Doctors Order – Chapter 4

cku9rsyukaeew11

D O C T O R S   O R D E R

[ Chapter 4 –Truce.. Again ]

Kaistal fanfiction with au and romance genres.

original fanfiction: MyBlueSky
translator and first remaker: phonco and shannaro
second remaker: ayashaap

Prolog123

[ note:
1. Minah diganti jadi Naeun //mianhe:’
2. Jack : Jack Daniel’s (merk whiskey).
3. COPD: Penyakit progresif yang membuat sulit bernapas (progresif yang berarti penyakit tersebut semakin lama semakin parah).
4. Peraturan permainan monopoli di sini sedikit diganti. ]

.

.

.

 

Jongin belum berada di rumah Chanyeol saat Soojung tiba di sana. Soojung tidak mengatakan apa-apa, karena Chanyeol akan tahu kalau dirinya sedang mencari-cari Jongin dan Chanyeol mungkin akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan memalukan. Atau lebih buruk lagi, Chanyeol akan memberitahu Jongin kalau aku mencarinya. Jadi, Soojung lebih memilih untuk tetap diam.

Soojung bertemu Myungsoo sebelum mereka keluar dari rumah sakit. Berperawakan lumayan tinggi dan ramping, dengan rambut hitam dan poninya. Senyumnya menarik dan aksen Korea-nya terdengar sangat kental; ia juga sangat ramah. Mereka bertiga bersama-sama menuju rumah Chanyeol.

Naeun sudah berada di dalam rumah Chanyeol saat mereka sampai. Sepertinya Naeun punya kunci sendiri atau apapun itu. Ia juga sepertinya sudah mengotak-atik lemari minuman, ucapannya tidak lagi jelas dan ia tersandung saat membukakan pintu. Naeun menatap nakal Myungsoo dan langsung memeluknya erat-erat sebelum menyeretnya masuk. Myungsoo tersenyum pasrah mengikutinya.

Soojung kira ucapan Chanyeol tentang mereka berdua memang benar.

Mereka pindah ke dapur. Musik terdengar keras dari ruang tengah–Lady Gaga. Chanyeol mengernyitkan wajahnya saat ia menarik es dari freezer .

“Kalau dia pikir musik sialan ini akan terus berputar, dia gila.” Chanyeol menatap Soojung. “Kau mau minum apa?”

“Um, apa pun yang kau minum.”

“Aku mau minum Jack dan Cola. Cola-nya sedikit, tentu saja. Aku butuh banyak alkohol setelah semua omong kosong yang terjadi hari ini.”

Menjijikan.

“Apa kau punya jus?” tanya Soojung langsung.

Chanyeol membuka kulkas. “Jeruk dan cranberry . Tidak! Tunggu sebentar.” Ia menarik keluar kotak jus jeruk, dan memeriksa tanggal kadaluarsanya. “Yep, jeruk dan cranberry ,” ucapnya lagi.

“Kau punya vodka?” tanya Soojung penuh harap, ia mengangguk dan mengeluarkan botol vodka dari freezer. Saat Soojung sudah selesai mencampur minumannya, ia membawanya ke ruang tengah sambil mengamat-amati rumah Chanyeol. Rumahnya kecil dan sederhana, tapi menarik. Rumahnya terlihat baru. Dindingnya putih polos, tidak ada satupun foto atau lukisan terpampang.

Chanyeol, Naeun dan Myungsoo tengah duduk di sofa. Soojungpun bergabung dengan mereka dan merasa sedikit canggung, mereka sudah kenal sejak lama dan dirinya gadis baru. Tapi, Myungsoo mencairkan suasana, ia bertanya banyak pada Soojung.

“Sampai sejauh ini, apa kau menikmati pekerjaanmu di sini?” tanyanya.

Soojung mengangguk, menjawab jujur, “Yep, tapi tidak termasuk hari ini.”

“Tentu saja dia menikmatinya,” timpal Chanyeol. “Dia punya mentor terbaik di seluruh rumah sakit.”

“Belum lagi kencannya dengan Jongin,” Naeun meracau sambil menggerak-gerakan alisnya. Soojung ingin mati.

“Kau pergi berkencan dengan Jongin?” tanya Myungsoo penasaran.

“Mereka menjebakku untuk pergi berkencan dengan Jongin,” jelasnya.

“Ya, tapi aku tidak pernah menerima pesan 911 darimu!” lanjut Naeun. Oh, Tuhan, Naeun sangat menjengkelkan saat mabuk.

Myungsoo terkekeh, dan saat Soojung berpikir tidak akan ada hal buruk lain yang akan terjadi, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Semua orang serentak berhenti bicara. Empat kepala langsung melihat ke arah pintu, namun tidak seorang pun berdiri membukakannya.

Oh, Tuhan, itu Jongin. Itu pasti Jongin. Mereka baru saja menyiksaku, dan mereka akan mempermalukanku di depan Jongin. Astaga.

Soojung berencana untuk melarikan diri—Soojung bisa kabur lewat pintu belakang, tapi dirinya tidak tahu pintunya ada di mana. Atau ia bisa lari ke kamar tidur dan bersembunyi di bawah tempat tidur, tapi kalau Soojung ketahuan, dirinya akan terlihat bodoh. Ini menyebalkan.

Soojung tidak punya cukup waktu untuk memikirkan rencananya, karena Chanyeol sudah berteriak kencang, “Masuklah!” dan pintu depan didorong terbuka. Soojung mendesah lega—itu bukan Jongin, tetapi seorang pria tinggi berambut gelap yang mengenakan celana khaki dan sandal Jordan. Ia diikuti oleh seorang gadis cantik berambut cokelat panjang yang mengenakan scrub merah. Mereka berdua disambut antusias.

“Soojung, ini Taemin dan Hyeri,” ucap Chanyeol memperkenalkan, dan Soojung berdiri menjabat tangan mereka. Taemin tersenyum, dan sepertinya ia pria yang cukup menarik, tapi tatapannya terlalu lama untuk dikategorikan sopan.

“Senang bertemu denganmu,” ucap Soojung. Ia memaksakan tersenyum. Soojung berkata pada dirinya sendiri agar bersikap ramah padanya, setidaknya pada pertemuan pertama, walaupun tatapannya membuat Soojung tidak nyaman.

“Aku juga, Soojung. Kau anak baru?”

“Ya, aku baru dua minggu di sini. Kau juga bekerja di rumah sakit?”

“Yep. Aku seorang terapis pernafasan,” lanjutnya. “Hyeri juga.”

Hyeri sudah melenggang pergi menuju dapur, tampaknya tidak tertarik pada Soojung atau yang lainnya, ia sepertinya juga benar-benar membutuhkan minuman keras setelah bekerja.

“Dia bukan pacarku,” Taemin cepat menambahkan.

Oh, Tuhan.

Soojung mengangguk seolah-olah ini adalah kabar yang menarik, dirinya tidak ingin Taemin salah menilai sikapnya. Taemin beranjak mengambil minuman setelah bertanya apakah Soojung ingin minuman lagi, tapi Soojung  mengangkat gelasnya yang masih penuh dan menolak.  Soojung kemudian langsung duduk dan menenggak habis minumannya, dirinya masih bertanya-tanya di mana Jongin berada, tapi Soojung terlalu pengecut untuk bertanya pada siapa pun.

Taemin membuatkan Soojung minuman baru saat ia melihat gelas Soojung kosong. Kemudian Taemin duduk di sampingnya, membuat Soojung menderita dengan percakapan tentang rumah sakit dan cuaca. Sial, minuman buatannya terlalu kuat. Rasanya seperti vodka murni dengan sedikit tetesan jus cranberry. Soojung meminumnya dan mencoba untuk tidak meringis.

