[Freelance] We Got Married [Chapter 2]

PicsArt_04-01-11.37.11

a reality-show fiction by slmnabil

starring EXO’s Kim Jongin x Fx’s Jung Soojung

genre Romance, Comedy length Chaptered rating PG-15

.

[1st Episode]

Knowing Each Other

            Kalau Soojung perlu sesuatu untuk dibanting, maka ponsel bukanlah jawaban yang tepat. Sekalipun benda mungil berwarna putih itu sudah menyalak saat bulan pun masih enggan meninggalkan posisinya.

Ia meraba meja kecil di samping ranjangnya, menarik paksa alarm barunya lalu menggeser kunci layar masih dengan mata terpejam. Soojung mengerjap, mengira-ngira siapa gerangan manusia kurang kerjaan yang mengiriminya pesan di pukul 5 dini hari.

Sialan, adalah kata pertama yang ia ucapkan sesaat setelah kelopak matanya terbuka sempurna. Isi pesannya kurang lebih berbunyi seperti ini, “Manusia produktif itu bukan yang masih bermalas-malasan di ranjang saat orang lain sudah mulai berlari. Datanglah ke stasiun TV hari ini, aku memiliki jadwal promosi di acara musik. Kau tidak lupa soal acaramu, ‘kan, Bintang Baru?”

“Dia mengejekku atau apa?” kata Soojung. “Hei idiot, seharusnya kau belajar cara mengawali pesan—

“Apa? Apa? Apa?” Soojung memotong bicaranya sendiri seketika saat panggilan video dari Jongin yang begitu tiba-tiba masuk ke ponselnya. Entah karena panik atau gerakan refleks, ia menyentuh ikon hijau yang memunculkan pemilik wajah di seberang sana setelahnya.

“Ketahuan kau, mengumpatku,” kata Jongin.

Soojung diam saja, namun irisnya melemparkan tatapan tajam sebagai respon.

Jongin bicara lagi. “Datanglah ke stasiun TV, aku serius. Produser Lee tidak mengatakan apa-apa padaku dan tiba-tiba saja sudah ada kamera di depan asrama. Aku tidak tahu si bodoh macam apa yang berkoar soal revolusi, membuat semuanya menjadi rumit saja.”

“Jangan main-main denganku, kau menyebalkan. Memangnya siapa yang mengancamku dengan cara murahan untuk menerima acara ini?” debat Soojung.

“Kau masih saja tidak bisa mengekspresikan kebahagiaanmu secara benar. Aku tahu kau tidak bisa tidur semalaman, ‘kan? Memikirkan berdekat-dekatan dengan manusia setampan ini?”

Soojung mendengus. “Mati sajalah sana. Aku mau tidur, awas kau berani menghubungiku lagi.”

“Berarti kau harus membayar denda. Kau tahu Produser Lee mengatakan kalau ia akan menuntutmu atas ketidakloyalanmu terhadap acara sendiri. Jadi jangan konyol dan datang saja ke stasiun TV. Aku sibuk jadi kita tidak bisa bertemu di tempat lain.”

Soojung yang semula masih berbaring seketika mendudukkan dirinya melawan gravitasi. “Kau pikir kau saja yang sibuk? Aku juga harus ke penerbitan hari ini.”

“Aku tidak mau tahu, pokoknya pukul 9 kau sudah harus berada di sini.”

Dan begitulah, perdebatan mereka pagi ini selesai. Jongin memutus sambungan sepihak membuat Soojung terlihat mulai sinting dengan meneriaki ponselnya sendiri. Ia mengacak rambutnya kesal sebelum bangkit dari tempat tidurnya.

Hanya karena satu orang, satu manusia menyebalkan, jadwalnya berantakan. Mau tak mau Soojung harus merubah jam pertemuannya dengan penerbit. Sialnya, ini adalah novel perdananya dan dengan banyak menuntut Soojung sudah berasumsi aneh-aneh kalau mungkin saja naskahnya akan ditolak.

Soojung mengambil langkah terpaksa ke kamar mandi. Sekelibat, ia bisa melihat sebuah benda mungil berwarna hitam dengan lensa terpasang di sudut kamarnya. Menangkap itu mau tak mau Soojung memutar tubuh dan membayar keingintahuannya.

“Sial, sejak kapan ada kamera di sini?”

Kelebatan percakapannya dengan Jongin menyarang di kepalanya, membuat Soojung panik karenanya. Jika rekamannya sudah di mulai, artinya sejak dirinya masih menempel di ranjang sampai saat ini….

