Love, Passion, and Dream

love-passion-and-dream-3

 

a fanfiction starring by Kim Jongin and Jung Soo Jung. Contains 3000+ words of friendship and angst for teenager

Poster : Pinkglam

Originally written by Dita May

“Dimana kumeletakkan pahatan kayu itu..” Gumam seorang gadis yang sedang sibuk memporakporandakkan isi gudang rumahnya. Dia mengumpat betapa bodohnya ia dalam mengingat sesuatu.

“Ah ketemu!!!” Teriaknya sambil mengusap peluh dikeningnya setelah 10 menit berkutat dengan banyaknya kardus bertuliskan JUNG SOO JUNG yang berdebu di seluruh permukaannya. Kemudian ia  melihat sebuah kotak putih yang ia yakini berisi sebuah album kelulusan sekolahnya, Korea Kent Foreign School.

Nama    : Jung Soo Jung

TTL         : San Fransisco, 24 Oktober 1994

Alamat  : 635-30, Gueui-dong, Gwangjin-gu, Seoul.

Cita-cita: Atlet Lari

Jung Soo Jung, perempuan dewasa berumur 25 tahun yang hanya bekerja sebagai karyawan disalah satu perusahaan swasta di Seoul dan masih lajang tersenyum miris melihat apa yang telah ia tulis sebagai cita-citanya. Gadis itu menghela nafas panjangnya saat memori itu kembali berputar layaknya sebuah film.

 

9 years ago..

 

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore namun aktivitas ekstrakurikuler di SMA Hanlim belum berakhir. Masih terdengar suara hentakan kaki dari ke 14 anggota klub atletik yang masih menjalankan aktivitasnya.

“Anak-anak! Satu putaran lagi kemudian lakukan pendinginan dan kalian boleh pulang!” Teriak guru Park  kepada murid-muridnya yang sedang berlari mengelilingi lintasan.

“Ne seonsaengnim!!” Jawab anak-anak didiknya dengan semangat.

Walaupun guru pembimbing telah menyuruh mereka pulang, tetapi para remaja ini memilih bercengkrama dengan satu sama lain terlebih dahulu sebelum mereka pulang. Kebanyakan apa yang dibicarakan oleh anak-anak ini tidaklah penting. Namun tidak bagi Jung Soo Jung karena ia adalah pendengar yang amat baik.

Hari mulai gelap, jalanan juga terlihat lengang. Gadis itu berjalan dengan santai menuju rumahnya. Takut? tentu saja Soo Jung tidak takut. Jarak antara sekolah dan rumahnya hanya terpaut 3 blok saja. Ia sudah sangat terbiasa untuk pulang sendirian di malam hari.

“Hai!” Sapa seorang laki-laki yang memperlambat kayuhan sepeda nya dan mengimbangi langkah Soojung. Gadis itu sempat terkejut namun setelah melihat siapa yang menyapanya, Soojung tesenyum dan membalas sapaannya “Ya.. hai.. Jongin..”

Percayalah ini adalah kali pertama setelah 8 sesi kegiatan ekstra yang dijalani kedua murid tingkat 1 SMA Hanlim tersebut mereka menyapa satu sama lain. Sejak saat itu, setelah pulang sekolah atau kegiatan ekstra mereka akan pulang bersama-sama. Jongin akan turun dari sepedanya untuk berjalan menemani langkah kaki Soo Jung sampai di rumahnya.

.

.

To: Jongin

Hei Jong!

 

Mereka belum juga saling memberikan nomor ponsel pada satu sama lain setelah beberapa bulan saling mengenal. Namun bagaimana Soojung dapat mengirim sebuah pesan pada Jongin tidaklah lebih penting dari bagaimana ia mendapakan nomornya terlebih dahulu. Benar bukan?

 

From: Jongin

Siapa?

 

To: Jongin

Ganti huruf vocal o  pada namamu menjadi u.

 

From: Jongin

Jung? SooJung? Seingatku, aku tak pernah memberitahumu nomorku… bagaimana bisa huh? Ay~ apa kau menyuap Chanyeol agar ia mau memberikan nomorku?

“ Yak kau! bisakah kau tidak mengganti-ganti nomor ponselmu?!” Salah satu pemuda tampan dengan tubuh atletis bernama Choi Minho itu berteriak sambil menjitak kepala seorang pria berambut hitam legam.

“Mianhae hyung.. nomor ini menarik perhatianku…” Balas seorang pemuda itu sambil mengelus kepala nya.

“Dasar penggila 9..sekarang sebutkan nomormu yang baru..” Ucap Minho pasrah sambil membuka lock screen ponselnya.

“018979979909.. tidak ada salahnya untukku menyimpannya kan?..” Tanya Soojung pada dirinya sendiri.