Semakin Soojung mabuk, semakin dirinya kurang menyadari Jongin masih belum berada di sini, dan Soojung merasa Taemin semakin menghibur. Taemin akhirnya bertanya apakah Soojung ingin duduk di teras, dan Soojung mengiyakannya. Ia menyenangkan setelah kau terbiasa dengan tatapannya.

Saat mereka duduk, Taemin segera merogoh sakunya, menarik keluar sebungkus rokok dan menyalakannya sebatang. Soojung menatapnya tidak percaya, dan saat ia menawari Soojung, dengan cepat Soojung langsung menolak.

“Benar-benar kebalikan, ya?” tanya Soojung bercanda.

Ia meniupkan asap keluar dari mulutnya. Namun, angin membawanya kembali ke arah mereka dan sedikit mengenai wajah Soojung, ia meminta maaf dan meniupkannya ke arah lain.

“Apa maksudmu?” tanyanya.

“Kau seorang terapis pernafasan dan kau merokok.”

Taemin mengangkat bahu, seolah-olah tidak mengerti maksud dari ucapan Soojung.

“Sisi baiknya, kau sudah tahu apa yang harus dilakukan saat kau terserang COPD,” lanjut Soojung lagi.

Taemin terlihat sedikit tersinggung. “Berhenti merokok lebih sulit dari yang kau pikirkan.”

“Aku rasa juga begitu.”

Mereka diam sesaat. Suasana lebih tenang di sini; Soojung masih bisa mendengar suara musik dari ruang tengah, tapi suaranya teredam, begitu juga dengan suara menjengkelkan Chanyeol. Di sini benar-benar damai.

Soojung menyesap pelan minumanku, dirinya merasa lebih lelah dari biasa. Soojung menatap lantai dan membayangkan seperti apa rasanya tidur di sana, ide ini cukup menarik.

Taemin tiba-tiba menyenggol Soojung dengan sikunya. “Bangun,” ucapnya bercanda. Soojung menggertakkan gigi. Menjengkelkan sekali. Mataku terbuka, Brengsek . Sebagian dirinya berpikir Taemin hanya ingin mencari-cari alasan untuk menyentuh Soojung. Soojung memilih untuk diam.

Kemudian ia mengatakan sesuatu yang membuat dirinya terjaga. “Jadi.. Soojung. Apa kau pindah ke sini dengan pacarmu?”

Oh, Tuhan. Apa ini alasan kenapa ia mengajakku keluar?

Soojung berpikir untuk berbohong, tapi Soojung rasa Taemin akan segera tahu kebenarannya. “Tidak, aku baru saja putus, jadi, aku sekarang mencoba untuk menjauh dari semua drama tentang pacar dan kekasih, kalau kau tahu maksudku,” Soojung berhati-hati menjawab.

Sepertinya, jawabannya terlalu jujur, sekarang Taemin bertekad untuk mencongkel informasi lebih dalam. “Memangnya bagaimana hubunganmu dulu?”

“Ceritanya panjang. Aku tidak ingin membicarakannya sekarang.”

Taemin mengangguk, mematikan rokoknya di lantai. Dan ia meninggalkannya saja sana, sebagai ucapan terima kasih pada Chanyeol atas minuman dan tempat nongkrong gratis.

“Kau bisa bicara denganku kapan saja,” ucapnya serius.

“Terima kasih.”

Ia berbalik menatap Soojung. “Kau senang berada di sini?”

Soojung memegang gelas dan memutar-mutar es di dalamnya sambil memaksakan diri untuk tersenyum. “Senang sekali.”

“Bagus sekali. Kita bisa nongkrong lebih sering.”

Soojung tidak menanggapi ucapannya, dan Taemin berdiri. “Aku mau menambah minuman lagi. Kau tidak apa sendirian di sini sebentar?”

Soojung mengangguk. Taemin berjalan menjauh, ketidakhadirannya adalah hal mulia bagiku. Soojung meletakkan kepalanya di kursi, membiarkan alkohol menenangkan pikirannya dan mengambil alih hari penuh kesialan ini.

Beberapa menit kemudian, Soojung mendengar suara pintu bergeser terbuka, dan langkah kaki, tapi Soojung tidak membuka mata, kalau dirinya berpura-pura tidur, mungkin Taemin akan segera pergi. Soojung mendengar gelas ditempatkan di atas meja di sampingnya.

“Hari yang panjang?”

Mata Soojung langsung terbuka, dan ini dia, dr. Kim. Ia duduk di kursi Taemin, berpakaian biasa, rambutnya sedikit basah, dan ia memamerkan senyuman bengkoknya yang membuat Soojung ingin duduk di pangkuannya.

Soojung duduk sedikit lebih tegak. Tiba-tiba sadar betapa berantakannya dirinya; kenapa aku tidak bercermin sebelum datang ke sini?

“Kau tahu sendiri jawabannya,” ucap Soojung ketus. “Aku mulai berpikir kau tidak akan datang.”

“Oh, jadi kau mengharapkanku datang?”

“Bukan itu yang kukatakan,” jawab Soojung.

Jongin menyeringai. “Kau tidak harus membenciku, Soojung. Tidak semua dokter jahat dan menakutkan.”

“Apa kita harus membahasnya lagi?” tanya Soojung enggan.

“Aku baru saja berusaha beramah-tamah membuat percakapan. Kaulah yang terus-menerus bersikap defensif.”

“Aku tidak defensif, dan aku mencoba untuk bersantai. Aku tidak memikirkan tentangmu, walaupun itu sulit dipercaya,” Soojung mengejeknya. Tapi, Jongin hanya tersenyum melihatnya.

“Kau benar. Kau sepertinya sedang bersenang-senang dengan Taemin, sebaiknya aku membiarkanmu melanjutkannya.”

Jongin bergerak berdiri, tapi dengan sigap Soojung meraih lengannya dan memegangnya erat-erat.

“Kalau kau meninggalkanku sendirian dengan Taemin, aku akan membunuhmu .” Suara Soojung rendah memberinya peringatan. Begitu kata-kata itu meluncur dari bibirnya, pintu kaca kembali bergeser terbuka, dan Soojung bisa melihat siluet Taemin saat ia berhenti di ambang pintu.

“Oh, hey Jongin,” sapanya. Taemin kelihatannya tidak senang dengan Jongin berada sini, tapi, walaupun demikian, ia tetap berjalan dan duduk di kursi di sebelah kanan Soojung, es di minumannya berdenting ribut.

Jongin kelihatannya juga merasa terganggu dengan kehadiran Taemin. Ia sedikit menyapanya dan menyeruput minumannya sendiri.

Keheningan yang terjadi saat ini adalah situasi tercanggung yang pernah Soojung alami, terutama karena dirinya duduk di tengah-tengah. Soojung kembali meneguk minumannya sebelum bicara. “Jadi, eh.. kau bekerja hari ini, Taemin?”

Usaha menyedihkan Soojung untuk memulai percakapan dijawab dengan singkat, “Tidak.”

“Aku belum pernah melihatmu di tempat kerja. Aku rasa aku sudah pernah melihat Hyeri,” ucap Soojung lagi.

“Aku lebih banyak bekerja di unit,” jawabnya.

“Oh.”

Soojung mendengar suara jangkrik.

Pintu kembali bergeser terbuka. “Taemin! Di sini kau rupanya! Ayo ikut aku, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.” Naeun mabuk berat. Ia tidak menunggu jawaban Taemin saat ia tersandung ke depan dan meraih lengannya, menarik Taemin berdiri dari kursinya.

