Doctors Order – Chapter 11

doctors order

D O C T O R S   O R D E R
[ Chapter 11 – The Wench is on the Loose ]

Kaistal fanfiction with au and romance genres.

original fanfiction: MyBlueSky
translator and first remaker: phonco and shannaro
second remaker: ayashaap

Prolog1 23456 7 – 8 – 9 – 10

.

.

.

Soojung sedang berjalan di sudut minimaket saat trolinya bertabrakan dengan troli seseorang. Suara denting logam bergema dan kotak serealnya ikut bergetar, saat Soojung melihat ke depan, ia melihat dr. Song sedang memegangi troli dengan sebelah tangannya, tubuhnya yang ramping dan beralaskan sepatu hak tinggi sedang memilih sereal bebas gula. Ponsel terjepit di antara dagu dan bahunya.

“Sial,” serunya saat matanya terbelalak melihat Soojung. “Dengar, aku harus pergi. Aku akan meneleponmu lagi nanti.” Ia mengakhiri panggilan dan meletakan ponsel ke dalam tasnya, dan tiba-tiba semua perhatiannya terfokus padanya. Soojung tidak punya waktu untuk kabur. “Wah, wah, wah, bukankah ini anak didiknya Chanyeol,” ucapnya perlahan.

Tubuh Soojung seperti disiram air dingin, dan Soojung mencoba untuk mengingatkan dirinya sendiri kalau ia senang dengan Chanyeol, dan seharusnya kata-kata itu tidak terdengar seperti sebuah penghinaan. Tapi, yang benar saja.. anak didik Chanyeol? Dia memang mentor Soojung selama dua minggu, dan dia lebih sering absen dari pada mementorinya.

Tapi, ada kemungkinan banyak lemari petugas kebersihan yang membutuhkan jasanya. Ahem.

Oh, Tuhan, aku hampir tidak bisa melihat mata dr. Song sekarang.

“Aku kira itu tergantung dengan siapa yang kau tanya,” ucap Soojung manis. Untungnya, Soojung hanya beberapa kali melihatnya setelah kejadian memalukan itu, dan mereka belum pernah lagi berbicara setelahnya. Tapi, sekarang ceritanya berbeda; ia sengaja berdiri di tengah jalan, menghalanginya.

Dr. Song menatapnya. Tatapannya penuh perhitungan.

Soojung membuka mulut untuk kembali bicara, tapi ia menyela Soojung. “Temani aku, Soojung. Aku ingin berbicara denganmu sebentar.”

Soojung menelan ludah, dan mendorong trolinya agar mereka bisa berjalan beriringan. Ia diam setidaknya selama setengah menit. Soojung tidak tahu apa yang harus dirinya katakan. Soojung terlalu malu dengan kejadian sebelumnya, dan setiap topik pembicaraan yang terpikir olehnya terdengar bodoh.

Akhirnya, tanpa memperlambat langkah, ia mulai bicara, “Aku ingin tahu apa saja yang sudah Chanyeol ceritakan padamu tentangku.”

Soojung bingung dan sedikit waspada.

“Tidak ada,” jawab Soojung jujur. “Dia belum mengatakan apa-apa.”

Ia berhenti berjalan dan menatapnya. “Benarkah?”

“Ya..”

“Hah.” Ia kembali berjalan dan kelihatannya ia sedang berpikir keras.

Soojung rasa karena dialah yang mengarahkan pembicaraan ini, jadi tidak ada salahnya kalau Soojung sedikit menggali informasi lebih dalam. Chanyeol masih bermain rahasia-rahasiaan, dan ia masih belum berhasil membuatnya mengeluarkan sepatah kata pun. “Kenapa?” tany Soojung sambil mengikuti tempo langkahnya.

“Tidak kenapa-kenapa,” jawabnya. “Hanya penasaran.” Ia melirik Soojung. “Aku minta maaf dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Itu benar-benar tidak sopan. Aku tidak ingin kau berpikiran yang aneh-aneh tentangku karena.. itu.”

“Jangan khawatir,” Soojung berbohong sambil mengangkat bahu saat mendengar permintaan maafnya. Pada kenyataannya, ingatan itu masih segar di otaknya. “Aku yakin semua orang sudah melakukan urusannya di lemari petugas kebersihan, setidaknya sekali atau dua kali. Eh, tapi aku belum pernah, maksudku.. orang lain.”

Ia mendengus. “Hanya tinggal waktu saja, Soojung. Aku sudah melihatmu saat kau berada di dekat Jongin. Kau tidak bisa melepaskan matamu darinya.”

Sial, benarkah? Soojung tidak mengatakan apa-apa lagi. Soojung akan mendorong dirinya sendiri jatuh ke dalam jurang kalau mengatakan sesuatu.

“Aku menyukaimu,” lanjutnya.

“Benarkah?” tanya Soojung kaget.

“Ya. Jongin sepertinya menyukaimu. Dan aku percaya penilaiannya.”

“Oh, oke. Dalam hal ini, aku juga menyukaimu,” ucap Soojung.

“Bagus kalau begitu.”

“Oke.”

“Apa kau akan ikut pertandingan bisbol Sabtu depan?” tanyanya, dan tiba-tiba mereka sudah seperti teman lama yang sedang membicarakan hal biasa, bukan dokter dan perawat yang menyaksikan kejadian memalukan di dalam lemari.

Pertandingan bisbol adalah acara tahunan rumah sakit yang bertujuan agar semua staf dapat berkumpul dan bersenang-senang. Ini adalah pertandingan dokter lawan perawat, dan ada banyak makanan dan minuman yang tersedia. Selebaran sudah dipasang di seluruh rumah sakit sejak beberapa minggu terakhir.

“Ya, sepertinya begitu,” jawab Soojung. Jongin, Chanyeol dan Naeun mengatakan mereka akan ikut, jadi ia harus membuat keputusan dengan cepat. “Bagaimana denganmu?”

“Oh, ya. Aku akan ikut, pertandingannya menyenangkan.”

“Ya,” Soojung setuju. “Aku dengar tim perawat belum pernah memenangkan pertandingan selama bertahun-tahun.”

“Ada terlalu banyak dokter pria berhadapan dengan terlalu banyak perawat wanita, jadi kau tahu sendiri bagaimana hasilnya. Tapi, jangan bilang pada Chanyeol aku mengatakan ini. Dia selalu merajuk setiap tahun,” ucapnya sambil memutar mata.

Merasa keberaniannya muncul karena percakapan mereka, akhirnya Soojung menyuarakan pertanyaan yang sudah mengganggu pikirannya selama berminggu-minggu. “Jadi, apa sebenarnya yang terjadi antara kau dan Chanyeol?” tanya Soojung sambil melihatnya hati-hati.

Ia tiba-tiba terlihat ragu. Ia memperlambat langkahnya dan bersandar pada pegangan troli. “Apa maksudmu?”

“Chanyeol tidak mau mengatakan apa-apa tentangmu padaku. Pada awalnya, aku merasa hubungan kalian sedikit tidak baik, dan kemudian, kau tahu, kan, apa yang terjadi…”

Soojung sedikit mengagumi dr. Song—meskipun gelisah, ia masih terlihat keren. “Kau sebaiknya menanyakan itu pada Chanyeol, Soojung,” ucapnya dengan tenang. Postur tubuhnya kaku. “Aku tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam pikirannya. Aku sudah berusaha mencari tahu selama berbulan-bulan.”

.

.

.

Ia dan Jongin hampir tidak pernah bertemu selama seminggu. Ia libur beberapa hari, dan Soojung selalu bekerja saat ia libur. Soojung bahkan lembur, tapi tidak apa-apa, karena dirinya baru saja diperas lebih dari lima ribu yen karena membeli Monarch sialan itu pekan lalu. Tapi, Soojung tidak mengeluh. Monarch-nya memuaskannya.

Soojung berbicara dengan Jongin di telepon pada Jumat sore dan ia meyakinkannya kalau ia akan ikut pertandingan bisbol. Soojung sedikit menggodanya, ia bilang padanya saat sekolah dulu dirinya sudah bermain bisbol dan tim perawat akan menendang bokong tim dokter sekarang karena mereka memilikinya. Tapi, sebagian yang Soojung ucapkan hanyalah kebohongan belaka, meskipun dirinya memang bermain bisbol selama dua tahun di SMA, tapi kenyataannya Soojung benar-benar payah. Tapi, dia tidak tahu ini, dan menggodanya membuatnya senang.

