali menatap kakinya, tapi kali ini Jongin menariknya kembali ke atas, ia meletakan jarinya di dagu Soojung.

“Hei,” ucapnya pelan. “Aku benar-benar menyukaimu, Soojung. Dan aku tidak mencoba untuk.. terburu-buru membuat komitmen denganmu malam ini. Aku tidak melamarmu, atau bahkan memintamu menjadi kekasihku.” Ia menggosok tangannya ke wajahnya, dan kemudian sedikit menarik rambutnya. “Hanya saja, aku menyukaimu.”

“Aku juga menyukaimu,” ucap Soojung terus terang.

Jongin tersenyum. “Sejujurnya, aku senang ini bukan karena masalah dokter,” ujarnya, dan Soojung tersenyum lebar.

“Benar, aku tidak pernah mengatakan apa-apa soal itu sekarang..” jawab Soojung.

Jongin cemberut dan sedikit mencubit pinggang Soojung. Soojung menggeliat menjauhi sentuhannya. Kemudian ia kembali bersandar ke dinding. Pembicaraan ini seharusnya dilakukan dengan serius.

“Kau sepertinya seorang dokter yang baik,” ujar Soojung. “Setidaknya, untuk saat ini.”

“Dan kau sepertinya seorang perawat yang baik. Setidaknya, untuk saat ini,” ucapnya sambil tersenyum.

Soojung tersenyum dan menggigit bibirnya. Jongin terdiam.

Jongin akhirnya kembali bicara. “Kalau begitu kita sepakat untuk.. saling menyukai?” tanyanya. Ia tiba-tiba terlihat tidak yakin. “Tidak harus ada komitmen. Tidak, kalau kau belum siap untuk itu.”

Soojung rasa bibirnya sudah berdarah karena gigitannya. “Aku tidak yakin apa artinya itu,” aku Soojung.

Jongin menyeka sehelai rambut dari wajah Soojung, dan kemudian melangkah ke depan, hidungnya menyapu rambut Soojung. Soojung menahan napas dan tetap diam saat dirinya menunggu apa yang akan Jongin lakukan berikutnya.

“Itu artinya kita bisa melakukan apa saja yang menurut kita benar,” bisiknya, napasnya menerpa bibir Soojung. “Dan kalau kau suka, kau akan melakukannya. Dan kalau kau tidak suka, kau.. tidak akan melakukannya.”

Ini kedengarannya masuk akal. Atau mungkin tidak masuk akal sama sekali.

Soojung benar-benar kesulitan untuk berpikir saat Jongin berdiri sedekat ini.

“Aku tidak.. maksudku.. oke,” jawab Soojung pelan.

“Apa kau suka kalau aku menciummu?” tanya Jongin. Soojung bahkan tidak berpikir tentang hal ini.

“Ya.”

“Kalau begitu kita mungkin harus terus melakukannya,” ucapnya, dan ada kesombongan di nada suaranya, sikapnya yang percaya diri membuat Soojung merasa geli dan sedikit bergairah.

Soojung memikirkan balasan untuk ucapannya, tetapi balasannya tidak pernah meninggalkan mulutnya. Bibir Jongin kembali menekan bibir Soojung, mengaburkan semua pemikiran rasional dalam diri Soojung, dan sekali lagi Soojung terdorong rapat ke dinding, ia juga menarik tubuhnya semakin mendekat.

Soojung tidak bisa merasa cukup dengannya, namun ini semua juga terasa terlalu berlebihan. Soojung hilang dalam dirinya—wanginya, cara kulit dan rambutnya terasa di bawah jari-jarinya. Ini terjadi sampai ‘miliknya’ menekan perut Soojung, dan pikiran Soojung kembali meneriakan peringatan.

Saat mereka akhirnya memisahkan diri untuk menarik napas, Soojung mendorong dadanya menjauh dengan kedua tangannya. “Aku yakin kau besok harus bekerja,” ucap Soojung sambil terengah-engah.