“Menunjukan apa?” tanyanya, suaranya terdengar jengkel tapi penasaran. Taemin mengikuti Naeun ke dalam dan pintu kaca kembali tertutup di belakang mereka.

Tentu saja Soojung langsung curiga. Soojung tahu Naeun punya niat terselubung.

Tapi, Soojung melupakan semua itu saat Jongin membalikan tubuhnya ke arah dirinya saat ini. “Sendirian lagi dengan seorang dokter tampan. Bagaimana caranya kau bisa mengontrol dirimu?”

Soojung hampir menyemburkan minumannya.

“Apa kau baru saja menjuluki dirimu sendiri dokter tampan?” tanya Soojung tidak percaya.

“Kau sendiri yang bilang, Soojung.”

“Aku tidak pernah memanggilmu seperti itu.” Ini sebuah kebohongan—Soojung memanggilnya seperti itu di dalam kepalanya jutaan kali. Tapi, Jongin tidak tahu itu, kan? Benar, kan?

Oh, Tuhan, bisakah ia membaca pikiranku?

Jongin kembali duduk bersandar dan menyeruput minumannya sambil tersenyum puas. “Dikencan kita waktu itu. Kau bilang orang-orang pergi ke klinik hanya untuk menatap dokter tampan.”

“Aku tidak bermaksud dokter itu kau!” ucap Soojung terperanjat.

“Jadi, semua dokter tampan kecuali aku?” tanyanya, berpura-pura tersinggung.

“Kau bahkan tidak bekerja di klinik.”

“Tapi, aku seorang dokter,” sanggahnya.

“Ya, dokter yang menjengkelkan,” jawab Soojung lagi.

“Jadi, kau pikir aku tidak tampan?”

Astaga, ia pemaksa sekali.

“Apa kau biasanya memang suka pergi berkeliling menemui orang-orang agar mereka bisa memuji egomu, atau kau hanya sesekali melakukan ini?”tanya Soojung jengkel. Tidak mungkin Soojung mengakui ketampanannya. Tidak boleh.

Jongin mengangkat bahu dan kembali menyesap minumannya, ia jelas geli melihat ketidaknyamanan Soojung dalam percakapan ini. “Aku rasa tergantung suasana hatiku.”

Soojung memelototinya.

“Jadi, bagaimana caranya kau bisa berakhir sendirian dengan Albert?” tanyanya padaku, mengalihkan topik pembicaraan ke arah yang lebih ringan. Soojung merasa lega dan aku pikir Albert adalah nama depan Taemin. Atau mungkin itu julukan ironis lain yang diberikan Chanyeol, karena Taemin tidak terlihat seperti salah satu orang terpintar di dunia.

Soojung menggosok dagunya, yang masih terasa sedikit sakit. “Sepertinya, aku mengalami trauma di kepala karena pukulan tadi pagi.”

Jongin mengerutkan kening, pandangannya jatuh ke dagu Soojung. “Kau baik-baik saja?”

“Secara fisik? Ya. Secara emosi?” Soojung mengangkat gelasnya ke arahnya. “Itulah gunanya ini.”

Jongin melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya seperti mengusir bau. “Apa kau minum vodka murni? Aku bisa mencium baunya dari sini.”

“Taemin membuatkannya untukku. Ada jus cranberry di dalamnya.. aku rasa.”

“Apa dia mencoba membuatmu mabuk?” tanyanya, mengerutkan kening lagi. “Kemarilah. Aku bisa membuatkanmu minuman yang jauh lebih baik.” Jongin menjulurkan tangannya.

“Minuman ini tidak terlalu payah,” jawab Soojung sambil menyerahkan gelas padanya. Ia berdiri dan berjalan memasuki rumah.

“Tunggu di sini,” ucapnya. “Aku akan segera kembali.”

Soojung tergoda untuk mengikutinya, tapi dirinya melakukan apa yang Jongin ucapkan. Soojung agak khawatir Taemin akan muncul sebelum ia kembali, tapi Soojung beruntung, Jongin kembali beberapa saat kemudian. Minumannya jauh lebih berwarna dan baunya tidak menyengat.

“Cobalah,” ucapnya sambil menyerahkan gelas padaku. Aku membawa gelas ke bibirku dan minuman ini jauh lebih baik, lebih terasa seperti minuman buah yang dicampur dengan sedikit alkohol.

Soojung mengangguk. “Enak sekali.”

“Sekarang kau tidak akan mabuk sebelum jam setengah sebelas malam.”

Jongin  kembali duduk. Bangku ini dirancang untuk dua orang, dan kakinya menyentuh kaki Soojung. Soojung mencoba mengabaikan kehangatan yang terpancar dari tubuhnya.

“Jadi, di mana kau tinggal?” tanya Jongin.

“Aku tinggal di sebuah apartemen kecil. Bagaimana denganmu? Kau tinggal di dekat sini?”

Jongin kembali mengangguk. “Ya, rumahku tidak jauh dari sini.”

“Kau pulang untuk mandi?” tanya Soojung, meskipun ini sudah kelihatan jelas. Rambutnya basah dan ia tidak lagi mengenakan scrub .

Jongin menggosok lehernya dan terlihat sedikit malu. “Ya, aku, eh.. sedikit diludahi hari ini.”

Soojung tidak bisa menahan senyum. “Oleh pasien favoritmu?”

“Yep.”

Terima kasih, Tuhan, untuk balasan kecil ini. Aku lebih memilih wajahku dipukul daripada diludahi. Tapi, setelah kupikir-pikir, pukulannyamenyakitkan.. aku harus memikirkannya lagi.

“Kira-kira apa yang dilakukan Naeun pada Taemin sekarang?” tanya Soojung.

Jongin berpikir sejenak. “Siapa yang tahu? Kau tidak akan bisa menebak Naeun.”

“Kau masih ingin membalas Chanyeol?” tanya Soojung penuh harap.

Jongin menyeringai, tapi ia tidak langsung setuju. “Kau punya ide?”

“Bagaimana kalau kita menjebaknya dengan dr. Song? Kita bisa bilang padanya kita semua akan minum di sebuah restoran, tapi kemudian hanya mereka berdua yang muncul. Oh! Mungkin kita juga bisa reservasi di meja belakang restoran untuk menonton mereka.”

Jongin tertawa. “Dan siapa yang akan membuat dr. Song setuju untuk ikut?”

“Kau, tentu saja. Aku nyaris tidak kenal dia.”

“Kau tahu, kan, dr. Song akan membunuhku saat ini semua berakhir?”

Soojung langsung mengalihkan pembicaraan. “Minuman yang kau buat ini cukup mengagumkan.”

Senyum Jongin melebar. Ia menatap Soojung jahil, matanya berkilat tertimpa cahaya lampu teras. “Kau sadar tidak, kau sudah memujiku dua kali dalam waktu kurang dari sepuluh menit?”

Oh, sialan, benarkah?

“Aku memuji minumanmu ,” ucap Soojung mengoreksinya.

Aku yang membuat minuman itu.”

“Jangan sampai kepalamu membesar, karena kalau kepalamu lebih besar dari sekarang, kau tidak akan bisa masuk melewati pintu,” goda Soojung.

Jongin tertawa, dan untuk sesaat keheningan merayap di antara mereka. Mereka berdua meneguk minuman.

“Aku minta maaf tentang hari ini,” ucap Jongin tiba-tiba, memecah keheningan. Soojung menatapnya heran. “Aku mungkin sedikit emosi denganmu. Maksudku, di telepon.” Ia menatap Soojung meminta maaf.

Tiba-tiba Soojung teringat jika dirinya telah berencana untuk meminta maaf padanya dari berabad-abad yang lalu. Soojung ingin memukul dahinya.