Melihat pesan balasan dari Jongin, ia hanya tersenyum mengingat bagaimana 2 bulan lalu ia mendapatkan nomor laki-laki itu. Well, itu adalah salah Jong In yang mengucapkan nomor ponselnya dengan keras. Ataukah mungkin Jong In memang ingin seseorang mendengarnya?

Soojung hanya menjawab pesan Jongin dengan ucapan selamat malam dan menyuruhnya untuk segera tidur. Hanya sesaat ia dapat tersenyum karena ponsel bewarna perak itu bergetar lagi. Setelah melihat siapa yang mengiriminya pesan, aura wajahnya berubah menjadi gelap. Soojung menyumpahi orang itu dengan kata-kata yang mampu membuat orang sakit jantung pingsan seketika.

 

From : Mr. Oh so Playboy

Jungie~ keluarlah…

 

“For God’s sake Sehun! Kau mempunyai ponsel tapi kau tetap menulis surat cinta menjijikkan untuk Naeun unnie? Kau menjadikanku kurir eoh?!!! Kalau kau memang seorang gentleman kirimlah surat itu langsung ke samping rumahku dan akan kupastikan paman Son mencincang tubuhmu karena kau berani memacari anaknya!!!!” Teriak Soojung dengan wajah memerah didepan pagar rumahnya. Ia tak peduli lagi dengan orang-orang yang sedang mencoba untuk tidur malam ini karena yang ia inginkan adalah ayah Son Naeun untuk bangun dari tidurnya, mencincang tubuh Oh Sehun dan melemparnya ke laut.

Laki-laki bertubuh tinggi yang sedang diteriaki itu hanya dapat menutup mata dan telinganya. Setelah nafas Soojung kembali teratur ia langsung menempatkan secarik kertas bewarna pink berbentuk hati ditangan sahabat kecilnya. Kedua mata soojung membulat dan mulutnya menganga memegang kertas tersebut. Sehun segera mengayuh cepat sepedanya untuk pulang sebelum ia benar-benar harus operasi telinga saat itu juga.

.

.

“Oh sial.. aku tak memiliki pasangan untuk sit up.” Soojung segera menyingkirkan bayangan ia akan melakukan sit up bersama Park ssaem saat seseorang menggenggam pergelangan tangannya menuju matras kosong disamping sunbae mereka.

“Kau duluan Jung. Aku akan memegang kakimu.” Ujar Jongin tulus setelah membuat pasangannya terduduk.

“Baiklah..gomawo jongin…” bisik Soojung dengan perasaan lega.

Setelah itu Soojung hanyalah melakukan gerakan sit up dengan benar. Terlentang dengan tangan dibelakang kepala dan kaki ditekuk, bangun dan memajukan badan mendekati lututnya, kemudian mengulangnya lagi dan lagi. Tentu Soojung tak mendengar kalau organ jantung orang yang sedang memegangi kedua kakinya sekarang bergemuruh hebat.

Setiap kali Soojung memajukan tubuh, wajah ayunya mendekat ke wajah Jongin. Mereka bertukar udara untuk dihirup dan saling menatap satu sama lain. Jika saja hanya ada mereka berdua sekarang sudah pasti Jongin akan melumat bibir Soojung. Suara Park ssaem yang menggelegar membuat ia segera membuang jauh fikiran itu. Soojung adalah sahabatnya dan ia harus ingat bahwa Soojung telah menyukai pria lain, Lee Jae Hwan.

 

“Jong…apakah aku harus terus menyukai Jae Hwan oppa?” terdengar suara bernada sedih milik Soojung menggema disepanjang jalan.

Ditengah pergolakan fikran dan hatinya, Soojung meneruskan keluh kesahnya. “Kau tau ia tak pernah melihatku sebagai orang yang pantas disebut sebagai kekasih. Aku hanya dapat mengaguminya saat aku mengunjungi rumah nenek di Busan. Kau tau bagaimana rasanya menyukai seseorang namun kau tak pernah bisa menggapainya Jongin?” Soojung menggembungkan pipinya setelah berkata panjang lebar pada Jongin.

Mungkin seseorang harus mengingatkan gadis cantik ini kalau sahabatnya amat lelah mendengar nama Jae Hwan, Jae Hwan, dan Lee Jae Hwan.

“Soojung..” Panggil Jongin yang berhenti dan menatap sendu tangannya yang sedang memegang setir.

“Eum.. waeyo?” Tanya Soojung yang ikut memberhentikan langkahnya.

Keheningan menyergap keduanya selama beberapa saat sampai akhirnya Jongin membuka suara seraknya kembali. “Aku menyesal…” Jelas Jongin pelan namun cukup keras untuk Soojung mendengarnya.