Soojung sangat menginginkannya untuk tinggal, tapi apa dampaknya? Apa yang akan terjadi besok? Dan Soojung tidak pernah melakukan seks tanpa berhubungan serius sebelumnya.

Ada terlalu banyak faktor yang harus Soojung pilah. Dan dirinya harus memilahnya saat pikirannya tidak diselimuti.. nafsu.

Oh, Tuhan, aku bernafsu dengan seorang dokter.

Jongin kembali mencium bibir Soojung untuk yang terakhir kalinya. Ciumannya cepat dan lembut. “Oke,” ucapnya, melangkah mundur untuk memberi Soojung ruang. Jongin mengerti Soojung sudah menolaknya, walaupun ia tidak terlihat marah atau mengungkitnya lagi.

Soojung mengantarnya keluar dari apartemennya. Mereka tidak mengucapkan sampai jumpa, karena mereka tahu mereka akan segera bertemu lagi. Dilihat dari senyum bengkok yang Jongin berikan padanya sebelum berpaling, Soojung tidak akan kaget kalau Jongin mengiriminya pesan malam ini.

Dan ketika Jongin pergi, akhirnya Soojung bisa bernapas lagi.

continue

gimana gimana haha?
puas, cukup puas atau kurang puas haha?

yg sustal sama kaiseul jangan dibawa baper ya wkwk,
asha suka sustal tapi sebagai kaka adik doang xD
kalau kaiseul, asha kira mereka emg deket tapi
gada aura ‘something’ gitu. tapi kalau kaistal
aura ‘something’nya keciri(?)

150 thoughts on “Doctors Order – Chapter 6

  1. setuju sama ashaa, kaiseul itu gak ada greget, tapi suka sebel sih kalo lihat sustal hahha
    wahh soojung kai ada dalam hubungan yg rumit, hubungan mereka apa namanya?? TTM ? wkkwkwkw seru seruu
    penasaran sma nasib chanyeol dr song, selalu penasaran untuk next chap ^^

    Like

  2. Kayanya perlu dikonsistenin lagi ya sama.setting cerita yang di korea.. Sepele sih, tapi kaya sake yang mungkim harusnya dirubah jadi soju dan semacamnya.. Tapi hal yg sepele itu juga penting.
    Dan ada nemu yang harusnya soojung jadi jongin.. Sempet aga bingung

    Dan.. Ugh, jadi sehun itu dokter…
    Nanti sehun ketemu sama soojung dan jongin seru ya kayanya hahahaa

    Like

  3. Aseekk beneran update jam 8, thanks ashaa~~
    Jd ini kencan/nongkrong? Wkwk nongkrong klo endingny hot gitu(?) namanya kencan ahh yeheee
    Bilang sm2 suka tp gk ada komitmen pacaran hmm menarik jd hrsnya ada org kebrp gitu yg buat cemburu trs kan seru /apa
    Ah tp bahagia mereka kissu kissu gitu /g
    Chap selanjutnya kpn nih? Hhe lanjut ya, semangat nulisnya^^

    Like

  4. tegang pas baca adegan kiss nya,, hihihi tapi suka..
    soojung dicoba dulu aja.. pelan pelan terima jongin.. pelan-pelan bisa punya komitmen sama jongin..
    kaiseul aku ga suka,, ga suka sma seulginya..
    kaistal fighting!!

    Like

  5. Yeeeaaaa ff yg ditunggu2 update jugaaa. Thanks asha sesuai janjinya mau update malem ini hehe. So sweet banget disini ciumannya ituloh uhhh passionate bangeeet untung gasampe lebih cuma sampe ngos-ngosan aja (another kisseu please) wkwkwk
    Jadi mereka hts yaa. Yaudahlah gpp yg penting udh tau perasaan masing2 tinggal resmiin ajaaa. Duh aku seneng banget lah pokoknya part inii sumfe sampe tumfe-tumfe.
    Chapter selanjutnya besok ya shaaaa?💋💋
    Oya soal sustal kaiseul itu agak bete jugaa huhu apalagi kaiseul. Kalo sustal si aku mayan suka mereka kayak kakak adek, tapi kalo kaiseul ih gasukaaa 😦 mereka ga ada chemistry dan auranya ga kuat kayak our lovely kaistal yuhuuu.
    Ah sudahlah jadi nyambung kemana2. Ditunggu kelanjutannyaa yaaaa💕💕