“Mereka akan memotong klip ini, ‘kan? Tentu saja mereka akan,” katanya sangsi. Perlahan Soojung melangkah mundur, namun pandangannya sama sekali belum lepas dari lensa kamera yang sudah bekerja.

“Mereka akan memotongnya,” kalimat terakhir yang diucapkannya sebelum menghilang di balik dinding kamar mandi.

.

 

WE GOT MARRIED’S WRITER, JUNG SOOJUNG

 

Q : Perkenalkan dirimu.

“Namaku Jung Soojung, profesi penulis. Aku tidak tahu harus mengatakan apa, tapi aku merasa konyol. Apalagi setelah mengetahui kalau ternyata klip di kamarku tidak dipotong.”

.

Dalam perjalanannya di mobil, Jongin tersenyum menang.

“Jangan salah paham soal perdebatan kami,” katanya melirik ke kamera—masih memainkan ponselnya. “Ketertarikan tidak harus di tunjukkan dengan kata-kata manis, bukan?”

.

 

  EXO, KAI

 

Q : Perkenalkan dirimu.

“Halo, disini Kai. Aku senang sekali bisa berpartisipasi dalam acara ini, apalagi sebagai pasangan pertama tanpa campur tangan penulis. Ah tentu saja, penulisnya, ‘kan pasanganku.”

.

Bagi pemuda ini diikuti kamera ke mana-mana mungkin bukan sesuatu yang perlu dibawa rikuh. Tidak diragukan lagi jika ia adalah seorang bintang.

Jongin sudah menyelesaikan rekaman pertama dan keduanya, dan sekitar 15 menit lagi untuk yang terakhir. Asal kalian tahu saja tampil dalam acara musik tidaklah sesederhana itu, perlu beberapa jam untuk penyesuaian dengan kamera dan panggung. Bukan menyanyi satu kali lalu pulang. Betapa menyenangkannya jika seperti itu.

Ruang tunggu EXO selalu gaduh. Sebagian bergurau, sibuk dengan ponselnya, bermain game, dan minoritasnya tidur. Dari empat opsi yang tersedia Jongin memilih yang kedua, sibuk dengan ponselnya. Mencekoki Soojung dengan banyak sekali pesan adalah caranya agar gadis itu berada di teritorialnya sesegera mungkin.

Heh, mana dia mau datang kalau pesanmu saja mengancam seperti itu?”

Jongin tidak menyadari saat Sehun mencuri lihat sejak tadi, membuat pemuda itu kesal. “Lalu apa yang harus kukatakan?”

“Apa saja, selain menakut-nakutinya dengan kata loyalitas, profesional, tuntutan, atau denda.”

“Kalian itu dua orang yang akan tinggal satu rumah nantinya, tapi kesan pertama antara satu sama lain benar-benar buruk,” Suho ikut menimpali.

“Mungkin kau bisa mulai memanggilnya Sayang,” Baekhyun tersenyum jahil.

Jongin mendelik. “Jangan gila,” katanya lalu kembali tenggelam dengan pesan-pesannya.

“Kau akan mengacaukan acaramu sendiri jika tidak datang, Jung Soojung. Aku serius, tapi jangan egois.”

Ia melempar ponselnya kesal ke sofa. Memanggil Soojung dengan nama lengkap mengingatkannya ke masa lalu. Dulu jika Jongin mulai marah atau serius, ia akan memanggil Soojung dengan nama lengkap. Dan ia hanya berharap kalau gadis itu masih ingat, dengan begitu Soojung akan segera ke sini.

“Waktunya rekaman terakhir.”

Untuk terakhir kalinya, Jongin memeriksa ponselnya kembali. Namun tidak ada balasan.

“Tidak usah galau begitu, nanti juga dia datang. Ayo,” kata Suho sembari merangkul pundaknya dan menarik Jongin untuk mengambil langkah ke luar.

Beriringan dengan gerakan kakinya, Jongin tak henti-hentinya meyakinkan diri untuk tidak berpikir soal Soojung lagi. Penggemar tidak akan suka melihat dirinya yang tampak dibebani.

Tapi gadis satu itu sulit sekali disingkirkan. Bahkan di lautan penggemar yang duduk di kursi penonton saja samar-samar ia masih melihat Soojung. Jongin sudah menaiki panggung, dan seharusnya ia berhenti terlihat konyol dengan menilik-nilik memastikan.

Tetap saja begitu nyata seakan Soojung memang tengah berdiri, melihatnya dari radius dua meter di samping kameramen. Gadis itu bersilang lengan di depan dada dan terlihat kesal.

“Datang juga, istrimu.”