“Aku sebenarnya ingin meminta maaf padamu,” jawab Soojung, sedikit malu. “Kau sibuk dan aku sedang kesal.. lagi pula, aku seharusnya tidak menutup teleponmu.” Soojung agak malu saat mengucapkan bagian terakhir ini. Dirinya belum pernah menutup telepon seseorang sejak Samui Karui memanggilnya Jidat Lebar di sekolah dasar. Dan ia sebenarnya layak mendapatkan perlakuan yang jauh lebih buruk dari itu.

“Aku pikir kau perawat pertama yang pernah menutup teleponku,” jawab Jongin geli.

Soojung tertawa gugup. “Yah, kau juga dokter pertama yang teleponnya pernah kututup.”

“Gencatan senjata?” tanya Jongin sambil mengulurkan tangannya.

Soojung segera menjabatnya, dan dirinya tidak bisa berhenti tersenyum. “Ya, gencatan senjata.. lagi.”

Pintu tiba-tiba terbuka, dan Chanyeol melangkah keluar. “Di sini kalian rupanya.”

Ia memegang botol bir dan sepertinya sudah mabuk. Suaranya keras membahana.

“Kecilkan suaramu, Chanyeol. Kau akan membangunkan semua tetanggamu.” Myungsoo mengikutinya dari belakang, ia sama sekali tidak terlihat mabuk.Tapi, Soojung rasa seseorang harus mengurus Naeun—lengan Naeun meliliti pinggang Myungsoo, ia hampir tidak bisa berdiri.

“Oi, ini baru setengah sebelas. Belum ada yang tidur jam segini.”

“Nenekku tidur jam tujuh,” Naeun cekikikan.

Semuanya ke luar, membawa kursi masing-masing dan meletakannya di sekeliling mereka ini membuat Jongin dan Soojung sedikit bergeser menjauh. Soojung agak kecewa, meskipun dirinya tidak punya alasan untuk merasakan ini. Tapi, mengobrol bersama Jongin adalah hal yang menyenangkan.

Semuanya berbicara dan tertawa, dan Chanyeol melakukan stand-up comedy dadakan, ia dengan mabuk mendemonstrasikan bagaimana wajah Soojung dipukul hari ini. Ia berpura-pura meninju wajahnya dalam gerakan lambat dan kemudian jatuh ke kursi secara dramatis, ia melebih-lebihkan cerita. Tapi semua orang tertawa histeris, kecuali Taemin, yang kelewat khawatir dengan keadaan Soojung dan mengabaikan kenyataan bahwa Soojung duduk di sini hidup-hidup.

Naeun mulai mengeluh tentang angin dingin yang berhembus. Ia dan Myungsoo bergegas masuk, Chanyeol dan Hyeri berjalan mengikuti mereka. Sekarang hanya ada Soojung, Taemin dan Jongin.. lagi, dan untuk menghindari kecanggungan, Soojung menyarankan agar mereka semua masuk.

Naeun mengotak-atik stereo. Setelah ia menemukan lagu favoritnya, ia segera berbalik dan kembali duduk di samping Myungsoo. Kalau Soojung tidak tahu mereka tidak berpacaran, Soojung pasti akan mengira mereka sepasang pengantin baru.

“Ayo kita main kartu!” seru Naeun tiba-tiba. Ia kelihatan sangat bersemangat dengan idenya. Tapi, Soojung tidak, karena Soojung payah bermain kartu dan dirinya yakin ini akan melibatkan alkohol. Hal terakhir yang Soojung inginkan sekarang adalah mabuk saat berada di dekat Jongin. Alkohol ditambah dokter tampan tidak sama dengan Soojung yang berpikir jernih.

“Aku tidak tahu dimana kartuku,” ucap Chanyeol.

Naeun tidak percaya dengan ucapannya. Ia mulai mencari-carinya di dalam lemari. “Dimana kau meletakannya?”

“Naeun, kalau aku tahu dimana aku meletakannya, kartuku tidak akan hilang!” jawab Chanyeol kesal.

Naeun mendengus dan terus mencari. Jongin menghilang ke dapur untuk mengambil minuman. Soojung mencoba berbicara dengan Hyeri agar dirinya dapat menghindari Morio.

“Oh! Monopoli!” seru Naeun, menarik sebuah kotak dari lemari. “Aku suka monopoli!”

Ia dengan cepat memaksa Myungsoo dan Hyeri bermain bersamanya. Mereka duduk di lantai. Jongin duduk kembali di samping Soojung dan berbisik, “Naeun bisa melakukan ini sepanjang malam.” Napasnya berhembus panas di telinga Soojung, membuatnya menggigil.

“Apa kau sering nongkrong dengan mereka?” tanya Soojung.

“Ya, sering.”

Soojung mengangguk. Kebanyakan dokter berumur lebih tua darinya dan sudah menikah, sementara yang lainnya seperti bermusuhan dengan perawat di tempat kerja, dan ide untuk nongkrong bersama adalah suatu hal yang menggelikan. Tapi, kemudian Soojung menyadari, Jongin bukan seperti kebanyakan dokter lainnya.

Tentu saja ini tidak akan rumit kalau Jongin melecehkan dirinya. Setidaknya, Soojung tidak akan berperang dengan perasaan campur aduk ini saat bersamanya.

Jongin bersandar ke arah Soojung dan kembali berbisik, Soojung merasa detak jantungnya bergerak lebih cepat. “Taemin menatapmu.”

Soojung langsung menoleh ke arah Taemin, dan ya, Taemin sedang melihatnya dengan tatapan anehnya.

Soojung balas berbisik, “Dia punya masalah dengan tatapannya. Dia sudah melakukan ini sepanjang malam.”

Jongin tertawa keras, tapi kemudian cepat-cepat mengontrol dirinya. “Kau benar. Tapi, kali ini, aku tidak bisa menyalahkannya.”

Soojung menatap Jongin heran. Apa dia tebar pesona dengannya? Soojung merasa wajahnya memanas, dan Jongin tersenyum saat Soojung memalingkan wajah. Soojung tidak tahu kenapa Jongin bisa memengaruhinya seperti ini. Soojung sudah pernah tepar pesona dengan lelaki lain sebelum ini—ini seharusnya tidak menjadi masalah besar.

“Aku mau ke kamar mandi,” ucap Soojung tiba-tiba sambil berdiri. Soojung berlama-lama memercikan air dingin ke wajahnya, dengan harapan ini bisa membuatnya sedikit tenang. Walaupun Jongin menyukainya—dan kemungkinan besar tidak —Soojung masih tidak bisa mengabaikan kenyataan ia seorang dokter. Dan walaupun ia bersikap baik sekarang , ini bukan berarti sikapnya akan bertahan saat mereka berada di tempat kerja atau saat Jongin mendapat panggilan tengah malam.

Oh, Tuhan, apa aku baru saja memikirkan untuk menghabiskan malam bersamanya?

Sialan. Soojung harus cepat-cepat sadar. Dirinya tidak bisa terus-menerus punya pemikiran seperti ini tentang Jongin—ini tidak benar, dan ini dapat mengganggu kestabilan mentalnya. Soojung tidak pernah merasa sekacau ini sebelumnya.

Saat Soojung masuk kembali memasuki ruang tengah, ia melihat Chanyeol sedang menumpuk uang monopoli di lantai. Hyeri sudah tidak ada.

“Hei, Jungie, kami sedang turnamen monopoli. Kami bermain dalam tim, taruhannya uang asli. Kau mau ikut?”