Rasanya menakjubkan sekali karena betapa mudah berbicara dengan Jongin. Menjelang hubungannya dan Sehun berakhir, mereka hanya mengobrol sedikit. Biasanya, saat mereka akan tidur.

Chanyeol, Naeun dan Soojung meminta cuti di hari Sabtu agar mereka bisa mengikuti pertandingan. Sayangnya, Soojung tidak bisa menemukan sarung tangan lamanya, tapi Chanyeol punya sarung tangan cadangan dan ia mau meminjamkannya padanya. Setelah berbicara sebentar, mereka memutuskan untuk berangkat bersama-sama dari rumahnya. Soojung mengenakan celana capris dan kaus lengan panjang, karena di luar udara masih terasa dingin, dan ia mengikat rambutnya setelah memasang sepatu kets.

Soojung tidak bisa berbohong; ia senang karena akan melihat Jongin lagi. Berbicara dengannya menyenangkan, tapi itu tidak pernah cukup.  Soojung sangat merindukannya.

Soojung juga tidak akan berbohong dan bilang kalau dia bukanlah faktor utamanya untuk ikut pertandingan.

Mereka naik ke mobil jip Chanyeol dan berangkat; semakin dekat jarak yang mereka tempuh Soojung semakin gelisah, dan Chanyeol sepertinya bisa merasakan kegembiraannya.

“Kenapa tubuhmu berkedut-kedut?” tanyanya pada Soojung dari kursi pengemudi. Ia menaikan alisnya penasaran.

“Aku tidak berkedut.”

“Sepertinya sebentar lagi kau akan kejang-kejang,” ucapnya.

Soojung memutar mata dan menjawab, “Di luar dingin dan jendela jip-mu hanya dilapisi plastik.” Soojung harap ia memercayai alasannya.

“Kenapa kau tidak bilang dari tadi?” omelnya, dan ia segera menyalakan pemanas mobil dan mengarahkannya pada Soojung.

Benar-benar pria yang baik hati.

Lapangan bisbol sudah ramai saat mereka sampai di sana. Beberapa dokter lain yang ia kenal bahkan sudah mulai memanggang sosis. Keripik kentang dan minuman terletak di atas meja panjang. Sudah ada perawat dan dokter berkerumun di sisi lapangan masing-masing, tapi pertandingan belum dimulai. Beberapa orang melemparkan bola dan mengayunkan tongkat bisbol untuk pemanasan. Soojung melihat-lihat sekeliling, ia tidak melihat Jongin di mana pun.

Chanyeol berharap mereka menyediakan bir dan kemudian ia menghilang untuk mengambil minuman. Soojung melihat Naeun di sisi lapangan perawat dan berjalan mendekat, ia juga melihat Taemin duduk di bangku panjang. Sudah lebih dari seminggu Soojung belum melihatnya, tapi ia selalu menghentikannya di lorong setiap kali dirinya dan Taemin berpapasan. Memperbolehkannya untuk melihatnya bertelanjang dada adalah sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya; matanya selalu berkedip-kedip melihat dadanya, dan Soojung lebih memilih untuk membakar otaknya daripada harus mengetahui apa yang ia pikirkan.

Soojung memperlambat langkahnya sembari bertanya-tanya apa sebaiknya ia mengambil minuman dulu atau tidak, tapi Naeun melihatnya dan mulai melambaikan tangannya. Tentu saja, ini menarik perhatian Taemin, dan matanya menyala sebelum ia berjalan menuju sisi lapangan untuk menemuinya dan juga Naeun.

“Soojung! Bagus, akhirnya kau datang. Di mana Chanyeol? Dia datang, kan? Kita butuh semua laki-laki untuk memperkuat tim kita.” Naeun melihat sekeliling dengan cemas.

“Ya, dia pergi mengambil minuman,” jawab Soojung sambil berusaha mengabaikan Taemin. Ia sudah berdiri dengan sabar di sampingnya, menunggu giliran untuk berbicara.

“Oh, bagus kalau begitu. Aku akan pergi menemuinya. Aku akan segera kembali,” ucap Naeun dan ia dengan tergesa-gesa berjalan pergi, meninggalkannya sendiri dengan Taemin.

Benar-benar teman yang baik— pikir Soojung sinis. Soojung rasa Taemin tidak mengganggu orang lain sebanyak ia mengganggunya. Setidaknya Soojun g cukup yakin ia tidak memelototi dada Naeun setiap lima detik sekali saat ia berbicara tentang cuaca.

“Apa kabar?” tanyanya. “Aku hampir tidak mengenalimu saat kau mengenakan pakaian biasa. Kau terlihat cantik.” Ia tersenyum dan menilainya, matanya berkedip-kedip—kemana lagi?—ke dadanya.

Soojung menyilangkan tangan di depan dada. “Aku baik-baik saja.”

“Kau pernah ikut pertandingan bisbol sebelumnya?” tanyanya sambil menunjuk ke lapangan.

“Belum. Aku hanya bermain bisbol waktu SMA,” ucap Soojung sopan sambil kembali mencari-cari Jongin. Soojung melihat kilatan rambut gelap di sisi lapangan dokter dan hatinya melompat kegirangan.

“Benarkah?” tanya Taemin, bersemangat. “Berarti kau bisa bermain cukup baik kalau begitu?” Soojung hanya setengah-setengah mendengarkannya, matanya tetap terpaku pada Jongin, ia bertanya-tanya dalam hati bagaimana caranya dirinya bisa menyelinap kabur untuk pergi berbicara dengan Jongin.

“Aku biasa saja,” ucap Soojung bingung. “Permisi sebentar, Taemin.” Soojung menyelinap melewatinya dan dengan cepat berjalan ke sisi lapangan dokter, Jongin sedang berbicara dengan seorang dokter lain sambil tersenyum. Soojung yakin ia masih belum melihatnya.

Soojung sudah setengah jalan menuju ke sana saat seseorang berdiri menghalangi jalannya. Tapi, orang itu tidak berpindah tempat. Soojung  mulai berjalan mengitarinya dan melihat orang itu adalah wanita berambut hitam gelap, dan Soojung membeku seketika.

Dr. Jian berdiri di sana dengan tangan di pinggulnya, ia tersenyum simpul saat mengintip ke arahnya. Ia mengenakan celana trendi dan kemeja ketatnya memeluk dadanya yang besar. Bagaimana caranya ia bisa mengoperasi pasien dengan dada sebesar itu, Soojungtidak akan pernah tahu.

“Kau Soojung, kan?” tanyanya, senyumnya tidak pernah hilang. Soojung mempersiapkan mentalnya untuk percakapan ini sebelum memasang senyum palsu.

“Ya. Dr. Jian, kan?”

“Oh, panggil aku Sia,” ucapnya sambil melambaikan tangannya dengan acuh. “Hanya pasien yang memanggilku dr. Jian.”

“Oke.”

“Kau keberatan kalau kita bicara sebentar?” tanyanya.

Soojung melirik Jongin, ia masih sibuk berbicara dengan dokter lain. Dia seharusnya bisa merasakan kepanikannya dan datang bergegas menyelamatkan dirinya seperti ksatria berkuda putih.

Dr. Jian mengikuti arah penglihatannya dan ia menaikan alisnya. Ia masih memasang senyuman yang sama, dan Soojung berdeham sebelum menyeret kakinya di rumput dan mengangguk.

“Ya, tidak apa-apa,” Soojung dengan enggan setuju.

Ia membawa Soojung ke belakang bangku penonton, ke tempat yang lebih sepi, tapi untungnya, tempat ini masih terbuka dan terang, dan masih bisa dilihat jelas oleh orang lain yang berada di sekitar. Soojung merasa sedikit lebih tenang karena ia tidak bisa mencongkel matanya dan pergi berlalu begitu saja tanpa saksi.

Ia menyilangkan lengannya di depan dada dan berbalik menatapnya. Soojung mengikuti gesturnya, menolak untuk membiarkannya mengintimidasi dirinya.