“Apa itu? menyesal untuk apa?” Terselip nada khawatir dalam pertanyaan Soojung.

Sahabat laki-lakinya itu hanya diam dan tersenyum lalu melanjutkan langkahnya. Soojung yang bingung dengan apa yang barusan dikatakan Jongin terus memaksanya untuk bercerita namun Jongin menolak dan mengalihkan pembicaraan.

“Seharusnya aku tak pernah bertanya padamu siapa orang yang kau suka dan menyuruhmu untuk menceritakan semua tentangnya padaku jika akhirnya aku jatuh cinta padamu dan kau sama sekali tak tau itu Jung Soo Jung.” Sesal Jongin dalam hatinya. Ia hanya bisa mengayuh sepedanya dengan cepat untuk segera menjauh dari rumah gadis yang ia cintai.

.

.

Sekarang Soojung dan Jongin semakin sibuk hingga jarang pulang bersama setelah naik ke tingkat 2. Perlu digarisbawahi, Jongin lebih sibuk karena ia menjadi salah satu anggota organisasi sekolah. Namun club atletik selalu memiliki cara untuk mempererat hubungan setiap anggota walau dalam keadaan perang dunia sekalipun.

“Sebelum kita bertanding, ayo kita berlibur!!! Bagaimana??” Terdengar ajakan bernada riang dari mulut Park Chanyeol.

“Sebentar lagi kan Minho hyung, Yuri noona dan lainnya akan semakin sibuk dengan tugas akhir, jadi ayo kita buat kenangan bersama..” Seringai Tao sambil mengedipkan sebelah matanya pada Jongin. Death glare pun segera dikirim Kim Jong In menuju temannya yang punya warna kulit sama, Tao.

Selang beberapa menit, akhirnya mereka sampai di pantai Eurwangni yang lumayan dekat dengan Seoul. Faktanya adalah mereka semua pernah ke pantai ini, namun Chanyeol akan sangat menyebalkan jika terus mengeluh kalau ia merasa pantatnya menjadi tipis jika duduk terlalu lama.

Tak ada yang special dalam liburan mereka. Berfoto bersama dan saling melemparkan candaan adalah hal yang umum. Namun tampak luar biasa saat angin menerpa rambut panjang nan lembut milik Soojung yang sedang tertawa. Jongin menatap kagum seseorang yang sedang memenuhi hatinya akhir-akhir ini.

“Aigoo Soojung.. kau cantik sekali saat tertawa seperti itu…“ Goda Tao pada Soojung yang dihadiahi tatapan tajam dari Jongin.

“Boleh aku meminjam ponselmu?” Tanya Jongin yang menoleh menatap Soojung yang sedang duduk disampingnya. Gadis itu tersenyum dan menyerahkan ponselnya pada jongin kemudian menuju teman-temannya yang kini telah bermain air.

Tanpa Soojung sadari, Jongin tengah mengambil fotonya dengan kamera ponsel milik Soojung. Mata Jongin berbinar saat ia melihat hasil jepretannya. Soojung adalah seorang bidadari, bahkan lebih cantik dari bidadari. Hal-hal mengenai eksistensi Jaehwan pun pergi untuk sementara dari fikiran Jongin.

Tak jauh dari klub atletik yang sedang bermain pasir, terlihat sepasang pemuda pemudi yang sedang berfoto bersama sambil berpelukan. Ia yakin pemuda itu adalah orang yang dikenalnya. Soojung memutuskan untuk mendekati mereka. Saat mulai jelas siapa laki-laki itu, matanya lalu mengarah pada sang wanita, Yoon Sohee. Gadis yang terkenal dengan charisma nya dikalangan para pria dan  tak disukai para yeoja tentunya.

Sohee adalah adik kelasnya saat SMP dan sayangnya kini juga adik kelasnya di SMA. Ia sedang bersama Oh Sehun, kekasih Son Naeun. Semua sangat jelas sekarang. Mereka memiliki hubungan yang lebih dari pertemanan ketika Sehun mencium pipi Sohee. Soojung sedikit menutup wajahnya dengan sebuah topi pantai milik Yuri dan menunggu rubah betina itu sendirian dan Gotcha! Sehun pergi meninggalkan kekasih keduanya, mungkin yang kedua.

 

“Yoon Sohee.” Panggil Soojung dengan suara datarnya.

“Oh.. sunbae? Annyeonghaseyo..” Sapa Sohee dengan senyumnya yang lebar.

“Setan kecil ini bahkan tidak membungkuk.” Geram Soojung dalam kepalanya.

“Apa Oh Sehun itu kekasihmu?” pertanyaan ini terdengar sinis di telinga Sohee.