Soojung sudah sering bermain monopoli, tapi mendengar permainan ini menggunakan uang asli membuatnya sedikit ragu. Biasanya Soojung tidak membawa banyak uang tunai, dan dirinya belum menerima gaji. “Aku hanya punya dua ribu won,” jawab Soojung.

Jongin datang dari belakang, dan menempatkan tangannya di bahu Soojung. “Aku akan meminjamkanmu uang, tapi kau harus satu tim denganku,” ucapnya.

“Aku tidak ingin kau membayar kekalahanku.”

“Itu tidak masalah,” ucapnya sambil menyeringai. “Aku tidak pernah kalah di permainan ini.”

Caranya menatap Soojung membuatnya menyerah.

Soojung tidak tahu bagaimana caranya ia bisa bertahan melewati malam ini.

.

.

.

Mereka sudah bermain lebih dari dua jam, dan Jongin tidak berbohong saat ia mengatakan ia selalu menang. Ia punya strategi. Properti yang mereka miliki jauh lebih banyak dari tim lain, dan Chanyeol sudah bangkrut dua kali; Jongin bahkan menerima pakaian Chanyeol sebagai pengganti uang sewa, dan sekarang Chanyeol bermain hanya dalam balutan celana jeans. Mereka semua mabuk dan bersenang-senang.

Jongin sering membisikan strateginya di telinga Soojung. Soojung sudah terbiasa dengan ini sekarang. Dirinya telah belajar untuk menerima perasaan ini—rasanya menyenangkan, jadi, untuk apa dirinya berjuang keras menolaknya?

Bahunya juga sering menyentuh bahu Soojung. Dirinya tidak tahu apa Jongin mabuk atau melakukannya dengan sengaja, tapi Soojung menyadari keputusannya dalam membeli properti terlalu teliti untuk orang mabuk.

Soojung melempar dadu. Jongin ingin mengambil satu-satunya properti Chanyeol.

“Tidak akan kubiarkan, Dok. Aku sudah duduk membeku kedinginan di sini. Kau tidak bisa mengambil rumahku.”

“Kau sudah hampir keluar dari permainan, Chanyeol. Sekarang apa yang kau inginkan agar mau menyerah?”

Tidak butuh waktu lama bagi Chanyeol untuk memutuskan. “Pakaianmu.”

Jongin tidak ragu-ragu saat membuka pakaiannya. Ia ingin mendominasi permainan. Ia melemparkannya ke Chanyeol, yang sedang menatap Soojung penuh harap.

“Bagaimana? Kalian satu tim, Jungie. Berikan pakaianmu.”

Wajah Soojung memerah. “Aku tidak mau melepas bajuku,” ucap Soojung menantang. Soojung sedikit kesal karena tiba-tiba diprovokasi dengan cara seperti ini—dan sekarang wajahnya semakin memerah karena duduk di sebelah dokter tampan yang bertelanjang dada. Lagi pula, tidak mungkin Soojung memamerkan bra suram yang kubeli tiga tahun yang lalu pada Jongin. Bra ini sudah terlalu sering Soojung pakai.

“Kalau begitu, kesepakatan kita batal,” ujar Chanyeol. Ia sepertinya sudah tahu kalau Spoojung  akan bereaksi seperti ini.

Soojung bisa melihat Jongin ingin membujuknya, tapi ia tidak berani. “Apa?” desis Soojung padanya. “Kau sudah punya sembilan puluh persen properti di permainan bodoh ini.”

Kita yang punya, Soojung. Dan kita akan dominasi permainan ini. Setelah kita mendapatkan properti Chanyeol, kita bisa menyingkirkan Myungsoo dan Naeun dalam waktu singkat.”

Ini sepertinya ide yang menarik, kecuali bra sialan yang Soojung kenakan hari ini. Setidaknya, ini bukan bra terjeleknya. Dan untungnya, ini bukan sport-bra yang berlubang di tengahnya.

“Kau berhutang padaku kalau aku melakukan ini,” ucap Soojung, menantangnya untuk berdebat. Ia mengangguk setuju dan Soojung sepertinya lebih mabuk dari perkiraannya, karena  tiba-tiba dirinya sudah menarik lepas scrub-nya dan melemparkannya ke arah Chanyeol sebelum Soojung berubah menjadi pengecut. Chanyeol bersiul saat scrub Soojung mendarat di wajahnya.

Tatapan Jongin jatuh ke dada Soojung, ia menatapnya sedikit terlalu lama. Soojung tidak tahu apa Jongin menatap bra mengerikannya atau belahan dadanya, tapi Jongin segera mengalihkan pandangannya dan kembali berfokus ke permainan.

Tentu saja, Taemin melirik dada Soojung, tatapannya menjengkelkan. Taemin seperti terhipnotis oleh payudara Soojung, Soojung tahu payudaranya memang bagus, tapi tidak sebagus itu, Soojung segera membungkus lengan di tubuhnya dalam upaya menyedihkan untuk menyembunyikan diri.

Chanyeol berbalik dan melihat tatapan Taemin. “Apa-apaan ini? Kau terlihat seperti pria yang belum pernah melihat sepasang payudara sebelumnya.”

Taemin tampak malu. “Apa? Aku tidak melakukan apa-apa.”

Jongin tidak menatap Soojung, tapi ia menyeringai saat Chanyeol melontarkan komentar yang sama menghinanya seperti sebelumnya. Wajah Soojung semakin memerah, tapi dirinya masih bisa meluangkan waktuku untuk memerhatikan dada Jongin. Dadanya ramping dan keras, tapi tidak selebar Chanyeol atau lembek seperti kebanyakan dokter lainnya. Ia pasti rajin olah raga, dan itu membuahkan hasil.

Kemudian  Jongin menatap tatapan Soojung. “Suka dengan apa yang kau lihat?” tanyanya dengan suara rendah, berhati-hati menjaga percakapan agar hanya terdengar di antara kami.

Soojung malu, tapi dirinya mencoba untuk berpura-pura tidak peduli dengan memutar mata. “Kau suka dengan apa yang kau lihat? Aku perhatikan kau tadi memelototi dadaku.” Dada Soojung masih tertutup oleh lengannya, tapi tetap saja, tatapan Jongin kembali jatuh ke dada Soojung saat dirinya menyebutnya. Jongin berdehem dan cepat berpaling.

“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan,” jawabnya sambil lalu.

Naeun sedang memerhatikan interaksi kami. Ia mendengus dan menggapai ke seberang untuk mengambil dadu. “Sebesar apapun dedikasi kalian berdua untuk memenangkan rumah-rumah kecil ini, kalian tidak akan bisa membuatku menanggalkan bajuku.”

“Tentu saja tidak, aku akan menyerahkan tugas itu pada Myungsoo,” jawab Jongin datar. Myungsoo menyeruput minumannya tanpa membuat komentar apa-apa. “Dan ini bukan tentang memenangkan rumah-rumah kecil, ini tentang merasakan sensasi menang dan mengambil semua uangmu.”

Tanpa melepas lengannya dari dada, Soojung bersandar ke depan dan menyesap lama minumannya sambil bertanya-tanya apakah dirinya harus bermain sampai selesai dengan bertelanjang dada. Di sini sedikit dingin, dan Soojung sedikit yakin putingnya mengeras dan bisa terlihat melalui bahan tipis bra-nya. Soojung ingin tahu apakah dirinya bisa melempar dadu tanpa harus menggerakkan lengan. Mungkin sebaiknya Soojung menyuruh Jongin menempatkan dadu di mulutnya dan meludahkannya di papan. Ya, tentu saja.