“Jadi.. kau dan Jongin?” tanyanya.

Hanya mendengarnya menyebut nama Jongin membuat Soojung panas.

“Ada apa denganku dan Jongin?” tanya Soojung balik. Ia  menjaga agar suaranya tetap terdengar menyenangkan. Kalau ini berakhir dengan argumen, Soojung tidak ingin menjadi penyebab utamanya.

“Itu yang ingin kuketahui,” ucapnya, nada suaranya mengikuti nada suaranya. “Apa kalian berdua serius?”

Tidak . Mereka tidak serius, dan ini salah Soojung sendiri. Ia  harap dirinya punya alasan untuk menyuruhnya menjaga jarak dari Jongin.

Soojung menginginkan Jongin. Dirinya tidak menginginkan orang lain. Ia  menginginkannya dan Soojung tidak ingin orang lain untuk memilikinya.

Apa yang kulakukan?

“Aku tidak mengerti kenapa ini semua menjadi urusanmu,” ucap Soojung terus terang. Basa-basi sudah berakhir. Postur dr. Jian menegang saat ia bersandar ke arahnya, dan Soojung secara otomatis bersandar ke arahnya.

Tapi, wanita ini lebih baik dari yang dirinya pikirkan. “Jongin itu urusanku, Soojung,” ucapnya meyakinkannya. “Aku tidak tahu apa yang dia katakan tentangku padamu, tapi aku masih peduli padanya. Aku hanya ingin dia bahagia. Dan kalau memang kau adalah orang yang bisa membuatnya bahagia, itu tidak masalah. Aku bisa menerimanya. Tapi.. aku mulai bertanya-tanya apa kau memang orangnya.”

Soojung menyilangkan tangannya dan membela diri. “Kenapa?”

“Kau sangat naif, Soojung. Apa kau melihat Jongin? Apa kau mendengar apa yang dikatakan orang-orang tentangnya di rumah sakit? Aku tidak bisa memikirkan seorang gadis pun menolak kesempatan untuk bisa bersamanya.” Aku tidak bodoh. Aku tahu ia memasukan dirinya sendiri dalam kategori ini. “Dan dia menyukaimu,” lanjutnya, “Tapi, yang kau lakukan hanyalah mendorongnya menjauh.”

Apa Jongin berbicara tentangku padanya? Pikiran ini membuat Soojung resah.

“Aku tidak mendorongnya menjauh,” ucap Soojung. “Kami berteman. Kami berbicara sepanjang waktu.” Argumennya terdengar lemah, bahkan untuk dirinya sendiri.

“Baiklah kalau memang kau bilang begitu,” jawabnya, membiarkan kalimatnya menggantung. Ia mempelajari dirinya. Mengamati dirinya. Dan Soojung tidak suka ini.

“Apa ini yang ingin kau bicarakan?”

Ia mengangkat bahu. “Aku hanya ingin bertemu denganmu. Aku ingin melihat apa yang diributkan orang-orang.” Melihat caranya berbicara, Soojung yakin tidak ada keributan sama sekali. Tapi, mungkin saja dia benar. Dirinya memang tidak punya rasa percaya diri, terutama saat ini.

“Baiklah.”

“Ngomong-ngomong, permainan akan segera dimulai,” lanjutnya. “Senang bertemu denganmu. Aku yakin kita akan sering bertemu. Oh, dan aku akan menyampaikan salammu pada Jongin.” Ia mengedipkan sebelah matanya pada Soojung sambil tersenyum lebar. Soojung ingin meninju wajahnya. Ia tidak tahu dari mana asal kemarahan mendadak ini, tapi, karena Soojung tahu ia pernah tidur dengan Jongin, bermalam dengannya, dan sekarang akan memamerkan dada besarnya di wajah Jongin hanya membuatnya semakin kesal.

Soojung melihat ke bawah, ke dadanya sendiri, saat ia berjalan pergi. Dadanya cukup bagus, tapi ukurannya rata-rata. Kenapa kalian berdua tidak bisa tumbuh lebih besar? —pikir Soojung sambil cemberut.

Soojung mengikutinya ke sisi lapangan dokter agar bisa berbicara langsung dengan Jongin, tapi di tengah perjalanan menuju ke sana, Naeun menarik lengannya, menyeretnya ke arah berlawanan. “Ayo, Soojung. Pertandingan akan dimulai. Taemin bilang kau bermain bisbol waktu SMA, jadi kami anggap kau bisa bermain dengan baik. Kau akan menjadi orang kedua untuk memukul bola.. dengan cara itu, mudah-mudahan kau bisa berhenti di base satu dan kemudian Chanyeol akan memukul bola setelahmu dan membawamu kembali.”

Oh, Tuhan, tim perawat pasti sudah sangat putus asa.

Setelah mereka berada di bangku istirahat pemain, di sisi lapangan perawat, Soojung melihat ke arah Jongin. Dan ia terkejut saat Jongin sudah menatapnya, saat pandangan mata mereka bertemu, ia melambaikan tangannya. Tapi, wanita berambut hitam gelap tadi duduk di sebelahnya, dan ini tidak luput dari perhatiannya, bahu mereka bersentuhan.

Untuk menyembunyikan kecemburuannya, Soojung balik melambaikan tangan dan mengambil tempat di sebelah Naeun.

Soojung tidak bisa mengklaimnya. Pengklaimannya belum dapat dipertaruhkan. Dan wanita itu masih ia anggap jahat.

Kecemasannya semakin memuncak, dan tiba-tiba rasanya ia ingin muntah.

“Kau baik-baik saja?” tanya Naeun cemas. “Kau bermain bisbol waktu SMA, kan?”

Naeun berpikir kekhawatirannya disebabkan karena pertandingan bisbol konyol ini. Kalau saja pikirannya sesederhana itu sekarang, dan tidak diisi dengan skenario pembunuhan.

Soojung menyenggol bahunya sambil berkata, “Ya, ya. Aku baik-baik saja.”

“Bagus. Karena sekarang tidak ada waktu untuk gugup. Kita harus percaya diri dan penuh perhitungan. Tidak ada ruang untuk kesalahan.”

Benar sekali .

Tim perawat mendapat kesempatan memukul pertama. Jongin menjaga base pertama, dan mata Soojung tetap terpaku padanya sepanjang waktu. Sebentar lagi dirinya akan maju, ia mulai cemas karena akan memukul bola di depannya. Soojung ingin terlihat baik, untuk—apa Soojung berani mengatakannya?—membuatnya terkesan, tapi, ia sudah bertahun-tahun tidak bermain bisbol, dan Soojung juga tidak pernah ahli bermain bisbol.

Perawat pertama keluar. Tidak mengejutkan lagi, karena ia bahkan tidak memegang tongkat pemukul dengan benar. Ia mengangkat bahunya saat berjalan kembali ke ruang istirahat pemain, dan menyerahkan tongkat pemukul padanya sambil mengucapkan semoga berhasil. Ini gilirannya, dan Soojung gugup setengah mati. Soojung harap ia punya bakat untuk memukul bola sampai ke luar lapangan. Atau lebih baik lagi, memukulnya tepat ke wajah dr. Jian dan membuatnya pingsan. Ia sepertinya bukan ancaman saat tidak sadarkan diri.

Soojung ingin berbicara dengan Jongin. Soojung ingin melihatnya, berbicara dengannya, menyentuhnya. Ia ingin mengatakan padanya kalau wanita cantik berambut hitam gelap itu tidak boleh menyentuh apapun miliknya, karena.. Soojung ingin Jongin menjadi miliknya. Memikirkan dr. Jian pernah tidur dengannya saja sudah membuat nurani Soojung memberontak.

Soojung ingin komitmen. Ia ingin ada suatu keterikatan. Ia ingin Jongin berjanji kalau ia tidak akan pernah tidur lagi dengan orang lain. Atau mencium orang lain.

Seperti bendungan rusak, perasaan ini menghantamnya sekaligus. Dan sialnya, Soojung menginginkan semuanya.

Soojung berdiri di base dan mengangkat tongkat pemukul sampai ke bahunya. Chanyeol sudah berteriak-teriak menyemangati dari belakang. Dr. Song berada di sisi kanan lapangan, dan sekarang setelah ia pikir-pikir, Soojung belum pernah melihat mereka berdua berbicara sama sekali. Tapi, itu bukan masalah besar, Soojung juga jarang mendapat kesempatan untuk berbicara dengan Jongin.