    Like

  6. Asha itu hubungan apaa namanyaaaa ?atau nama hubungannta “jalanin aja dulu ” biar kekinian gtu ya Haha Ahh aku suka banget kaistal. Next capt yaa:)

    Like

  7. Waaahhhh aku suka bangeettt yg part inii
    Akhirnyaaaa!!!!!!
    Iya aku setuju juga Sama kaka kaisal pokonya 💋💋
    Ditunggu chap selanjutnya
    Semangat terus nulisnyaaa

    Like

  8. Jd soojung nolak jongin? Tapi mrk udh ngaku sm2 suka, aduh jd bingung sm hubungan mrk. Di chapter 7 mrk kencan lagi kah? Aku penasaran bgt kapan mrk jd pasangan kekasih nya. Kalo mrk udh jd sepasang kekasih, Semoga aja ortunya jongin nerima soojung, secara soojung itu kan perawat sedangkan jongin dan ortunya dokter. Takutnya kyk di sinetron2 gitu haha
    Soal kaiseul aku setujuuuuu, mrk tuh ga ada chemistry apapun, malah aku sebel kalo ngeliat mrk hhahaha (maaf utk fans kaiseul)
    Chapter 8 nya ditunggu bgt ashaaa, semangat yaa, tp jangan sampe lupa belajar! ^^

    Like

  9. omegadd wowww daebakkkk wuahhh yahhh kisssddd woahh yaa kaistall jjang aku kira mereka langsung se* hahahhaha
    bener tuh kaiseul keliatane deket kayak temen sekolah aja tapi kalo kaistal ehmm something buanget auranya ituloh ga main main 😂😂😂😂

    Like

  10. wedewww kemakan omongan sendiri dah klee nya katanya bukan kencan klo belum kisseuu. au ah mayan neh :* 😀 pake HTS segala dasar kkamjong disini greget pisan euyy..

    ditunggu next chap nya ya Shaaa… ❤

    Like

  11. AH SUKA BANGET CERTANYA, maaf kak baru komen disini. soalnya aku bablas baca semuanya dulu hehe, ada kissingnya ih sukaa, ditunggu kak updatenya lagi

    Like

  12. Baru kmaren dibaca, eh udah diupdate lagi.
    Seneng banget deh
    Kiss -nya itu daebakk banget deh, hot nya nggak ketulungan.
    Fighting buat lanjutannya 😉

    Like

  13. eya… akhirny ad jga moment kontak fisik mereka hheee
    tp ak heran knp soojung sangat anti bgt mjlin hub dg seorg dokter ?
    ap krn sehun ??

    ommo… kissermu jong..
    ingat2 anak org msh perlu napas hhee

    ok next part dtunggu.. dan klo bsa lbh dr kissing

    Like

  14. Aww akhirnya soojung dan jongin.. suka bgt kaa sm kaistalnya😍😍
    Makin penasaran sm kelanjutannys. Jangan lama” updatenya ya kak^^

    Like

  15. GAKUKU GANANA BACANYA, HUBUNGAN TANPA STATUS MASHA ALLAH. AKHIRNYA MEREKA NGUNGKAPIN RASANYA WOAHAHAHBAHAA KEREN BANGET DAN AKU KAGET CHAPTER INI CEPET BANGET DI UPDATENYA. ALHAMDULILAH BANGET WKWK. POKOKNNYA AKU MAU YANG LEBIHHH DARI CIUMANA BWAHAHHAHA 😂🔫

    ashaaaaa plis update lagi ntar malem. AKu suka banget ffnya 🔫

    Like

  16. gakuku gakuku :””v anjierrr kaa keren bangeet
    aaajegilee nanti nih make out di rs ini :’v amin amin ::”v
    keren gile kaa aku sukaa
    semangat kaa.. ditunggu updateannya😘😘