Jika Jongin tidak tiba-tiba menyenggol bahunya dan mengatakan itu, mungkin Jongin selamanya akan berpikir kalau dirinya berdelusi.

Soojung memang ada di sana, dia datang. Sebenarnya Jongin tidak berniat sama sekali untuk menarik bibirnya naik, namun nyatanya ia tengah tersenyum begitu lebar saat ini.

“Dia memang sudah gila dari sananya,” cibir Soojung tanpa berpaling.

“Kalau begitu, mari kita bentuk kesan yang baik untuknya,” kata Jongdae. “Buat dia terkesan, Bung.”

Jadi Jongin tersenyum, mengerling, enerjik, dan sok keren selama penampilan. Membuat Soojung ingin muntah sekaligus bersyukur akan sikap apatis dunia musiknya selama ini.

“Gadis-gadis ini pasti tidak punya kerjaan lain,” katanya kesal karena tidak henti-hentinya lautan manusia di belakangnya berteriak. “Ah berisik!”

Soojung terlanjur kesal. Berdiri empat menit di sana bukanlah sesuatu yang ia akan lakukan. Setidaknya ia sudah menunjukkan batang hidungnya di hadapan Jongin, pikirnya. Dan Soojung meninggalkan ruangan.

Tapi sebenarnya pertunjukan sudah hampir selesai, meski banyak mengumpat pun gadis itu menonton hampir keseleruhan lagu mereka. Jadi tidak sulit untuk mengimbangi langkah Soojung yang malas dengan tungkai panjangnya. Hanya perlu sedikit berlari dan…

“Kukira kau tidak akan datang,” Jongin sudah bisa mengatakan ini tepat di samping gadis itu. “Aku menunggumu di ruangan kami.”

Soojung tidak bisa tidak terkejut karenanya, tapi tentu saja ia tidak menunjukkannya secara gamblang. “Aku memang datang, tapi kau tidak perlu tahu dimana aku berada.”

Ia mempercepat langkahnya. Tersenyum canggung saat bertemu dengan beberapa artis lain dan pekerja yang menatapnya terheran-heran.

Dan Soojung menunjukkan wajah seperti, Ya,ya aku memang melanggar prinsipku. Tapi serius, aku tidak menyukai selebriti.

“Ah tapi dengan siapa kau berjalan sekarang?” gerutunya lirih, lebih kepada dirinya sendiri. Soojung hampir saja melupakan kalau ada kamera yang sekarang tengah meliputnya dan nanti wajahnya akan disiarkan secara bebas.

“Aku benar-benar berkhianat.”

“Kenapa?” tanya Jongin polos.

“Kau tidak perlu tahu.”

Pemuda itu menarik lengan Soojung tiba-tiba, mau tak mau ia siap memuntahkan perbendaharaan katanya jika matanya tidak menangkap lensa kamera.

“Aku harus berganti pakaian dulu, jadi tunggu di sini.”

Soojung mendelik. “Dan kau berpikir aku akan melakukannya?”

Jongin tersenyum menantang. “Atau kau ikut ke dalam dan membantuku berganti pakaian? Pilih satu, orang-orang akan berpikir kau kejam.” Ia menunjuk kamera dengan dagunya.

“Aku-akan-menunggu.”

Soojung tidak percaya dirinya mengatakan ini. Tapi ya, dia memang mengatakannya. Dan seluruh dunia sudah mendengarnya.

Namun selalu ada semacam pengalih perhatian, apapun bentuknya Soojung hanya selalu ingin berpura-pura tidak melihat dan melarikan diri.

8 orang pemuda tengah berjalan ke arahnya, dan yang dilakukannya adalah memutar tubuh kemudian mengambil langkah defensif sejauh mungkin.

.

 

WE GOT MARRIED’S WRITER, JUNG SOOJUNG

 

Q : Kenapa kau menghindari mereka?

“Ah, mungkin orang-orang akan salah paham. Tapi serius dari sananya aku tidak suka terlibat dengan orang-orang musik. Rekan kerjaku tidak ada yang tak tahu kalau aku apatis tentang yang seperti itu.”

Q : Apa ada alasan dibalik itu?

“Kukira kita tidak perlu membahasnya.”

Q : ….

.

Berselang beberapa menit setelahnya Jongin menampakkan diri. Ekspresi pertamanya menyiratkan, ‘Kemana anak ini?’ yang begitu kentara. Mendadak ia ingat soal rekan satu grup yang menggodanya tadi, pasti mereka ada sangkut pautnya. Tidak salah lagi.

“Kalian menerkam istriku atau semacamnya?” tanyanya tak sabaran.