Taemin juga menyemangatinya dari belakang. “Pukul sampai ke luar lapangan, Soojung!”

“Whoo, Jungie! Berikan aku home run!”

Memalukan sekali. Mereka berdua hanya akan kecewa. Soojung mengabaikan mereka dan bersiap-siap memukul, setelah melirik Jongin sekali ia langsung mengabaikan tatapannya. Soojung harus berfokus kalau tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri. Pelempar bola adalah seorang dokter kurus bernama Hongbin. Ia bahkan mengenakan jersey bisbol sungguhan dan tatapannya benar-benar penuh perhitungan.

Soojung mengayunkan tongkat pemukul dan kehilangan kesempatan pertama. Chanyeol dan Taemin masih menyemangatinya, meneriakan kata-kata penghibur. Lemparan kedua terlalu tinggi dan Soojung tidak mengayunkan tongkatnya sama sekali. Lemparan ketiga tepat di tengah-tengah, dan ia  mengayunkan tongkat pemukul dan mengenai bola.

Suara teriakan Chanyeol memekakkan telinga. Soojung rasa orang lain juga terkejut saat ia berhasil memukul bola. Soojung melemparkan tongkat pemukul dan berlari dengan kecepatan penuh untuk sampai di base pertama. Bola pukulannya melewati dr. Hongbin dan kemudian menyentuh tanah, dan meluncur di sepanjang lapangan. Soojung tidak tahu apa yang terjadi. Ia terus berlari, dan berlari..

Kakinya menyentuh base, dan ia aman.

Seseorang melemparkan bola ke Jongin, tapi tidak tepat waktu. Soojung terengah-engah dan sangat bangga dengan dirinya sendiri. Para perawat bersorak-sorai seperti ini sebuah kemenangan besar.

Jongin melemparkan bola kembali ke dr. Hongbin dan berjalan mendekatinya, mempersempit jarak agar mereka bisa bicara. Soojung tidak dapat menahan senyumnya saat melihatnya mendekat.

Setiap kali Soojung melihat Jongin, ia seperti mendapat kebahagiaan. Ini pasti suatu pertanda, tapi sepertinya ia selalu mengabaikan ini. Karena Soojung benar-benar tolol. Dan sekarang wanita berdada besar itu berlarian mengintai mangsanya.

“Hei, kerja yang bagus,” ucapnya sambil sedikit menyenggol lengan Soojung.

“Sudah kubilang kalau aku ini memang mengagumkan,” balas Soojung sombong untuk menggodanya.

“Hm.. aku kira kau memang mengagumkan untuk standar perawat. Setidaknya kau bisa mencapai base ,” jawabnya tersenyum sambil memprovokasi.

Soojung melihatnya dan, ia takut tidak mendapatkan kesempatan lain selama pertandingan, memutuskan untuk mengajaknya berbicara setelah pertandingan. Tapi, sebelum Soojung sempat berbicara, Soojung mendengar suara pukulan keras dan sorak-sorai. Ia melihat bola melayang tinggi di atas kepalanya dan Chanyeol berlari ke arah Soojung dengan kecepatan cahaya.

Soojung berpikir cepat dan langsung berlari menuju base kedua, kemudian ia kembali mendengar suara ejekan dan sorak-sorai saat bola tertangkap di luar lapangan. Soojung segera balik berlari ke base pertama, tapi ia tidak cukup cepat. Jongin menangkap bola yang dilemparkan oleh dr. Song dan meletakan kakinya di atas base, ekspresinya menyesal karena ia membuatnya keluar dari permainan.

Soojung tidak mengharapkannya untuk membiarkannya menang, tapi sialan.

Soojungmenghela napas sebelum berjalan dengan susah payah ke tengah lapangan. Para dokter sudah mulai menyebar, tapi Soojung merasa Jongin menyentuh bahunya. Soojung berbalik dan melihat wajahnya penuh rasa bersalah.

“Hei, kau tidak marah padaku, kan?” tanyanya. “Aku tidak bisa membiarkanmu lewat begitu saja. Itu akan terlihat disengaja.”

Percakapan mereka terburu-buru, karena ia harus kembali ke ruang istirahat pemain di sisi lapangan dokter. Soojung memutar mata. “Tidak, tapi jangan harap aku melunak padamu ,” Soojung memperingatkannya, mengurangi ketakutannya. Ia tersenyum lega dan mulai berjalan mundur.

“Kita lihat saja nanti,” ucapnya sombong, kemudian ia berbalik dan berlari menjauh. Soojung tidak akan berbohong, aku memerhatikan bokongnya seperti orang mesum. Kenyataannya Soojung tidak lebih baik dari Taemin.

Dr. Jian langsung berbicara dengannya saat ia sampai di sana. Soojung mencoba untuk tidak menatap mereka. Ia mencoba untuk mengendalikan kepahitan yang menyebar di seluruh tubuhnya.

Para dokter bermain jauh lebih baik dari tim perawat. Orang pertama memukul bola sampai ke luar lapangan dan tiga orang perawat di luar sana menghabiskan banyak waktu untuk melemparkan bola kembali ke lapangan, dokter itu bahkan hampir home run. Chanyeol melempar bola, wajahnya penuh perhitungan. Saat dr. Song maju untuk memukul bola, ketegangan seksual yang berasal dari mereka menghantam seperti gelombang. Soojung cukup yakin orang lain juga bisa merasakannya, karena penonton tiba-tiba terdiam.

Chanyeol tidak menunjukkan belas kasihannya. Tapi, dr. Song berhasil memukul bola ke sebelah kiri lapangan, nyaris mengenai kepala mereka berdua. Melihatnya berbelanja kebutuhan sehari-hari menggunakan sepatu hak tinggi, ia tidak pernah menyangka ia juga bisa memukul bola. Para dokter mencetak tiga angka. Pada saat giliran mereka yang kembali memukul bola, skor sudah menunjukan lima : nol.

Yang terjadi pada saat pembagian tim adalah, ada sekitar lima belas dokter melawan empat puluh perawat. Soojung ragu akan kembali mendapatkan giliran memukul, tapi itu tidak masalah untuknya. Soojung terlalu sibuk memata-matai Jongin. Setiap kali jaraknya tidak terlalu dekat dengan dr. Jian, seperti saat mereka berada di lapangan, ia bisa bersantai dan menyemangati timnya. Sudah banyak perawat lain yang berkeliaran pergi mengambil makanan.

Chanyeol dan perawat laki-laki lainnya lebih sering memukul bola dari pada mereka semua. Ada dua orang di base saat Chanyeol kembali memukul bola, dan Soojung mengaitkan jari-jarinya sambil berdoa dan menyemangatinya sekuat tenaga. Chanyeol keluar, tapi setidaknya mereka berhasil mencetak angka.

Setiap kali Soojung tidak memata-matai, bersorak, atau cemburu, ia meluangkan waktu untuk menikmati ketampanan Jongin. Tidak ada yang istimewa dari pakaiannya—ia hanya memakai celana pendek dan kaus lengan panjang. Cuaca masih dingin, tapi sudah mulai sedikit memanas. Rambutnya sedikit berantakan, dan di sepatunya melekat rumput yang baru dipotong dan lumpur. Ya, semua sepatu mereka seperti itu, tapi sepatu para dokter lebih parah karena mereka semua mendapat lebih banyak kesempatan di lapangan.

Jongin memukul bola dan ia benar-benar melakukannya dengan cukup baik. Seseksi apa pun permainannya, Soojung masih berpura-pura marah karena kekalahan mereka. Soojung mendapat kesempatan memukul bola sekali lagi dan keluar di base pertama. Naeun berhasil memukul bola dan bisa berlari sampai ke base tiga, suatu prestasi yang ia banggakan, karena—ternyata—biasanya permainannya cukup mengerikan.

Taemin mencoba berbicara padanya saat mereka berada di tempat istirahat pemain, tapi Soojung lebih sering mengabaikannya. Saat pertandingan benar-benar berakhir, tim perawat kalah 12-3, dan tidak ada yang lebih cemberut dari Chanyeol. Ia duduk di bangku dan merajuk selama lima menit penuh, dan kemudian berdiri sambil mengatakan ingin makan.