    Like

  17. woww jongin main nyosor aja giillakk
    tapi akhirnya samasama ngaku mereka kalo saling suka.. ikut seneng jadinya wkk
    semangat ya kaka nulisnya 🙂

    Like

  18. kurang puas sha!!! duh itu detik detik menuju ena ena selalu kepotong kenapa ya btw hahahahahahahaha asha semangat ya ngeremakenya biar updatenya makin cepet jadi readersnya ga penasaran kkkkkkkkkkk udah deh jangan ngingetin kampret moment kaistal yang tertukar lagi 😥 :v

    Like

  19. soojung suka. soojung nafsu tapi soojung gak siap. duh soojung :3
    gak siap komitmen tp siap ciuman terus wkakakak 😀

    eh btw, emg ada moment kaiseul ya? sorry gak update nih. kalo sustal mah mereka kakak-adik lah. gak usah masukin ati yaaa arca kkkkkk 😀

    full kiss scene nih dek shaa. jadi suka haha 😀
    semangat lanjutinnya dek shaa 😉

    Like

  20. well. umm, you wanna know something ? coolllll!!!!!
    ending nya mengejutkannnn. hot bgt 😦
    berasa fifty shades tp soojung jd grey (?) wkwkwkwjjj
    next chap cpt publish. thank u

    Like

  21. Aaaaaaaa ini chapter favorit banget, akhirnya mereka sama sama ngungkapin perasaannya, dan jongin ngertiin soojung yg belum mau berkomitmen, its so sweet :”) gakuku lah pokonya
    Aku ga suka sustal, ga suka banget liat mereka ntah kenapa, kalo liat kaiseul biasa aja padahal :<

    Like

  22. Setujuu,, aku suka sustal tp kakak adik doang tp aku gasuka kaiseul,,
    ini chap fav abisnyaa mreka udh ngakuin kl saling sukaaa aaaaa ditunggu dehh kakk lanjutanyaaa yg cpet yahh kak updatenya hehe

    Like

  23. Asha ff nya Kerennnnn
    Tapi hubungan? Tampa komitmen?giman jadi nya???
    Terus waktu kiss scene nya biking geregetttt huhaa
    Jadi penasaran sama kencan selanjut nya haha
    Di tunggu next chap nya asha semangat!!
    #Maaf baru bisa komen di chapter ini

    Like

  24. Untuk awal ini cukup puas kak 🙂 greget banget liat kiss scenenya. Jadi makin enggak sabar nunggu chapter 12-13 nya.
    Baru bilang saling menyukai aja udah kayak gitu kissingnya, gimana kalo udah saling buat komitmen ?
    Enggak sabar baca chapter-chapter selanjutnya
    Hwaiting kak asha 🙂

    Like

  25. jung keren tetep jual mahal meski terbukti cinta.
    Jong juga gagah banget dikencannya,
    aku setuju sist sama opinimu soal sustal tapi kayaknya suho emang ada rasa tapi jung-nya nganggepnya kayak temen.
    Kalo kaiseul keliatan banget seulgi canggung tapi canggung aneh dan kesannya dia kayak ada rasa sama kai.
    Kalo kaistal, yg bukan kasital shipp aja dgn berat hati ngakuin mereka ada something haha
    nice ff ditunggu lanjutannya

    Like

  26. Pingback: Doctor’s Order – Prolog | KAISTALFFINDO

  27. shaaaaaaaaaaaa omona ashaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
    huwaaaaaaaaaaaaaaa udah cium cium huwaaaaaaaaaaaaaaa
    aduhhhhhhhhhhhh hot summer ah hot hot summer! ini heol daebak sagon neomu neomu jinjja ((plak plakk plakkk!))
    FIX INI MAKIN KEWL BINGBING CERITANYAAAAAHHHHHH!
    MAU LANJUT BACA DULU EAK BHAYYYYY ;;_________;;