“Tentu saja sunbaenim.” Jawab Sohee dengan menekankan kata tentu saja dan berharap dapat membunuh Soojung dengan tatapan tajamnya.

“Sepertinya Yoon Sohee tak tau kekasihnya sudah memiliki kekasih… atau mungkin ia tau dan mencoba merebutnya? Daebak..” Ucap Soojung sambil bertepuk tangan.

Ia merasa matanya seakan keluar setelah mendengar kalimat sarkastik milik Soojung. Sohee hanya dapat mengepalkan tangannya kemudian pergi begitu saja berlari menyusul kekasihnya yang mungkin telah pergi untuk mencari gadis baru.

“Kau barusan berbicara pada siapa Jung?” Tanya Jongin sambil memandangi punggung Sohee yang semakin menjauh.

“Rubah.” Balas Soojung dingin kemudian kembali ke tempat dimana teman-temannya berada. Jongin menghela nafasnya dengan berat dan memutuskan berlari-lari kecil menyusul sahabatnya.

 

Soojung sedang berfikir keras sambil menatap jendela kamar sebuah rumah yang ada dihadapannya. Ia bingung apakah harus Naeun tau tentang Sehun dan Sohee mengingat Naeun adalah gadis yang polos dan sangat baik hati. Soojung menunduk dan memijat kepalanya yang terasa pusing.

“Argh! Sehun!” Teriak Soojung dengan nada tertahan.

“Soojung? ada apa denganmu? kenapa kau menyebut nama Sehun??” Gadis itu terkejut melihat Naeun telah berdiri dibalkon kamarnya dengan wajah penasaran dan menatap lekat Soojung.

“An..aniyo! Sehun tadi mengambil permen karetku!! unnie aku mengantuk… aku tidur dulu ya!” ucap Soojung cepat kemudian masuk ke kamar dan tak lupa mengunci pintu balkon kamarnya dengan tergesa-gesa.

.

.

                Malam yang sama bergulir kembali tapi entah kenapa rasanya tenggorokan Jongin seperti sedang disumbat oleh biji buah durian. Ia akan mengakui perasaanya tapi demi Tuhan, bahkan bernafaspun baginya terasa susah sekarang ini.

“Soojung.. a-aku…”

“Ada apa Jongin?”

“Sepertinya aku mencintaimu.. ah bukan.. tapi aku memang mencintaimu.” Pernyataan Jongin terdengar seperti bisikan namun cukup untuk membuat darah di wajah Soojung surut.

“Apa yang baru kau katakan Kim Jongin?” Balas Soojung tak kalah pelan. Pandangan matanya yang menuntut penjelasan kini hanya tertuju pada wajah Kim Jong In yang sedang menunduk takut.

 

Kim Jong In dan Yoon So Hee berkencan. Itulah headline yang harusnya di tulis dalam mading sekolahnya untuk hari ini. Jung Soo Jung merasa jika arwahnya kini sedang melayang entah kemana. Kemanapun ia berjalan, pendengarannya selalu menangkap bagaimana orang-orang membicarakan kedekatan Jongin dan Sohee saat masa orientasi dulu. Bagaimana bisa dulu ia tak tau kalau Sohee mencoba mendekati Jongin. Soojung sekarang dibuat bingung pada perasaanya. Ia yakin masih menyukai Jaehwan , tapi sekarang apa? Soojung merasa ingin berteriak ditengah halaman sekolah jika Jongin adalah miliknya dan rubah itu tak pantas bersanding dengan sahabatnya.

 

“Jung Soo Jung ada apa denganmu?!!”

“Ne seonsaengnim?”

“Kurang 1 minggu lagi perlombaan diadakan dan kecepatanmu tidak konstan!”

“Maafkan saya..”

 

Jongin akui kalau ia sedang mencoba menghindarinya. Ia fikir Soojung akan lebih baik setelah dirinya pergi. Tapi lihatlah gadis itu sekarang, diiringi omelan guru Park ia mencoba dengan keras untuk berkonsentrasi pada apa yang guru Park katakan. Kalau diingat lagi, tak sedikitpun dari ucapannya dulu yang dapat melukai hati Soojung. Ia hanya mengakui perasaannya kemudian meminta Soojung untuk jangan menghiraukannya lagi karena ia akan selalu berdoa agar Jae Hwan dapat melihat Soojung suatu hari nanti.