Kerumunan telah menyebar, dan sekarang keadaan sedikit kacau karena semua orang bergegas untuk mengambil makanan dan minuman. Soojung mencari Jongin, tapi ia tidak bisa menemukannya. Ia juga tidak melihat dr. Jian. Naeun menarik lengannya dan mereka pergi mengambil hotdog; Soojung diam-diam merasa khawatir dan resah karena memikirkan sesuatu yang mungkin hanya terjadi di kepalanya saja.

“Siapa yang kau cari?” tanya Naeun akhirnya. Soojung sudah melihat-lihat sekeliling lapangan, berusaha untuk menemukannya.

“Jongin,” jawab Soojungsambil mendesah.

“Oh.” Ia mulai mencari-cari, membantunya menemukan Jongin”Mungkin dia sudah pulang,” ucapnya lagi.

“Ya, aku kira juga begitu.” Membayangkannya pulang tanpa mengucapkan sepatah katapun sedikit menyakiti perasaannya. Membayangkannya pergi bersama dr. Jian membuat tubuhnya terasa sakit.

Kalau Soojung bisa meninju wajahnya sendiri tanpa ada orang yang melihat, ia akan melakukannya sekarang.

Soojung melamun saat mengambil makanan. Nafsu makannya tiba-tiba hilang, tapi ia masih tetap menggigit hotdognya, ia bersyukur saat Chanyeol duduk di sampingnya dan bertanya apa dirinya sudah siap untuk pulang. Suasana hatinya masih jelek. Mereka berjalan menuju jip-nya dalam diam, dan Soojung melihat ke arah lapangan untuk terakhir kalinya, tapi Soojung kembali dikecewakan.

Soojung tahu seharusnya ia tidak perlu marah dengan apa yang terjadi, tapi, ia tidak bisa menahannya. Soojung paranoid dan mengisi otaknya sendiri dengan skenario yang tidak rasional yang melibatkan seorang wanita berambut hitam dan berpayudara besar. Soojung memperbodoh dirinya sendiri, karena sudah jelas hanya Jongin lah satu-satunya orang yang ia inginkan, dan ia ingin menjadi satu-satunya orang yang Jongin inginkan. Kesempatan yang tersedia untuknya banyak, tapi dr. Jian benar—dengan naifnya ia berpikir ia punya banyak waktu. Seolah-olah Jongin hanya berdiri diam menunggunya dan tidak memedulikan wanita lain yang melemparkan diri di kakinya.

Soojung yakin dr. Jian sekarang menyesal karena membiarkan Jongin pergi.

Soojung menelepon Jongin, tapi ia tidak menjawabnya. Perjalanan ke rumah Chanyeol dihabiskan dalam diam, suasana hati mereka berdua sedang jelek. Saat mereka sampai di halaman rumahnya, ia segera mematikan mesin mobil dan menatap Soojung.

“Aku mau minum,” ucapnya. “Kau boleh bergabung denganku.” Ia melangkah keluar dari jip dan membanting menutup pintu, tidak repot-repot menunggu jawabannya.

Soojung memikirkan ajakannya. Ia  tidak tahan membayangkan duduk sendirian di apartemennya saat sedang khawatir seperti ini. Bersama Chanyeol yang sedang bad mood sepertinya jauh lebih baik. Beberapa detik berlalu, Soojung kemudian keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumahnya.

Ia sudah berada di dapur saat dirinya masuk. “Kau mau rum atau wiski?” tanyanya.

“Bebas, asalkan tidak dicampur dengan Cola,” Soojung duduk di sofa dan mendesah keras. Ia masuk ke ruang tengah beberapa saat kemudian, minuman berada di kedua tangannya, dan ia memberikan segelas untuknya.

“Selamat menikmati,” ucapnya muram sebelum duduk di sampingnya. Ia mulai minum dalam diam. Soojung menyesap minumannya perlahan-lahan.

Soojung akhirnya undur diri ke kamar mandi. Saat ia kembali, Chanyeol masih duduk di tempat yang sama, wajahnya masih terlihat muram. Dan apa, tepatnya, yang membuatnya terganggu seperti ini? Kalah pertandingan bisbol bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.

“Ada apa denganmu?” tanya Soojung santai saat ia kembali duduk. Chanyeol menaikan alisnya menatapnya.

“Apa maksudmu?”

“Kenapa kau terlihat terganggu seperti ini?” jelas Soojung.

“Tidak ada apa-apa,” jawabnya.

Soojung mendengus dan semakin jengkel mendengar jawabannya. Ucapannya benar-benar tidak tahu batasan sekarang. “Dan apa sebenarnya yang terjadi denganmu dan dr. Song?”

“Tidak ada.”

“Ya, benar. Di menit pertama kalian berhubungan seks dan di menit berikutnya kalian seperti ingin saling membunuh di lapangan bisbol.” Soojung beralih menatapnya, tapi ia menatap lurus ke depan, tanpa emosi. “Ngomong-ngomong, aku belum lupa tentang hari itu. Hanya karena kau menolak untuk membicarakannya bukan berarti itu sudah terhapus dari otakku. Aku rasa bayangan itu sudah terpatri di kelopak mataku.”

Memarahi Chanyeol membuatnya merasa sedikit lebih baik. Setidaknya pikirannya sesaat teralihkan dari Jongin dan kebodohannya sendiri.

Tapi, Chanyeol tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya menatap lurus ke depan, tatapannya kosong. Sambil menghela napas frustrasi, Soojung menyerah dan kembali meneguk minumannya.

“Baiklah,” Soojung mendengarnya bicara. Ia melihat ke arahnya dengan bingung.

“Baiklah?”

“Baiklah. Aku akan memberitahumu,” ucapnya sambil menoleh melihatnya, ekspresinya lebih serius dari pada saat ia berada di lapangan bisbol. “Kita berteman, kan, Jungie?” tanyanya, dan Soojung mengangguk perlahan. “Bagus kalau begitu. Karena aku tidak mau kehidupan pribadiku tersebar di seluruh rumah sakit. Jadi, kalau kau memberitahu siapa pun tentang apa yang akan kukatakan padamu, aku akan membunuhmu.”

Ia begitu serius sekarang, Soojung bahkan tidak meragukan ancamannya.

“Aku tidak akan memberitahu siapa pun,” Soojung meyakinkannya, mencoba menyamarkan ketidaksabarannya.

“Bagus.” Ia mendesah dan kembali bersandar ke sofa sebelum meneguk minumannya. Saat ia selesai, ia sedikit memutar gelasnya, membuat es berdenting ribut. Ia benar-benar mengulur-ulur waktu dan Soojung mulai tidak sabar, tapi ia tidak mau mendesaknya karena ia takut akan kehilangan kesempatan emas ini.

Akhirnya, setelah satu juta tahun kemudian, ia mulai berbicara. “Hubungan Hana dan aku sudah semakin dekat sejak beberapa waktu belakangan ini. Tidak , tidak dekat. Tapi…tidur bersama.”

Ini tidak terlalu mengejutkannya. “Oh?”

Ia mengangkat bahu. “Selesai.”

“Potong omong kosongmu, Chanyeol,” ucap Soojung jengkel. “Kenapa kalian saling menatap tajam seperti itu? Dan kau bilang padaku kau membencinya saat hari pertamaku bekerja.”

“Aku memang membencinya.”

“Apa-apaan kau ini? Kau membencinya? Lalu kenapa kau tidur dengannya?”

“Kau tidak akan mengerti,” ucapnya acuh.

“Coba jelaskan padaku.”

Ia mendesah dan menggosok wajahnya. “Kau akan berpikir ini bodoh. Wanita tidak akan pernah mengerti omong kosong ini.”

“Aku akan berpikir itu bodoh kalau memang itu bodoh. Jadi, berhentilah merengek dan katakan semuanya padaku.”

“Baiklah,” ucapnya marah. “Itu karena dia seorang dokter. Kau puas?” Ia sedikit meneriakan kata-kata terakhir, dan Soojung menyadari ini topik yang menyakitkan baginya. Soojung sedikit merasa déjà vu saat teringat bagaimana perasaannya setelah putus dengan Sehun. Soojung dulu membenci dokter, dan bersumpah tidak akan pernah lagi berhubungan dengan mereka.