Baekhyun hampir saja tersedak dan memuntahkan kembali air mineral yang tengah diteguknya. “Is-tri-mu yang menghindari kami tahu!” sahutnya dengan penegasan di awal kata.

“Kalau dia tidak mau syuting, awas saja kalian.”

Dan Jongin menghilang setelahnya, dengan sedikit membanting pintu.

Menuju lapang parkir adalah hal kedua yang ia lakukan, harap-harap kalau memang Soojung ada disana. Jongin tidak mau membuang waktu, membuat sang kameramen harus mengerahkan tenaga ekstra karenanya.

Dan disanalah dia, berjongkok sembari memainkan bebatuan di samping mobil yang berlabel ‘Kai & Soojung,’ membuat pemuda itu mau tidak mau tersenyum geli.

“Kukira kau akan melarikan diri.”

Soojung mendongak, lalu bangkit menarik diri. “Memang sudah akan kulakukan. Tapi sayangnya kemanusiaanku terlalu tinggi.”

Jongin tertawa ringan. “Kemanusiaan apaan? Mulut barbar sepertimu?”

“Masuk atau kusumpal mulutmu,” katanya sinis kemudian beranjak ke pintu kemudi.

“Kau pikir apa yang kau lakukan sekarang?” cegah Jongin.

Soojung berjengit. “Bersiap berkendara tentu saja. Kau, ‘kan tidak punya SIM.”

“Sial, tentu saja punya. Minggir kau.”

Tubuh Soojung di dorong paksa beberapa langkah ke belakang, Jongin seenaknya saja mengambil alih.

“Baiklah, aku tidak harus mengacaukan jadwal karena ini.”

Jadi Soojung memutar langkah ke kursi sampingnya, menyentakkan pintu, memasang sabuk pengaman, dan pura-pura tidur. Atau apa sajalah yang mencegahnya sadar kalau ia tengah berada di teritori yang serupa dengan manusia idiot.

“Kita mau ke—“

“Penerbitan, jangan tanya lagi dan mengacau,” potong Soojung lalu pura-pura tidur lagi.

Jongin mendecak, menginjak gas, mobil pun melaju. “Dasar aneh.”

“Aku akan tahu jika kau mengumpatku.”

.

 

  EXO, KAI

 

Q : Kau sungguh penurut dengan tidak mengatakan sepatah kata pun selama perjalanan.

“Ayahku selalu mengatakan kalau saat para gadis menyukai pria yang tidak banyak menuntut dan mengerti. Bukankah begitu?”

Q : Tapi kau tidak mengatakan satu patah kata pun.

“Memang.”

Q : …

Sudah sampai.

Satu kalimat, dua kata, empat suku kata, sepuluh huruf. Inilah yang membuat Soojung terbangun. Ia tidak percaya kalau dirinya benar-benar tertidur.

Soojung memendarkan irisnya ke sekitar, dan baru saja berniat berteriak kalau-kalau Jongin membawanya ke tempat yang salah.

Namun tidak, bisa dipastikan kalau ia berada di tempat yang tepat. Soojung tidak percaya kalau pemuda ini masih mengingatnya.

Menjadi penulis adalah mimpinya sejak dulu, dan penerbitan yang tengah dipijaknya saat ini adalah yang selalu ia targetkan. Soojung hanya mengatakannya pada satu orang, dan sekarang orang itu sendiri yang mengantarkannya kemari.

“Kenapa melihatku seperti itu? Baru sadar kalau suamimu ini sangat tampan?”

Soojung mendelik. “Menikah saja belum, dasar,” sahutnya sebelum mendorong pintu dan melangkah ke luar.

Gadis itu sudah siap menyalak lagi jika Jongin tidak berkata duluan. “Jangan menyuruhku untuk menunggu di mobil, enak saja.”

Sang pemuda mendahului langkahnya.

“Baiklah, jika aku berdebat dengannya bisa hancur moodku.”

Jadi Soojung menyusulnya, meski menyisakan beberapa langkah di antara mereka.

“Aku ini bukan pengawalmu, jalan di sini,” kata Jongin yang tiba-tiba menghentikan gerakkan tungkainya. “Aku tidak akan mengatakannya dua kali, atau kugandeng kau.”

Soojung melesat dengan cepat ke samping Jongin. “Begini saja,” katanya cepat.

Dan mereka mulai berjalan.

“Lucu sekali, kita berdebat tentang segala hal.”

Soojung menyahuti. “Itu bukan sesuatu yang perlu dibanggakan,” katanya.