Tak ada alasan lagi bagi Jongin untuk mengembalikan semuanya seperti dulu karena sekarang ia telah memiliki Yoon Sohee. 3 minggu ini berlalu dengan sangat lambat tanpa canda tawa Soojung yang selalu menghampiri telinganya. Ia tak pernah lagi menemaninya pulang sambil berjalan karena Jongin lebih memilih untuk jalan memutar untuk pulang agar ia tak melewati rumah Soojung

 

Pelan-pelan ia menghampiri Soojung yang tampak murung di bangku taman kompleks rumahnya. Karena aura gelap yang menguar dari tubuh Soojung membuat Sehun membatalkan niat awalnya untuk membuatnya terkejut.

“Jung kau jelek sekali kalau sedang serius.” Dengan sedikit takut ia mendudukkan bokongnya di sebelah Soojung. Sehun tidak mengira ia akan dihadiahi tatapan sendu milik Soojung padahal dia sudah bersiap menangkis pukulan-pukulan sahabatnya.

“Tolong ambillah Sohee.. kau kekasihnya kan?” Sontak mata Sehun melebar akan pertanyaan yang dilontarkan kurir surat cintanya.

“Kau harus tau dia juga sedang berpacaran dengan sahabatku. Sama seperti kau yang juga sedang bersama Naeun unnie. Kalian benar-benar menyedihkan.”  Setelah mendengar nada monoton Soojung, palu Thor serasa memukuli kepalanya tanpa jeda. Ia fikir Sohee adalah gadis manis yang bisa ia mainkan. Ternyata seorang player sepertinya bisa dibodohi juga.

Kita berakhir. Pesan itulah yang ia kirim pada Yoon Sohee. Kepalanya terasa bertambah pusing setelah menyadari Soojung yang sudah pergi. Bagaimana kalau Soojung memberi tahu Naeun? Wajahnya berubah menjadi pucat seketika sebelum akhirnya ia berteriak memanggil nama Soojung yang kini telah memasuki gerbang rumahnya.

.

.

Ini adalah rencana terbaik yang ia miliki untuk klimaks hancurnya persahabatan Jongin dan Soojung. Ia tidak terima dan merasa ingin meledak saat pria yang sangat ia cintai memutuskannya begitu saja melalui pesan singkat.

“Oppa.. aku ingin hubungan kita berakhir sampai disini.”

“Apa maksudmu Yoon Sohee?” Jongin amat terkejut dengan ucapan kekasihnya yang tak masuk akal itu karena dia yakin kalau ia tak melakukan kesalahan apapun.

“Aku lelah mendengar cemoohan Soojung sunbaenim dan teman-temannya.. mereka bilang aku merebutmu darinya! aku mohon beritahu sahabatmu itu untuk menjaga mulutnya. Aku pergi.. Jongin oppa.”

Sohee yang menyatakan perasaanya terlebih dahulu dan ia juga yang mengakhirinya. Jongin mencoba untuk mencintai Sohee tapi rasanya sulit karena SooJung masih ada dalam relung hatinya. Setelah mendengar semua yang dikatakan mantan kekasihnya beberapa detik yang lalu membuat  rahangnya mengeras. Apakah telinganya tak salah dengar? Teman-teman Soojung berkata sedemikian rupa sampai hubungannya dengan Sohee yang ia coba perjuangkan berakhir.

 

Jika bumi sekarang sedang diguyur oleh air hujan, maka pipi Soojung dibanjiri oleh air matanya. Jongin lebih mempercayai rubah itu daripada dirinya. Berani sekali ia membentaknya seperti tadi padahal besok adalah hari H dimana perlombaan atletik diadakan. Bagaimana jika besok ia tak bisa memenangkan perlombaan karena ada Jongin disana?

“Kita bahkan tak pernah menjalin hubungan dan apa yang kau maksud dengan Sohee merebutku darimu?! Apa kau gi-”

“Apa kau ingin mengatakan aku gila? Ya! aku gila karena Kim Jongin yang pernah menyatakan cintanya padaku sekarang membentakku dan lebih mempercayai rubah itu!! Aku benci kau Jongin!!”

Soojung terduduk disudut kamar tidur bercat biru mudanya itu sambil memegang ponselnya yang menyala. Ia menangis dalam diam setelah membaca pesan singkat berisi permintaan maaf dari Jongin. Ya, hanya kata maaf yang tertera dalam pesan tersebut. Jikalau mesin waktu benar-benar ada, gadis ini akan memutar waktu hidupnya sampai malam itu dan tidak akan membiarkan punggung sahabat yang kini ia cintai menjauh.

.

.

                Seoul Olympic Stadium memang selalu penuh dengan teriakan penonton jika ada suatu perlombaan atletik se kota Seoul diadakan. Terlebih lagi jika perlombaan ini dikhususkan untuk para pelajar SMA yang berprestasi disekolahnya. Para pelajar Hanlim High School pun tak ketinggalan memberikan doa dan juga kata-kata penyemangat untuk teman-teman mereka yang beberapa saat lagi akan memulai perlombaan.