Dan lihat dimana dirinya sekarang.

Tapi, apa benar Chanyeol juga membenci mereka? Soojung tidak tahu. Mereka berdua tidak pernah membicarakan ini sebelumnya.

“Apa kau membenci dokter?” tanya Soojung, dan ia mendengus kesal.

“Kau serius menanyakan itu? Apa yang ada dipikiranmu kalau aku mengencani dokter? Aku seorang perawat , Soojung. Itu saja sudah cukup untuk membuatku terlihat tidak maskulin lagi. Beri aku seorang dokter untuk kujadikan istri dan sekalian saja kau mengebiriku.”

Soojung tidak yakin apakah ia menyiratkan makna seorang pria seharusnya menjadi dokter atau perawat seharusnya wanita—mungkin keduanya. Tapi, Soojung merasa jengkel dan ia tidak bisa lagi menoleransinya. Soojung meletakan minumanku di atas meja agar bisa menghadapinya dengan frontal tanpa menumpahkan wiski di tubuhnya.

“Apa kau bercanda?” tanya Soojung padanya. “Kau rela membiarkan seorang wanita yang punya karir bagus pergi karena kau merasa seperti dikebiri?”

“Benar sekali,” ucapnya dan meneguk habis sisa minumannya dalam satu tegukan.

“Kau bodoh,” ucap Soojung. “Kau seharusnya tidak memedulikan pandangan orang lain tentangmu. Dan asal kau tahu saja, tidak ada salahnya menjadi seorang perawat.”

“Oh, aku bodoh?” cemoohnya. “Itu penghinaan terbesar karena ucapan itu berasal darimu.”

Soojung marah sekarang. “Apa maksudmu?”

“Maksudku, aku sudah melihatmu meneteskan air liur saat melihat Jongin selama sebulan terakhir ini dan kau terlalu pengecut untuk melangkah ke tahap selanjutnya. Dia seorang pria, Soojung. Apa kau benar-benar berpikir dia akan duduk saja menunggumu sampai dia mati?”

Soojung pasti benar-benar membuatnya marah, karena ini adalah ucapan terkasar dari Chanyeol yang pernah ia sampaikan padanya. Chanyeol tidak segan-segan menegur seseorang yang tidak disukainya, seperti Homin, tapi tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Soojung juga akan menerima kata-kata kejam darinya.

Dan, sebulan tidak selama itu, kan? Lagi pula, Soojung akan berbicara dengan Jongin malam ini. Sebelum ia menghilang dengan wanita itu.

“Aku akan bicara dengannya malam ini,” Soojung membela diri. Chanyeol memutar matanya.

“Ya, benar.”

“Persetan kau, Brengsek. Aku baru saja putus dari kekasihku, dan hubungan kami berjalan selama lima tahun. Apa alasanmu? Takut pacarmu akan mengendalikan hubunganmu? Oh, menyedihkan sekali!” Soojung mengejeknya. Ya, ia tahu dirinya jahat. Tapi, jujur saja, Chanyeol benar-benar melukai perasaannya. Dan Soojung ingin membalasnya.

“Terserah, Soojung.” Ia menggeleng. “Di mana Jongin sekarang, hah? Aku lihat kau mencarinya setelah pertandingan.”

Soojung menggertakkan gigi. “Aku tidak tahu,” Soojung kembali duduk bersandar di sofa dan berdebat dalam hati apa sebaiknya ia melanjutkan argumen ini atau diam saja. Sebuah pertandingan bisbol menyenangkan telah berubah menjadi hari terburuk dalam hidupnya. Soojung hanya ingin pergi tidur dan tidak bangun lagi.

Detik berlalu.. atau mungkin menit. Soojung tidak tahu.

Chanyeol akhirnya berbicara, suaranya jauh lebih tenang. “Dengar, Soojung.. aku minta maaf, aku seharusnya tidak mengatakan itu.”

Soojung menarik napas dalam-dalam, ia lega mendengar permintaan maafnya. Jika Jongin berhubungan seks dengan wanita lain sekarang, maka hal terakhir yang ia inginkan adalah bertengkar dengan Chanyeol.

Soojung tidak bisa terlalu menyalahkannya. Suasana hatinya sedang buruk dan Soojung memprovokasinya. Dan ucapannya padanya juga sama kasarnya.

“Aku juga minta maaf,” ucap Soojung.

Ia mendesah dan kembali menggosok wajahnya. “Aku mau minum lagi,” ucapnya sambil berdiri dan meraih gelas. Ia berjalan ke dapur, dan Soojung mengikutinya beberapa saat kemudian, dan berdiri di dekat pintu dapur.

“Chanyeol?”

Ia tidak berbalik. “Ya?”

“Kau sudah mengenal Jongin cukup lama, jadi.. dimana menurutmu dia sekarang?”

Bahu Chanyeol sedikit menegang, kemudian ia berbalik menatapnya. “Kau mau aku berkata jujur? Aku tidak tahu dia dimana. Tapi, apa kau ingin mendengar saran dariku?”

Soojung mengangkat bahu. “Tentu saja.”

“Temui dia di rumahnya, katakan padanya apa yang kau inginkan.” Ia kembali berbalik untuk menyelesaikan minumannya.

Soojung membiarkan kata-katanya meresap, dan Chanyeol tiba-tiba terlihat seperti Ghandi atau orang bijak lainnya. Ini adalah saran terbaik yang pernah ia terima.

Soojung berdeham. “Oh, um.. apa kau punya alamatnya?”

.

.

.

Jongin tinggal di perumahan sederhana, rumah-rumah di sini serupa dalam bentuk dan ukuran, tapi berbeda model. Tidak satu pun dari rumah-rumah di sini berukuran sangat besar, tapi jarak antar rumah terpisah jauh, dan pekarangan mereka terbuka. Semuanya terlihat bersih dan rapi.

Rumah Jongin terdiri dari satu lantai dan terbuat dari batu bata bewarna cokelat gelap. Soojung tahu ini rumahnya karena, selain nomor rumah yang diberikan Chanyeol cocok,  ia juga melihat sepatu kerjanya terletak di teras luar pintu depan.

Tapi, mobilnya tidak ada. Matahari sudah tenggelam, dan ia masih belum menjawab teleponnya.

Soojung sudah menduga ini akan terjadi, asumsi yang tidak menyenangkan dalam otaknya semakin menyakitinya. Dan meskipun ia tahu ini sia-sia, Soojung keluar dari mobil dan mengetuk pintunya.

Tidak ada jawaban, tentu saja. Ini pasti hukumannya karena membuatnya menunggu terlalu lama. Karena Soojung bodoh. Soojung tahu apa yang ia inginkan, tapi ia tidak tahu. Dan sekarang ia sudah lelah menunggu.

Sudah terlambat.

Soojung ingin menangis, tapi ia menahannya. Semuanya terlihat kabur sekarang. Soojung bahkan tidak tahu pasti dia sedang berhubungan seks dengan dr. Jian sekarang atau tidak, jadi dirinya akan semakin terlihat konyol kalau menangis dan berdiri di sini.

Soojung seharusnya tidak terlalu dekat dengan seseorang secepat ini. Ia tidak ingin terikat begitu cepat. Tapi, Jongin membuat segalanya hampir tidak mungkin.

Soojung duduk di tangga terasnya dan berdebat sendiri. Ia bisa duduk di sini dan menunggunya sampai ia pulang. Semoga wanginya tidak bercampur dengan wangi wanita lain saat ia pulang. Atau Soojung bisa pulang dan mencoba untuk menghubunginya nanti.

Apa Soojung bercanda? Soojung mengacaukan ini. Sudah sepantasnya ia menunggu. Ia pantas mendapatkan wanginya bercampur dengan wangi wanita itu saat Jongin kembali.

Soojung membungkus lengannya di lutut dan meletakkan kepalanya. Tidak lama kemudian, ia mendengar suara mobil; cahaya menyinari halamannya saat ia membelokan mobil ke pekarangan.