Sekarang, setelah Chanyeol keluar dari permainan, ia merasa bosan dan berjalan mengelilingi rumahnya. Tidak lama kemudian, Taemin undur diri untuk pulang. Mereka sudah memiliki banyak keuntungan dan tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk membuat Naeun dan Myungsoo bangkrut dan memenangkan permainan. Soojung segera merebut bajunya dan memasangnya kembali.

Jongin menyeringai saat Soojung sudah berpakaian. “Walaupun aku sudah bermain monopoli jutaan kali, tapi permainan tadi adalah permainan yang paling menyenangkan di sepanjang hidupku.”

Soojung memutar mata dan mendorongnya.

“Apa?” tanya Jongin membela diri, senyuman bodoh tidak pernah meninggalkan wajahnya. “Kita benar-benar beruntung. Kita hampir memenangkan lima puluh ribu yen.”

Jadi, aku bertelanjang dada sama sekali tidak memberi pengaruh apa-apa bagi Jongin? Tepat sekali . Tapi, aku akan berbohong kalau aku mengatakan melihat Jongin bertelanjang dada tidak membuat permainan menjadi lebih menyenangkan bagiku.

Kau memenangkan hampir lima puluh ribu yen. Aku tidak pernah menaruh uangku sedikitpun,” Soojung mengingatkannya.

“Aku membiarkanmu meminjam uangku, dan nanti kau harus membayarnya kembali. Jadi, setengah dari uang ini adalah milikmu.”

Naeun dan Myungsoo sudah menghilang—mereka mungkin sedang mencari sebuah kamar tidur kosong di suatu tempat—tapi, Soojung masih merasa sedikit aneh untuk mengambil uang itu. Tidak ada yang merasa kesal dengan kerugian mereka, tapi Soojung hanya pernah berjudi sekali, dan itupun hanya sepuluh yen saat berada di LA.

Jongin merasakan keraguan Soojung. “Kalau kau benar-benar tidak mau mengambilnya, bagaimana kalau kita berdua keluar dan bersenang-senang dengan dengan uang ini. Mereka yang traktir, tentu saja.” Ia mengangguk ke arah lorong, menunjuk pada teman-teman mereka yang sudah menghilang.

Soojung menggeleng. “Maaf, tapi aku tidak berkencan dengan dokter.”

Jongin tidak terpengaruh dengan ucapan Soojung. “Lalu, dengan siapa aku pergi berkencan Jumat lalu?” tanyanya, berpura-pura bingung.

“Kita dijebak,” Soojung mengingatkannya.

Jongin menatap Soojung skeptis, tidak yakin dengan alasan Soojung. “Dan kenapa kau tidak berkencan dengan dokter?”

Soojung bisa merasakan adrenalinku terpompa. Percakapan ini membuatnya gugup.

“Kau tahu kenapa.”

Jongin menggeleng. “Katakan padaku.”

Soojung hanya mengangkat bahu, wajahnya kembali memanas. Soojung pikir dirinya terlalu sering tersipu malu malam ini.

Jongin bersandar ke arah Soojung dan bergumam, “Aku pikir, aku bisa membuatmu berubah pikiran.”

Wajah Soojung semakin panas. Dirinya nyaris mengubah pikirannya sekarang. “Semoga berhasil, dr. Kim.”

“Lagi pula, ini bukan kencan,” lanjutnya. “Aku tidak pernah bilang ini kencan. Aku bermaksud mengatakan pergi keluar sama artinya dengan nongkrong sebagai teman.” Jongin menatapnya. “Kita bisa berteman, kan?” Soojung bisa mendengar nada sindiran di balik ucapannya.

“Aku kira tidak ada aturan yang mengatakan kita tidak boleh berteman,” Soojung setuju, tapi dirinya masih waspada. Nongkrong sepanjang malam atau di siang hari sesuai rencananya tampak tidak berbahaya, tapi itu sebenarnya akan bergantung pada gaya rambut dan pakaian yang ia kenakan. Soojung baru saja menyadari tubuhnya akan mengkhianatinya dalam sekejap kalau dirinya tidak berhati-hati.

“Bagus,” ucapnya, mengemasi papan monopoli, dan Soojung mengatakan pada dirinya sendiri kalau dirinya bisa mengatasi ini semua.

.

.

.

Soojung kelelahan dan ingin segera pulang, tapi Jongin mengambil kunci mobil Soojung dan menyuruh Soojung tidur di salah satu kamar Chanyeol bersama Naeun malam ini. Naeun sudah tertidur pulas di bawah selimut, dan sama sekali tidak terganggu dengan percapakan mere ka. Jongin membantu Soojung melepas kaos kaki dan Soojung melepas bajunya, lagi pula Jongin juga sudah melihatnya sebelum ini. Dan dirinya benar-benar tidak ingin tidur dengan scrub-nya.

“Di mana kau akan tidur?” tanya Soojung mengantuk.

“Di rumahku.”

Soojung kecewa, meskipun dirinya benar-benar tidak punya hak untuk merasakan ini, terutama karena Soojung sudah mengingatkan padanya kalau dirinya tidak akan mengencani dokter. “Kau ingin pergi?”

“Ya, sebentar lagi.” Soojung bisa mendengar senyuman dalam suaranya. Jongin menyeka dengan lembut rambut dari wajah Soojung. “Kau perlu beristirahat, Soojung. Kau melewati hari yang panjang.”

“Kau juga harus beristirahat,” gumam Soojung lemah sambil mengerutkan kening.

Jongin mengelus kepala Soojung sebelum mengecup kening gadis dihadapannya, dan Soojung tidak ingin Jongin pergi. Soojung tidak tahu kapan dirinya akan bertemu dengan Jongin lagi—Soojung tidak tahu kapan Jongin akan bekerja atau apa dirinya akan bertemu dengan Jongin saat dirinya bekerja nanti. Dan bayangan tentang tidak akan bertemu dengannya lagi membuat Soojung merasa kosong dan aneh, dirinya tidak mengerti ini.

Sooojung menarik napas dalam-dalam dan tersenyum menatapnya. “Selamat malam, Jongin.”

Ujung bibirnya sedikit terangkat. Tempat tidur bergerak saat Jongin berdiri. “Mimpi indah, Soojung.”

continue

panjang, panjang banget atau kurang panjang? :’v
entah, asha suka jongin disini wkwk.
sepertinya d-o postingnya daily deh,
tapi asha ga janji juga ya, hehe.

6 chapter lagi ntar di protect okay?
makanya ayo  komen, komen xD

follow instagram: voirkaistal
thank u♥

156 thoughts on “Doctors Order – Chapter 4

  1. Sasuke? ini sebelumnya Naruto ff?
    well, uh kayannya Taemin mengerikan juga ya.. baru pertama ketemu tapi ga pake sembunyi2 ngeliatin terus soojung kaya gitu

    Like

  2. Cepet juga updatenya. Perasaan baru baca part 3 tadi pagi.
    Well, ini lokasi di korea kan ya? Tapi mata uang digunakan yen ya. Agak kurang sinkron sih.
    Dan kayaknya si taemin bakal jadi batu ganjalan buat hubungan kaistal ya.
    Dan ditunggu update-nga
    Keep writing 😁😁😁

    Like

  3. Astaga aku baru baca ff ini dan sumpah ini chapter bikin guling-guling T____T
    Aku kira ending di chapter ini jongin bakal nginap seatap sama soojung HAHAHAHAH
    Keep writing bikos i’ll wait for next chapter huhu

    Like

  4. sebenernya masalah soojung sama dokter itu apa sih aku bingung??? trus koq kebanyakan ceritanya dari sudut pandang soojung semua ya??? jadi bingung sama detail sifat tokoh yang lain itu gimana??? jadinya sifat tokoh yang lain ngijut sama diskripsinya soojung