Jika diperhatikan lagi, ada satu orang hanya diam di atas bangku penonton. Tidak lain dan tidak bukan itu adalah Yoon Sohee. Ia sangat menikmati bagaimana muka Soojung yang kusut di pinggir lintasan lari dan raut muka Jongin yang sedih di tengah lapangan. Sungguh itu adalah pemandangan yang baik beberapa hari ini setelah ia diputuskan oleh Sehun karena Soojung.

 

Kim Jongin gagal.

 

“Konstan dan tambah kecepatanmu saat garis finish mulai terlihat Soojung. Jangan lupakan ini.” Pesan guru Park pun terngiang-ngiang dalam kepalanya. Dengan posisi start berdiri ia mencoba untuk tetap menegakkan kepalanya yang pening memikirkan bagaimana perasaan Kim Jongin yang baru saja mengalami kekalahan. Beberapa detik lagi sebelum ia menggerakkan kakinya menuju sebuah akhir.

 

 

Dor!

               

Suara pistol yang menggema membuat tubuh Soojung melesat menjauhi garis start. Hanya 1500 meter dan ia yakin bisa mengakhirinya dengan sempurna. Namun pendengarannya menangkap sebuah rentetan kata-kata yang sangat menyedihkan karena keluar dari mulut orang yang menyebalkan.

“Lee Jae Hwan mencintaimu Soojung!” teriak Jongin dari tengah lapangan. Dengarlah betapa irasionalnya kalimat Kim Jongin. Setelah ia kalah dalam nomor lempar lembing, sekarang ia mencoba untuk menyemangati Soojung layaknya seorang sahabat pada umumnya. Dasar bodoh. Apa dia ingin membuatku kalah?! Kalau ia boleh menangis ditengah perlombaan namun tak mengurangi kecepatan larinya maka mungkin akan ia lakukan sekarang juga.

“Lebih cepat lagi Soojung! Move your damn feet!! Setelah kau menang pukul saja kepala Kim Jongin!” Soojung yang berkeringat hebat bergumam dalam riuhnya stadium.  Kemarahan yang tak terkira karena ulah Jongin beberapa hari ini dan keinginannya untuk segera melewati garis putih membuat hentakan kakinya terdengar keras dan nafasnya semakin memburu.

Sekelebat memori di mana hari-hari yang damai mereka lalui sebagai sahabat dan pertengkaran hebat mereka semalam terlintas begitu saja dan membuat fikirannya blank untuk sekian detik karena nomor punggung 2, 3, dan 5 lebih dulu melangkahkan kakinya melewati garis finish. Jika murid-murid Hanlim sedang sedih karena jagoannya mendapatkan posisi 4, namun hanya Sohee satu-satunya yang tersenyum melihat kekalahan Soojung beserta kekecewaan yang tergambar dalam muka Jongin.

.

.

14 hari sudah ia berhenti dari aktivitas yang sangat ia cintai. Walaupun guru Park biasa mengomelinya sebelum perlombaan dimulai namun ia tetap memohon Soojung untuk tinggal dalam club. Kegagalan adalah bagian dari proses menuju sebuah keberhasilan, begitulah guru Park meyakinkan Soojung saat mendengar siswinya yang berbakat ingin keluar dari club yang ia tau sangat berarti dalam hidup Soojung.

14 haru pula ia tidak bertegur sapa dengan Kim Jongin. Ia terlalu kecewa pada apa yang telah dikatakan Jongin saat itu ternyata membuatnya gagal berdiri dalam podium tertinggi. Kim Jongin adalah sebuah alasan besar tentang bagaimana mimpinya musnah dan ia tidak akan mungkin bisa melupakannya.

 

Suasana sekolah yang hening di pagi hari ini membuat tubuhnya meremang. Ia merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya dari gerbang sekolah. Soojung memutar tubuhnya dengan cepat untuk melihat siapa yang membuat jantungnya berdetak berkali-kali lipat saat menyadari ia tidak berjalan sendiri.

Sesaat hembusan nafas lega keluar dari system pernafasannya setelah melihat Kim Jongin berdiri dalam jarak yang tak cukup jauh dari tubuhnya.  Hanya butuh beberapa langkah untuk membuat remaja pria itu dekat dengan Soojung.

 

“Kenapa kau keluar?”

“Apa pedulimu?”

“Kembalilah.. suasana club sangat berbeda tanpamu. Jika kau ingin aku keluar akan kulakukan.”

“Tidak perlu tuan. Semuanya sudah selesai.”

“Soojung..”