Jantung Soojung berdetak sangat cepat, rasanya jantungnya akan keluar dari dadanya. Jongin tidak membuang-buang waktunya untuk mematikan mesin dan keluar dari mobil. Soojung cepat-cepat berdiri.

“Soojung?” Suaranya terdengar bingung, ia menutup pintu mobil dan berjalan ke arahnya.

Soojung mencoba untuk tetap tenang dan membersihkan debu dari celana Soojung, Soojung sangat khawatir. Ia masih mengenakan pakaian tadi, sepatunya masih berlumpur. Soojung berdiri di tangga terakhir, dan ia berjalan sampai ke depannya, tinggi mereka sekarang sudah sejajar.

Tidak ada wangi wanita lain di tubuhnya, tapi Soojung masih belum merasa senang.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya. Ia tidak terlihat kesal saat melihatnya, hanya ingin tahu.

“Menunggumu,” jawab Soojung dengan tenang.

“Kenapa kau tidak bilang kau akan pergi?”

“Apa?” tanya Soojung kaget.

“Di pertandingan tadi. Kau tidak mengucapkan apa-apa sebelum kau pergi,” jelasnya.

Soojung bingung. “Aku tidak bisa menemukanmu. Aku pikir kau sudah pergi…”

Ia menghela napas kemudian tertawa sambil menggosok bagian belakang lehernya. “Aku kira itu menjelaskan semuanya,” ucapnya, matanya menatap mata Soojung lagi. Ia terlihat.. lega. “Aku pergi untuk membantu dr. Yoon membongkar es dari mobilnya dan kami minum bir sebentar. Waktu aku kembali, aku masih melihatmu, tapi waktu aku selesai membantunya membongkar semua barangnya kau sudah tidak ada.”

“Oh,” ucap Soojung bodoh. Ini ucapan terburuk untuk menyampaikan bagaimana perasaannya. Soojung lega. Lebih dari lega—rasanya ia ingin memeluk dan mencium semua orang yang ada dalam jangkauannya. Tapi, hanya ada dirinya dan Jongin, di sini, berdiri di tangga.

“Oh,” ia mengolok-oloknya sambil tersenyum. Soojung ingin pura-pura tersinggung atau mengatakan sesuatu yang galak, tapi, untuk apa? Dia di sini, berdiri di depannya, dan Soojung tidak bisa lebih bahagia dari ini.

“Aku meneleponmu,” Soojung memberitahunya.

“Aku meneleponmu balik.”

Soojung mengerutkan kening. “Benarkah?”

“Yep. Beberapa menit yang lalu. Aku meninggalkan ponselku di mobil saat pertandingan.”

“Oh,” ucap Soojung lagi, dan Jongin menyeringai.

“Jadi, apa yang kulakukan sampai-sampai aku mendapat kehormatan kunjungan darimu, Soojung?”

Soojung menatapnya, dan menelan ludahnya. Tapi, pria yang ia lihat sekarang tidak seperti Sehun. Jongin lebih tua, lebih matang, lebih jujur. Ia berpengalaman, ia sabar, ia mengasihinya tanpa paksaan. Dan mungkin, mungkin saja, Soojung bisa mencoba untuk kembali berhubungan serius, dan ia akan bisa menjalankan ini semua dengan benar.

Ini belum terlambat.

continue

jreng jreng jreng!
siap menghadapi chapter 12, kawan kawanku? ;))
sorry for typos.

cara minta password:
sertakan nama id, sudah komen semua chap apa belum
kirim ke twitter @Ayashaaa14 kalau mau cepet ke Line ayashaap

thankseu~

114 thoughts on “Doctors Order – Chapter 11

  1. GOD!! Took you so long jung soojung..
    Tapi bener banget semua yang dr. Jian dan chanyeol bilang ke soojung.. Dia gantungin jongin lama banget.. But hell yeah, finally

    Like

  2. ga sabar buat next chapter nya, soojung mau bilang apa sama jongin? apa soojung udah siap berkomitmen?
    aaaakkkkk.. penasaran.. jgan lama” updatenya.. fighting!!

    Like

  3. Yaampun baru sadar kalo chapter 11 udah diupdate. Baru tengah malem gini bisa bacanyaaaaa.
    Bagus banget ceritanya, Asha. Semoga Soojung bener-bener ngomong serius sama Jongin, yaaaa.
    Oh iya, buruan juga deh update chapter 12 aku udah penasaran banget kenapa sampe harus diprotect gt. Pasti ada apa-apanya iyakan……
    Hwaiting, Asha!!!

    Like

  4. ahh sumpah aku gasabar banget chap12 nyaa hehe
    aduhh ayodong di post chap 12 nyaaa shaaa hehe
    pokoknya ditunggu keromantisan kaistal di next chap yaw hehe
    fighting!!!^^

    Like

  5. oooo..dpart n soojung kentara bgt cemburuny. aplg saat jongin dket2 am dr.jian hummpttt tp untung dh skrang dia sadar klo klamaan mbuat jongin mnunggu it bahaya..

    yah. .dprotek. tp gk ap sih. cma ak gk punya 2 t sosmed buat minta pwny. lewat sms,email & Bm bsa ??
    n pin BM ak 5a269f52

    Like

  6. Ga sabar ma next chapnya HEHEH
    Soojung terlalu terpropokasi ama ucapan dr. Jian jadinya mikirnya yg tidak2. Dan terjadilah kesalahpahaman antara soojung ma jongin.
    Emangnya dr. Jian dadanya sebesar apasih ampe soojung ngedumel sama ukuran dada sendiri haha
    Keep writing ayaaa:***

    Like

  7. aduuuuuhh, asha bikin deg degan bingbing tauuuuuu ((emot nangis))
    cant waiiittttt, dan di chapter ini cukup bikin jantung aku ser ser-an, kebawaaaaa bgt pas bagian sia sama soojung ngobrol berdua itu. sebenernya sia itu oc bukan sih sha? kalo emang ada karakter aslinya, namanya siapa? penasaran secantik apa sih dr jian itu hmm –”

    ashaaaaaaaaaaaaaa, admin voirkaistal yang ku cintaaaaaaaa, semangat yaaaaak buat chapter 12 nya heuheu, gasabar nih akuuuhhh ><

    Like

  8. si asya mah naro tbc nya suka nyakitin hati ge 😥 nanggung dooohh >< tunggu ini chap 12 mereka mau enaena? :v ya allah kuatkan hamba untuk menghadapi chap 12 :'V si taemin baru liat dada soojung aja begitu apalagi dihadepin ama duo srigala tu anak :V

    Like

  9. si asya mah naro tbc nya suka nyakitin hati ge 😥 nanggung dooohh >< tunggu ini chap 12 mereka mau enaena? haddoohh varokah syekaliii :v ya allah kuatkan hamba untuk menghadapi chap 12 :'V si taemin baru liat dada soojung aja begitu apalagi dihadepin ama duo srigala tu anak :V

    Like

  10. Alasannya chanyeol ttg hubungannya dgn dr. Song bikin pengen noyor kepalanya.
    Dr. Jian juga terang-terangan mo bersaing sama soojung buat dapetin jongin. Tapi jongin udah terlanjur jatuh hati sama soojung MUHAHAHAHAHHA #tawajahat.
    Ditunggu next updatenya kak ☺️☺️☺️

    Like

  11. Ya ampun ketawa pas soojung bilang knapa kalian tdak tmbuh lbih besar. Q kira tim perawat bkalan menang, eh ternyata kalah lagi. Oh jdi gtu critanya, chanyeol bisa tdur sma dr. Song. Tpi chanyeol serasi jga kyakny sm dr. Song. Jadi kaistal sling nyari plus sling nlpon ya. Di tunggu bnget next chapternya. Buat dpetin passwordnya q lwat sms aja ya, soalnya q gk maen line dsb, cma maen fb aja….. Gmana dong 😥

    Like

  12. Ahhh unni..
    Aku telattt.. #plakk 😀
    Eughhh… makin gregetan deh nih soojung..
    Hayooo loh ntar klo jongin balikan lagi sma Dr.Jian gmna..
    Udee bilang aja sejujurnya sma jongin..
    Eonni keep writing..
    😀