    Like

  5. hahahaha pas lagi nulis ini lagi nonton narutokah?? ada nama sasuke muncul tiba-tiba >< next chap selalu di tunggu, klo bisa sehari 2x ahhahahaha
    semangatt

    Like

    • di chap sebelum sebelumnya bukannya udh dijelasin ya?
      soojung itu baru putus sama sehun garagara sehun nidurin wanita bersuami(?), mereka pacaran 5 tahun, dan sehun itu dokter. jadi, soojung kayak gamau jatuh ke lubang yg sama ;lagi say, gitu ceritanya.
      btw,. mksh udh rnr ya

      Like

  6. sebenernya alasan terkuat soojung ga mau kencan sama dokter itu kenapa? punya masa lalu yag buruk ato emang cuma karena ga suka dokter gara” kesombongan nya??
    semoga jongin berusaha buat bisa naklukin soojung dan soojung nyerah sama pendirian nya.. hahhaha
    agak ngeri sama taemin disini.. kayanya taemin suka sma soojung dan pengen milikin soojung.. NO!! soojung harus sama jongin..
    ditunggu updatean selanjutnya.. jangan lama yah.. hehehe

    Like

    • di chap sebelum sebelumnya bukannya udh dijelasin ya?
      soojung itu baru putus sama sehun garagara sehun nidurin wanita bersuami(?), mereka pacaran 5 tahun, dan sehun itu dokter. jadi, soojung kayak gamau jatuh ke lubang yg sama ;lagi say, gitu ceritanya.
      btw,. mksh udh rnr ya

      Like

  7. hallo thor ‘-‘ aku reader baru di ff ini hehe kebetulan tadi baca yg chapter 3 nya terus lanjut ke chapter 4 jadi aku langsung coment ke sini aja. ga tau awal ff nya sih cuma pas di chapter seru bikin penasaran ceritanya uoohh :’v soojung sama jongin kenapa ga tidur seranjang aja/? huaaa greget gmn selanjutnya :’v btw next chapternya ya thor fighting thor (y)

    Like

  8. Bagusssss, di sini Jongin udah berusaha bersikap manis ke Soojung. Seharusnya Soojung jangan gengsi lagi T_T
    Surga banget ya buat Jongin bisa ngeliat dadanya Soojung 😂 Terus udah main cium kening segala lagi, aaaaah geregetaaaan.
    Udaaaah tembak aja tembak.
    Nextnya ditunggu secepatnya ya!💞

    Like

  9. Gak kepanjangen kok ka, malah lebih bagus gini drpd pendek.
    Uuww jongin udh mulai menggoda soojung yaa dan soojungnya suka d gituin sm jongin huhu~
    Naeun knp jd nakal gituu? Trs taemin juga keknya agak tergoda sm soojung yaa

    Like

  10. Eheheh panjang bgt~~ johaaa
    Dan chapter ini yaaa ngakak gitu wkwk bayangin bra soojung jamuran(?) /g
    Bau2nya jongin mulai demen sm soojung keliatan bgt uhuyy
    Penasaran sm taemin:( katanya tatapannya gitu bgr ewkwkwk
    Lanjut yaaaaa gaperlu panjang2 tp jangan lama2(?) wkwk
    Semangat yg nuliss <33

    Like

  11. Pingback: Doctors Order – Chapter 5 | KAISTALFFINDO

  12. iya ini panjang banget dek sha 🙂
    asli suka 😉
    gak sukanya itu si taemin huh. (yaampun padahal taemin itu biasku. mian oppa)

    suka banget interaksi kaistal disini 😀
    tinggal sama” jujur. jadi deh 😀
    semangat lanjutinnya dek sha 😉

    oh iya. kayaknya ada beberapa typo diatas 🙂

    Like

  13. iuh… soojung jga image bgt utk ttp kekeih dg prinsipny..
    tp klo trsiksa jgn dpaksakan dongg..

    jongin jga, sbnarny ska ayw gk sih dg soojung. klo iya buat soojung mg.ubah prinsipny utk tdk berkencan dg dokter

    yah.. dprotect. tp cara dpt pwny jgn susah ya. aplg klo lwat IG. ak gk punya.. so, klo bsa lwat sms atw BM

    next part dtunggu

    Like

  14. Itu jongin mabok jg? Berani bgt nyium2 kening soojung hhahahha
    Tapi aku sukaaaaa, jongin manis bgt disini, ngebayangin pas dia senyum ke soojung, ah bikin hati meleleh. Jadi mauuu -_-
    Dan aku ga nyangka di post nya cepet bgt sampe udh ada chapter 5 nya. Mau lanjut baca chapter 5 ya asha hhehe

    Like

  15. semoga next chap soojung udah berubah pikiran dan mereka punya hubungan lebih hehe
    sukaaa pas jongin nyium keningnya soojungggg xD
    nextnext hehe

    Like

  16. sehunnsih.. kan soojung jadi ragu ah sehun mah gitu :’v
    yeyy daily 😀
    semangat nulisnya kaa update soon biar ngga lupa alurnya XD

    Like

  17. YAYAYYA ITU APAAN COBA AJHHH KEREN BANGET FFNYA BIKIN SER SERAN SENDIRI SAMPE MATA AKU AJA GK NGEDIP.BACANYA ASLI KERENNNNN BANGEEET!!!!

    Like

  18. Pingback: Doctors Order – Chapter 6 | KAISTALFFINDO

  19. oh my god…..
    apa apaan soojung buka bajuu.. braa kumal… oh astagaaa…
    dannn kecupah hangat kim jongin huhuuu
    sukaa sukaaa
    btw, kalo boleh sedikit saran, rapikan lagi sudut pandangnya ya, kadang saat author pov masih ada juga yang aku aku hehe..

    Like

  20. Rated m! Hahaha mereka gak sadar take care each other yaah kyk yang tiba2 jongin cium kening soojung tp soojung gak ada reaksi yg aneh wkwkwk taemin bakal jd saingan jongin nih jadinya??

    Like

  21. wah ternyata udh update *telat
    kenapa ya hub mereka di cerita ini tuh kaya naik turun gitu,kaya yg kadang saling cuek tp sebenrnya saling pengen (?) haha
    soojung kaya yg gamau sama dokter tapi kaya yg nafsu juga sama kai..haha
    bagus deh ceritanya,aku suka 😉

    Like

  22. Chapternya panjang, suka suka suka 🙂
    Entah kenapa punya firasat buruk sama taemin.
    Dan aku enggak bisa bayangin tentang soojung & bra-nya. Hahahahaha
    Dan scene waktu jongin kasih kecupan kening ke soojung itu manis banget 🙂 jadi pengen dikecup juga sama jongin. Hahaha

    Like

  23. wuhuuu, udah mulai buka bukaan yawlaaah gakukuuu.
    iya sha aku juga suka bingbing sama jonginnya disiniii maygawdhhhh. aduhhh aku bisa bgt bayangin gimana dada kai =_=
    ok okeeee cuss baca chapter 5 ><

    ASHAAA INI GA PANJANG KOK, KURANG MALAH KALO KATA AKU NGAHAHA

    Like

  24. Pingback: Doctor’s Order – Prolog | KAISTALFFINDO

  25. Haiii… outhor nim.. aku sebenernya udah baca pas prolog dan chapter 1 nya pas pertama di post.. tpi aku sempet sibuk bnget dan bru sempet baca lgi.. dan ternyata udah di post sampe chapter 8 . Dri awal aku tw klo ff nya kece. Maafin aku karena baru koment aku bakal koment terus walaupun sebenernya aku sedikit telat utk koment maafin aku ya..