“Kurasa passionku untuk terus berlari sudah hilang di malam kau membentakku. Mimpiku untuk menjadi seorang atlet juga hilang setelah kau berteriak menyemangatiku seperti orang gila sampai akhirnya konsentrasiku pecah dan aku kalah. Semuanya hilang dan kaulah satu-satunya orang yang pantas disalahkan Kim Jongin… perlombaan itu sangat penting untukku!”  Lontaran kata maaf yang diteriakkan Jongin hanya membuat batinnya tersiksa. Ia tak pernah mau lagi berurusan dengan seseorang macam Kim Jongin.

Tak ingin lagi membuat gadis yang dicintai sedih, Kim Jongin memutuskan untuk mundur dari segala aspek kehidupan Soojung.

Percakapan singkat ini merubah hubungan yang telah terjalin antar keduanya. Berawal dari pertemanan yang manis menjadi 2 orang yang merasa tak pernah saling mengenal. Mereka menjauh bagaikan ujung utara dan ujung selatan jarum kompas. Segala bentuk perasaan untuk Jongin telah tertutup kebencian namun jauh dalam lubuk hatinya, Soojung masih mencintai lelaki itu.

.

.

Air matanya bahkan masih meluncur bebas saat mengingat lelaki itu. Uh, bisa dikatakan Jung Soo Jung masih belum move on dari seorang pria masalalunya yang bernama Kim Jongin. Ia tidak tau lagi sampai kapan mau menangisi Jongin di dalam gudang sebelum akhirnya beberapa nada notifikasi grup alumni SMA nya dalam media social berbunyi. Seulgi mengajak semua orang untuk membuat  acara reuni dan sebuah nama yang tak pernah ia tau telah menjadi anggota grupnya menuliskan kata “ayo lakukan”.

Her passion and her dream were destroyed because of  her stupidity in love and she’ll never ever do that again.

 

THE END

A.N :

The first Oneshot from me..(Hurray!)

Absurd? *tentu saja!

Ngefeel dan boring nggak? *sepertinya juga iya!

Fact is cerita ini 40% based on true story…

Maaf kalo kalian ngga merasa sedih setelah baca ini… berarti aku belum berhasil.. *crying

The Last… saya baper sama cerita saya sendiri so gimme your REVIEW readers! or at least SAY HI to me okay?!!

49 thoughts on “Love, Passion, and Dream

  1. Ahhh… complicated sekali kak dita! Aku suka banget ide ceritanya apalagi mengusung konsep olahraga. Mana karakter jonginnya pas banget lagi, jongin kan bloon bloon gimana gitu pfftt… sumpah ya aku benci banget sama yoon sohee bwahahah 😂😂😂 okelah pokoknya aku suka persahabatan jongin soojung disini ha walaupun akhirnya gk jadi tapi aku suka serius…. ditunggu karya selanjutnya kak…

    Liked by 1 person

  2. Ya ampun angst??? Gantung lg, huhuhu… Andai aja ad sequel mrk ketemu lg pas reunian trs sama2 mnt maaf n jadian 🙂 kasian soojung dsni ky dipermainkan. Dpt kok feelnya dek dita. Ditunggu cerita yg lainnya^^ fighting

    Liked by 1 person

  3. okay dita!!! aku narik napas dulu ya, please! goddamnit!!! ini asli kece! woaaah 40% based true story? oh i knew that baby {{}} maygad dita rasanye pengen nabok sohee banget, junior kok licik banget, aku punya junior kaya gitu udah dibegal aja sumpah.
    How sad:( Jongin, how could you? you must be tell your feeling to soojung over and over again:( aku bisa ngerasain gimana sakitnya itu kok dit, cause yah i felt it before hehe.

    semangat teruss sayang!!! karya-karyamu yang lain selalu ditunggu!!

    Liked by 1 person

    • skrg aja masih baper… gila suer aku jadi kangen anak itu (?)… ya ya seharusnya dia melakukan itu kak!!! 😥 we’re in the same story…
      OKEEE!!! GO GO GO SEMANGAT!! trimakasih ya buat rekomen judulnya.. hehehe.. soooo ME.. 😀 lafya….. ^^

      Like

  4. Hwahwaa awalnya pas baca ketawa ketiwi say,, ehh abis si ayam datang ak jadi ingett waktu dulu sakitnya tuh dimana? apalagi ngeplay lagu pas banget sama ni crita sam smith i’m not only one tambah nyesek aja….. semangat!!! Semangat!! Sayy cpet move on ya hehehe wkwkwk *smile