    Like

  28. Pingback: Doctors Order – Chapter 8 | KAISTALFFINDO

  29. Pingback: Doctors Order – Chapter 9 | KAISTALFFINDO

  30. Pingback: Doctors Order – Chapter 9 | KAISTALFFINDO

  31. Setuju nih kak.. kalo kaiseul emang ada samting bcs mereka temenan. Kalo kaistal mah ada sesuatu yg diem2 di sembunyiin gt (apasih)
    Btw.. aku suka ceritanya huhuuu.. soojung sebelumnya uda perna hub.seks ma cowo lain ya? Ato otw sama jongin doang? Hahaay. Aku harap sih gt. Trus ini jongin gada kedekatan ma cewek laen kan? Aku harap cma soojung aja. Dan soal komenanku di ch.5 ada kekeliuran soal taemin masuk ma naeun. Dia dateng nya sm hyeri deng ya..hehe. mianhae X

    Like

  32. Hjhihi..kebayang ga seh patah hatinya jongin,kl pun belum nemu arti hubungan dekat mereka tapi soojung udh bangun benteng tebel dan hebatnya jongin masih ada cara buat ttp dekat n cium soojung..huakqkqkqkq
    Jd soojung n sehun dah ML sebelumnya..??
    Hebat deh ne ff…nagih..

    Next part yak sha..

    Like

  33. Ini chapter yang bikin greget sekaligus deg degan, disini aku ngerti knp krys sikapnya gitu, mungkin dia jug ga mau kejadian buruk terjadi lg di hidup dia, makanya dia selalu ngbatasi, sukaa bgt ceritanya makasiiih😉

    Like

  34. PUASSSSSSSS BANGET SAMA CERITANYA.
    BENER BGT KAISEUL KEK GA ADA AURA SOMETHING GITU TP KALO KAISTAL KEK GREGETAN2 NGELIAT MEREKA.
    KAK AYAA AKU KHILAF KRN NGEBAYANGIN MULUH ADEGAN KISSNYA. HAHA
    BISA2 KALO DI RS GA ADA KERJAAN JONGIN NYIUM SOOJUNG MULUH. *APAAN SI LO RIN*
    KEEP WRITING KAK AYAAA:***

    Like

  35. Gila gila gila chapter ini yang paling bikin baper so far. Jangankan Mbak soojung, akupun ikutan dibuat gila sama Jongin. Tapi kasian deh Jongin nya ditolak walaupun mereka masih bakal tetap saling suka. Gak heran juga sih. Malah aneh jadinya kalo Soojung nerima dia padahal si Mbak nya baru putus sebulan lalu

    Like

  36. Pingback: Doctors Order – Chapter 10 | KAISTALFFINDO

  37. Pingback: Doctors Order – Chapter 11 | KAISTALFFINDO

  38. Astaga deg2an bgtt, soojung in denial muluu tapi ngerti kok dia kaya belom siap berhubungan duluu. Setujuu!! seulkai itu ya kaya temenan aja gitu murni temenan, kalo kaistal tuh kaya semacam ada something happen(?) Gitu kalo ngeliat tingkah mereka berdua satu sama lainn hehehe

    Like

  39. Sikasik udah pada ngaku saling suka acie acieee ahh sayangnya belum pacaran:(( btw emg ayahnya jongin knp sih kok jongin kaya gak mau ngomongin yaa aku kepo kepo kepooo

    Like

  40. krystal terima aja kai nya. Kan jga sdh suka masing”. Haha ada adegan kiss nya. Kaistal kok mesra banget sih. Tpi syg HTSan. Fightinh KAISTAL! Thor jga fighting bikin ff nya. Ff nya keren bingitssss kok. Fighting 🙂
    Mgkin baca chap selanjutnya besok deh. *curcol.
    Akuh mgkin cerewet yah ? =))