    Like

  26. Pingback: Doctors Order – Chapter 8 | KAISTALFFINDO

  27. Pingback: Doctors Order – Chapter 9 | KAISTALFFINDO

  28. Aku gabisa bayangin Soojung dan bra nya haha.
    Terus aku kira Jongin gabakal pulang dan tidur disitu juga wkwk. Ternyata ngga, yasudalah dikecup keningnya juga udah cukup. Manis bangettt.
    Btw ada typo sasuke disini. Jadi kangen sasuke (?) XD

    Like

  29. Hahaha lucu bngt soojung 😆😆 segitunya banget pengen tidur bareng jongin wkwkwk
    Si taemin malah ngga konsen ngeliat soojung buka baju hahahha

    Like

  30. A-apa? Di cium kening *eaaak eaaak eaaak hahahaha…
    Tapi aku penasaran kenapa soojung gamau pacaran ma dokter. Karna pemikiran soojung soal dokter itukah? *eh
    Makin keren huhuuu.. cinta segitiga nih keknya. Taemin.Soojung.Jongin. serru ><

    Like

  31. makin suka sma pasangan ini, tpi kok krystal gak mau pacaran, jadi kapan dong mereka jadiannya?
    trus apa-apaan tu krystal buka baju didepan kai hehehe^^
    semakin kebelakang semakin seru aja ceritanya

    Like

  32. Sumpah ini keren bgt,aq smpe senyum n ketawa sendiri.soojung jual mahal tp jongin tetep godain..sukaaaa deg sumpah geli bacanya..nagih..
    Kasian soojung pgn nya bobo ma jongin tapi jongin malah pulang hahaha..dasar!

    Next part yah..suka tata bahasanya..

    Like

  33. Maksudnya taemin apa nambahin alcohol yang banyak di minuman krystal? Pasti ada niat yang engga engga. Jongin dateng tiba tiba, krystal seneng banget ya orang yang di tunggu akhirnya dateng juga. Bisa ngebayangin gimana malunya krys pas ga pake baju, sementara di sekililing ada cowo. Fav bgt sama adegan terakhir yang sweet bangeet😍😍

    Like

  34. paling suka waktu bagian Krystal duduk diantara Taemin sama Kai (Haaha lucu aja ngebayangin nya)
    taemin ternyata agak mengerikan yaa orang nya…wkwk
    dan Kaiiii omg Sweet sekaliiiiii ,,suka banget deh karakternya
    #SemangatBacaaa

    Like

  35. Kenapa soojung ga narik baju jongin terus ngomong aku ga bisa tidur, temani aku HAHAH *itu sii mau lo rin*
    Makin seruuuuu kak.. udah pas kok ga panjang da ga pendeHEHE
    Ini taemin ceritanya jadi org ketiga antara soojung ma jongin? Pasti makin seru
    Keep writing kak ayaaa:**

    Like

  36. Issss aku baper banget bacanya. Mereka nih ya, abis berantem pasti selalu baik2 kayak gitu lagi. Jangankan pas baca, aku mungkin kalo jadi Soojung juga bakal baper sendiri sama Jongin nya 😦
    btw ini aku langsung ngebut baca chap 4-8 jadi jgn heran kalo komennya dalam kurun waktu yg cepat hehehe soalnya

    Like

  37. Pingback: Doctors Order – Chapter 10 | KAISTALFFINDO

  38. Pingback: Doctors Order – Chapter 11 | KAISTALFFINDO

  39. Astaga aku baru tau ada permainan monopoli kayak gitu hahaha. Soojung sama jongin emang seksi gimana dong haha /istighfar/
    Dan itu so sweet banget diakhir:) jongin kissed soojung on her forhead:)
    Makasih udah nge remake. Keep writing:)

    Like

  40. Gangerti lagi kenapa setiap baca ff castnya kaistal tuh dapet feelnya hahahaha ffnya kereeeennn salah satu alternatif buat baperin kaistal yg moment interaksinya jarang hehehehe :v

    Like

  41. Mantep mantep mantepp. Oh jadi voirkaistal yang nulis love me again di aff tuh ini? Ahaha XD aku doublechoi36 yg pernah komenn di aff hehe #pentingbgt oke secara keseluruhan aku suka bgt chapter ini aaaa apalagi endingnya aduuu mantep pisan euyyyy sorry baru bisa komen di chapter ini soalnya error trus akunnya huhu:(

    Like

  42. Karakter chanyeol berasa bgt ngeselinnya disini ya haha

    Dapet bgt feelnya. Taemin tertarik sama krystal? Tapi terlalu biasa kalau jadi cinta segitiga-_-

    Like

  43. Nggak kepanjangan kok, klo kyak gini jga lebih bagus kalo mau nambah jga nggak apapaa.
    Tuh kan kambuh deh penyakitnya si kkamjong ini, kayak.y kai haru berterima kasih deh sama chanyeol :3 gara” chanyeol ini kai nya kambuh. Taemin please deh nggak usah ganggu kaistalnya udah bagus kek gitu kok, nggak usah jadi org ketiga deh.
    Cieeeh so sweet banget deh.
    Kyak.y semua castnya pervert deh …. Mian thor. Tpi seru banget kok.
    Okeh komentar akuh kepanjangan. So say goodbye for this chapter, and let’s read the fifth chapter. Mian min kepanjangan.

    Like

  44. Wowww ada peningkatan sekali kaistal untuk ke arah pendekatannya sukaaa sweet bgt ya mereka emesssh😍😍😍.btw naeun sm myungsoo pacaran ya?wah takut liat taemin natep soojungnya gitu hahah.

    Like

  45. Pingback: Doctors Order – Chapter 15 | KAISTALFFINDO

  46. Anjay…
    Chanyeol topless -__-”
    Jongin topless -___-”
    Soojung nyaris topless *nosebleed*
    Ahahahaha
    Mian fokusnya malah kesitu. /hohoho/
    Itu sumpah dugeun dugeun momen banget.
    Seru deh pokoknya nongkrong bareng temen kerja di chapter ini!!
    Taemin muncul disini, dan modus banget. Tapi gagal.
    Pesona Jongin emang nggak terkalahkan.
    Soojung udah suka kai duluan. Muehehehe.
    Itu moment sebelum bobonya so sweet bangett..
    Di tunggu moment kek gini lagi ♥_♥
    Lanjutt..

    Like

  47. Whats? sojung pake buka baju segala di dpn orng bnyak.. Coba jongin ngelarang dan gak biarin gtu, keesannya kan jongin terlihat gentle man. sayang n melindungi cew yg dia suka ,, hhhhhh tp tetep masih penasaran kk sm chapt selanjutnya hihi 😁

    Like

  48. seru banget sih dokter tp pas diluar ya gt they know how to have fun. chanyeol evil bgt sih tp gpp. soojung berani jg ya. btw itu taemin dia naksir soojung apa gmn?

    Like

  49. wkwkw sojung pikirannya mesum ae ye.. dr awal chapter, inamjinasi ttg jongin liar terus kkk~ sexy bgt kasital bertelanjang dada 22nya 😍

    lanjut ah sha bacanya mskipun aku telat bgt heheh

    Like

  50. Stop bersifat munafik krys 😆 jongin emg tampan dan eeerrrr seksi 😂😂😂 gue pun terpesona 😂😂😂 udahh bobok bareng aja 😂😂😂

    Like

  51. Stop bersifat munafik krys 😆 jongin emg tampan dan eeerrrr seksi 😂😂😂 gue pun terpesona 😂😂😂 udahh bobok bareng aja 😂😂😂 sama2 haus anu kayaknya 😁😁😁

    Like

Arcadian's Say