    Liked by 1 person

  5. konfliknya kerasa banget,pas jongin lebih percaya sama rubah dari pada percaya sama sahabat sekaligus gadis yg dia suka,ngerti kok gimana perasaannya soojung,ngerti banget,ga dipercaya sama sahabat sekaligus cowo yg disuka,dan dibentak bentak satu hari sebelum hari penting,udah mana kata kata jongin yg bikin soojung ga konsentrasi dan akhirnya kalah,yg bikin soojung mundur dari mimpi nya 😦 sumpah ini nyesek,nge feel banget ;(
    aku harap ada sequel nya,pas mereka reuni terus mereka ketemu terus mereka balikan (?) hehe ^^

    Liked by 1 person

  6. Baguuus banget loh iniii. Ya ampun kasian Soojung harus kehilangan mimpinya 😦 tapi ini salah Jongin jugalah kenapa dia ga terus terang aja dan jgn ngejauhin Soojung gitu, apa lagi sampe ngebentak Soojung demi si Yoon ‘rubah’ Sohee ituu. Ewww.
    Pokoknya overall bagus kok, aku jg dapet feel nya dan hampir nangis trus jd baper juga. Aku setuju sama apa yg dilakuin Soojung, abisnya kesel juga sih sama kelakuan Jongin. Siapa si yg ga kesel, udh ditembak trus dijauhin gitu aja, giliran kita udh mulai suka dia malah jadian sama org lain apalagi itu org yg kita benci. I know that feel :’) haha.
    Maaf ya komen nya kepanjangan dan gak mutu. I love this fic soooo! Fighting for the next fic!xx

    Liked by 1 person

  7. huwaaa aduh gregetan baca ini sohee pingin ane pukul ama durian dah kalo bisa hahhaaha ngeselin
    soojung jongin reuni lagi dong baikan 😁😁😁😁 meed sequel kak jeball ga maksa sih 😀😀 figting

    Liked by 1 person

  8. Gak ngefeel, boring! Oh, gila kalo ada yang bilang kaya gitu kak:’
    Aku sedih, kesel, kecewa dan arg! Semuanya bercampur jadi satu. Benci banget sama Sohee! Dia uemang ruba berwujud gadis manis. Aaa nyesek>,<
    Gara gara Sohee, Jongin bentak Soojung. Dan terus Jongin itu bodoh ato apasih! :' huaaaaaa. Tapi Soojung jangan nyalahin ke Jongin semuanya:" gak bisa bayangin perasaan bersalah Jongin ke Soojung. Fufu:"
    Sequel kak, satuin KaiStal:" toh Krystal masih lajang dan belum move on kan:" ayoo kak buat sequel.
    Semangat✊

    Liked by 1 person

  9. True story? Pengen jadi atlet lari? Serius dekdit? Kamu–? Dan sampe sekarang masih belum bisa lupain? Oh gezz..

    Itu kenapa mereka pas misah gitu? Yaampun dekdit. Ini complicated banget. Trus baca bagian ending, kok aku ngerasa ini perlu sequel ya? *modus*
    HAHAHA 😀

    Ayo bikin sequelnya dekdit 😀 Buat mereka ketemu di acara reunian 😉

    Liked by 1 person

    • Iya suer kak.. Hahhaa.. Malah sbnernya ini cerita SMP.. -.- dn kmarin ada avara reuni aku kgak ikut.. Hah…hahahaha.. Sequel??? Dipikirkan 100 kali lagi dulu deh.. 😂thanks kak whardaaaaa… 🙆😁

      Like

  10. Ah ceritanya keren bgt bikin berlinang air mata huhuhu maaf ya baper hehe,soojung itu sbnrnya suka jg ya sm jongin trs knp dong jongin ngejauh malah pcaran sm sohee udh tau kan dia ga baik jong macarin sehun yg notabene udh punya pacar dan juga sohee itu mutusin krna mau balas dendam kah krn jung buat sohee putus sm sehun kn?sohee nyebelin bgt deh disaat jung dan jong sedang musuhan kamu malah baik baik aja,ko jong semangatin jung teriakin lee jaehwan mencintaimu jung hrsnya jongin mencintaimu jung ya aku mencintaimu jung pasti jung seneng deh dan menang hehehe,duhhhh ff nya keren bgtttt aku suka bikin baper jdnya hehe.hwaiting^^

    Liked by 1 person

  11. Kakak duhhhhh 😭😭😭 sakitnya tuh di idung jongin banget, amblesblesbles!! 💔💔💔💔💔💔💔
    I need a sequel, please kak before aku jadi beneran nyantet si sohi 😬😬😤😤😣😣 itu cewek anjrit berkupit kupit bingit! Asdfghjkl parasit banget di kehidupan my beloved kaistal huhuuu 😭😭😭 musnahin sohi kak, ayo musnahkan! (Dari cerita ini maksudnya. Jangan dimusnahin beneran heuheu) 😅😅

    Liked by 1 person

Arcadian's Say