    Like

  13. Pingback: Doctors Order – Chapter 12 | KAISTALFFINDO

  14. Tengah malem gini liat twt offKFI ternyata chapter 11 udh update :3
    Chanyeol sok bijak ciee wkwk :’v
    Oh pliss mbak Soojung cepet katakan sesuanu pada jongin arghhh gue jadi greget sendiri bacanya :3
    Kira-kira ada apakah di chapter selanjutnya jreng jreng(?)
    Keep writing kak Asha! Fighting😘

    Like

  15. Kak asha mah sukanya gitu, cut-nya pas bagian yang bikin deg-deg’an & penasaran terus.
    Sepertinya hubungan jongin-soojung hampir menemukan lampu terang 🙂
    Malah chanyeol- Dr.song ribet banget hubungannya. Tapi jujur sih kalo aku jadi chanyeol pasti juga akan ngerasa minder.
    Jujur lagi aku setuju sama perkataan Dr.jian & chanyeol. Sippppp
    Tapi kak sampe sekarang aku belom bisa ngebayangin Dr.song & Dr.jian itu kayak apa? Kasih ilustrasinya sih biar lebih greget aja 😀

    Like

  16. akhirnya soojung sadar juga kalo dia itu cinta sama jongin 🙂 semoga status mereka cepet di ubah 😀 kalo bisa konfliknya di tambah lagi biar makin greget >.<

    Like

  17. Uwaaa….. mau jadian beneran ya allah betapa bahagianya yang baca ahhahahahaaa… itu benar. Kalo lo gamau jongin di sentuh dr.jian lo harus resmi pacaran sama dia soojung ah~ huhuu senangnya *lol
    Btw akhirnya canyol cerita juga. Sesimple itu kalo cerita ke soojung. Sialan hahaaa

    Like

  18. astaga ternyata aku belum baca chapter ini.. pantes radarada bingung pas baca awalnya chapter 12.. sorry ya kaka ketinggalan comment dsni hehee
    dr.song sama chanyeol gemesin nii dsni wkk.. ketegangan seksual? aku sering baca ini tpi masih ga ngerti gmna suasanya itu wkk
    semangat kaka nulisnya😊

    Like

  19. Nah kan soojung cemburu juga akhirnya (?) sadar juga dia betapa dia butuh jongin (?)
    semoga abis ini soojung mau bilang udah siap buat berstatus atau berkomitmen, pleaaaaaaaaaase greget nunggu mereka nyatu :”)

    Like

  20. Dr. Jian ngapain masih peduli sm jongin? Masi suka sm jongin kah? Soojung mending cepet kasih kepastian deh sm jongin. Semoga aj soojung krumah jongin mau bilang kalo dia udh siap buat serius pacaran sm jongin huhu~ 😁

    Like

  21. Aaahh aq dah mikir ma sia kali ya..
    Eh semua perkiraan meleset,dan soojung akhirnya ngerti perasaannya sendiri tanpa trpaksa..

    Suka deh ma ff nya..mikirin jongin,sumpah keren bgt apa lagi tatapan matanya..ugh!

    Aq mo donk pw part 12 nya..

    Yukss..

    Like

  22. Ih jijik bgt baca ttg r.jian disini, kesel sendiri liatnya. Btw ngakak liat soojung keburu panik bete duluan jongin ngilang padahal dianya juga nyariin soojung wkwkwk. Aaa next chapter nih bkin deg2an

    Like

  23. Bhahaha ngakak soojungnya bener bener kekurangan ‘itu’ sampe make toy gituXD legaa ah kirain jongin beneran udah nyerah terus balik sama sia:’) semoga ngomongnya berhasil jungg terus cepet berkomitmen biar bisa klaim memiliki 1 sama lain:v

    Like

  24. JADIAN SHAA? 😀
    Ternyata masalah Chanyeol rada mirip Soojung ya? Bedanya, Soojung benci dokter karena mantannya dokter. Chanyeol benci dokter karena jabatannya lebih tinggi dari perawat. Sabar ya Chan 😉

    Next part antisipasi sha hihi 😀

    Like

  25. Tuh kan Soojung sok2an mau ga buat komitmen apa2 sama jongin tapi giliran si jongnya deket sama orang, doi malah cemburu ga jelas…. makanye cowok kaya jongin cepet2 dipacarin aja lah

    Like

  26. Cieee akhirnya Soojung mau berkomitmen #heuhhh geregett… tapi konflik nya belum muncul nihh
    kira kira apa yaa yg bakal terjadi di chap 12 #KuatkanImanKu wkwk
    aku minta Pw nya di Line ,,bales yaa Asha 🙂

    Like

  27. Wiih chapter 11 lagi nih, naah soojung jadi udah mulai sadar kalo dia gamau jongin berpaling sama cewe lain, jadi kapan jadiannya nih? Gasabar liat chapter 12. Ohh iyaa ini id aku yang kedua yang dulu (zihan98) lupa password jadi aku bikin lagi deh hehe

    Like

  28. Apa yang akan terjadi? Soojung bakal pacaran sama Jongin atau ngak? Sia kenapa mesti gitu sih, kayak psycho aja kayak terlalu obsesi sama Jongin gitu. Pasti rasanya bimbang banget kalau jadi Soojung, selalu perang batin

    Like

  29. Asha, maaf bgt yaa ternyata aku blm baca chapter ini tp udh minta pass duluan, bkn bermaksud jd sider tp aku bener2 lupa, aku pikir udh baca chapter ini ternyata blm, aku jg ga tau syarat minta pass hrs disertai comment, sekali lagi maaf bgt ya asha.
    Satu sisi aku seneng ‘Sia’ muncul disini, setidaknya soojung sadar kalo jongin ga mungkin terus2an nunggu tp agak sebelnya jg sih sm sia, berasa jongin msh jd miliknya aja -_-
    Ternyata chanyeol sm dr. Song ga bsa bersatu krn mslh status perkerjaan toh, oalah sampe segitunya ya ckck
    Oke aku mau lanjut baca chapter 12 yaa, sekali lagi maaf karna baru baca chapter ini dan mksh krn udh ksh password sebelum aku baca chapter ini. Semangat asha😊

    Like

  30. Pingback: Doctors Order – Chapter 13 | KAISTALFFINDO

  31. omg omg omg omg finally dia agak agak sadaaar. aduh aku kalo jd dia juga bakal klepek2 sama serangan jongin (?) wkwkwkwk tp dialog mereka ga banyak disini ya hehehe gapapa sih
    dr jian itu tampangnya gimana ya gak kebayang deh sama aku. yang pasti tampangnya harus tampang2 org yang ga aku suka deh :))
    next~

    Like

  32. Akhirnyaaaa Soojung udah mulai mau berkomitmen tuh kayanya.
    Soojung egois sih, dia ga mau dilarang kalau bicara sama cowo lain. Tapi dia ngga rela kalau Jongin bicara sama cewe lain.
    Tapi aku ngerti kok perasaan Soojung, gatau kenapa ko kisah Soojung sama ya apa yg sedang aku alami skr. Baru putus dan pernah gagal menjalanin sebuah hubungan. Disisi lain ada cowo yg yaaa kurang apalagi gitu ngdeketin dan mau nungguin kita. Tapi kita masih terlalu takut untuk memulai. Aku ngerti perasaan takut itu tapi sebenernya kita pengen setengah mati. Wkwk jadi curcol.
    Yang aku suka dari Asha kalau update ngga pernah pendek. Luvluv deh buat Asha ♡

    Like

  33. Duh kira aku jongin bakalan berduaan sm dr jian untung aja ga syukurlah.mereka ga jadian tp saling khawatir ya kl ada yg ngedeketin keduanya mending dr pada cembur cemburuan jadian aja langsunglah kan bisa enak tuh hehehe
    Semangat terus ya 😘😘

    Like

  34. Pingback: Doctors Order – Chapter 15 | KAISTALFFINDO

  35. ayoo soojung katakan ke jongin. dr. song sama chanyeol ngegemesin, gak kebayang yang pas lomba sampek semuanya diem hihi 😀
    daebakk keren !!!!

    Like

  36. Aku kira cerita ini ga diupdate, nungguin di wattpad soalnya. eh ketemu disini *nyengir, seneng bgt.. bisa minta pw utk part yang di butuh pw nya ga? butuh bgt 😀

    Like

Arcadian's Say