    Like

  41. Ahhhhh mereka bikin aku panas dingin bacanya deh saking sweeet bgtnya!jadi jongin suka soojung dan soojung suka juga sama jongin?wow amazing buat mereka jadian plisss.keren ya mereka kiseu nya wkwk😁
    Semangat terus ya 😘😘

    Like

  42. Pingback: Doctors Order – Chapter 15 | KAISTALFFINDO

  43. THE BEST “NONGKRONG” EVER HAHAHAHA
    Niat ngajak minum jus, berakhir dengan kisseu kisseu ahaaaydeuu haha btw tadi ada typo yaaa harusnya Soojung malah Jongin, kkk but it’s okay i’d love it 😉 😉

    Like

  44. Makin suka sama ceritanya ^^ Mereka makin sweet aja tp jdnya semacam htsan ya, kira-kira chanyeol sm naeun bakal gosipin kyk gmn kkk~ Asha gn ada pho biar anti mainstream/? hihihi 😀 Bikin yg lebih wow lg sha..

    Like

  45. akhh… asya…
    ini apa 0.0!!!
    Dugeun dugeun jantungku /apalah/
    Akhirnya kencan lagi..
    emang mungkin susah buat soojung yang notabene abis di kacangin/?/ 5thn ama sehun.
    please soojung, ini jongin beda!!

    Like

  46. Gatau kenapa bukan cuma karena sering baca ff kaistal atau banyak kaistal shipper aku juga rasa mereka dapet banget feelnya kalo mereka pacaran hehe

    Like

  47. Daebak shaaa, jongin emang penuh kejutan! Ga ketebak kalo akhirnya dia bakal nyium ojung! Aku sampe megap2 omgggg
    Feelingku kok ga enak ya(?) mereka ngejalanin tanpa komitmen…. Hm semoga gada apa2 :v

    Like

  48. finally, mereka ciuman haha
    dan apa itu? “apa kau suka aku menciummu?” “ya” “berarti aku harus terus melakukannya” <– ya ampun, aaaa ;A;
    yeaah, mereka akhirnya ngaku saling suka xD

    Like

  49. demi apa mereka berdua bikin ati deg2 ser yang baca…beneran mereka nggak cepetan jadian sih..biar terikat gtu.. hahahah maksa deh
    aku lanjut baca lg aja ya asha 😀

    Like

  50. woaa daebak daebak chapter yg ini..
    jongin maen nyosor ae.. wkwk
    jangan lama2 lajang tal ntr jonginnya keburu basi/? wkwk
    lanjut ye sha aku bacanya.. ^^

    Like

  51. Hamdallah finally nemu chapter lanjutan nya hehee… Ku sangat penasaran, dapet dari wattped and totally love the single part

    Like

  52. Bisa gila w lama2 disuguhin cerita mereka yg seperti ini dan kegilaan w terhadap kaistal semakin memuncak tak terbendung. Mungkin klo kaistal punya brg yg bisa dibeli w bakal koleksi ttg mereka semua.
    Gosh i love them …
    And i love this story ..

    Like

  53. Hahaha oke banget cara mereka ciuman juga seru, akhirnya jongin memutuskan untuk jujur, krystal emg dasar orang udh begitu masih ngelak aja ish.. mau minta pw chap yang diprivate dong kak ay

    Like

  54. mereka hts gitu? :v
    greget sama kaistal yok asha lanjut kan. makin kesini makin seru di tambah penasaran gimna Hubungan mereka kedepan nya

    Like

  55. Kaistal yg ciuman gue yg sesek (?) nafas eh hahahhaha 😂😂😂 engga tau dah kalo uda kaistal gini suka mendadak kepanasan (?) Bhahahhaah keren keren sukaaa sukaaa kaya nya hub mrk bakal complicated dah 😁😁

    Like

  56. Kaistal cepet jadian ih, geregetan lihatnyaaa
    Kalok aku sih gak terlalu suka kaiseul entah kenapa,
    Tapi aku juga suka sestal😂😂😂😂

    Like

Arcadian's Say