“Rasanya aku sudah tahu cerita kita berkonsep apa.” Jeda sejenak. “Love-Hate Relationship.”

Mau tak mau sang lawan bicara terkikik geli. “Kekanakkan.”

“Suka-suka aku.”

.

 

  EXO, KAI

 

Q : Love-Hate?

“Tiba-tiba terpikir saja, karena kami berdebat tentang semuanya.”

.

“Kenapa di sini tenang sekali?”

Hal yang Jongin tanyakan sedetik setelah kakinya melangkah masuk.

“Memangnya apa yang kau harapkan? Berisik seperti tempatmu?”

“Maksudku, memang mencetak buku itu tidak berisik?”

“Percetakannya di atas. Kau tidak mengharapkan produksi dilakukan terang-terangan, ‘kan?”

Soojung mendahului langkah, terkesan menggurui. Untungnya Jongin tidak begitu menanggapinya, ia terlalu sibuk menelanjangi detil-detil tempat yang begitu asing baginya. Sampai ia tidak sadar kalau ternyata Soojung sudah meninggalkannya.

“Semua orang menjadi gila karena Kai membintangi acara ini, dan sekarang kau membiarkannya saja seperti itu,” kata sang editor yang sudah membuat janji temu dengan Soojung.

Gadis itu lebih memilih untuk tidak menggubrisnya. “Bagaimana naskahku? Diterima? Siap diterbitkan?”

“Jangan tanya, tentu saja diterima.”

“Anda tidak membuat kesalahan, ‘kan? Setahuku imajinasinya benar-benar pendek, hanya secuil.”

Soojung tidak bisa tidak terkejut. Ia tidak sadar sejak kapan Jongin sudah berada di balik punggungnya dan menguping pembicaraan.

Editor itu tersenyum. “Pasangan lain sibuk membentuk impresi sebaik mungkin di syuting pertama, kalian malah saling mengumpat. Kalian punya hubungan khusus, ‘kan?”

Soojung mendadak gugup. “Tidak ada sesuatu seperti itu! Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, jadi semaunya saja.”

Masih untung Soojung tidak lupa caranya bernapas.

“Kalau begitu terima kasih dan aku akan menghubungi lagi. Permisi.”

Gadis itu menarik Jongin untuk segera meninggalkan tempat ini sebelum mengatakan yang aneh-aneh. Maklum saja, manusia bernama Kim Jongin memang dilahirkan antik dan tak terduga. Soojung yang kewalahan untuk mengantisipasi.

Tarik-menarik ujung pakaian terus saja berlangsung, sampai mereka memasuki area parkir lagi.

“Selamat, Nona Penulis.”

“Mengataiku lalu memberi ucapan selamat? Lelaki plin-plan kau.”

“Karena kau sedang senang jadi aku tidak mau mengacaukannya, aku akan menganggap tidak mendengarnya.”

Soojung memutar iris. “Kenapa harus repot-repot?”

“Tiga permintaan untuk calon penulis. Katakan sebelum aku berubah pikiran.”

“Tidak usah, pulang saja.”

“Katakan saja, akan kukabulkan apapun itu.”

“Pulang. Pulang. Pulang. Kabulkan! Itu permintaanku.”

.

 

WE GOT MARRIED’S WRITER, JUNG SOOJUNG

 

Q : Kenapa kau ingin pulang?

“Aku tidak mau melakukan selebrasi dengannya. Kami tidak sedekat itu.”

.

 

  EXO, KAI

 

Q : Kau benar-benar mengantarkannya pulang.

“Kami sudah cukup berdebat hari ini, jadi aku menurut saja.”

Q : Dari interaksi kalian sepertinya kalian saling mengenal?

“Yah, aku tidak akan menampiknya.”

Q : Sejak awal aku penasaran. Apakah kau terlibat dalam suatu hubungan dengan Soojung di masa lalu?

“Dia akan membunuhku kalau mengatakannya. Anggap saja kami saling mengenal.”

-tbc

38 thoughts on “[Freelance] We Got Married [Chapter 2]

  1. Kesan pertama itu panting, apalagi kaistal di lirik banyak mata. Tapi kenapa soojung galak gitu, sih?
    Orang2 pasti berspekulasi luas pas nonton acara mereka. Apalgi fans kai? Huaaaa, semoga soojung ngga di judge ya di ff ini karena bersikap kaya gitu sama idol mereka.
    Aku suka, ceritanya rapih, kereeen 😊
    Lanjutkan thoorr..
    Oya salam kenal yaaa ^_^)/

    Like

  2. bagus…..
    aku suka aku suka….
    rasanya pengen mereka WGM beneran hhahahah
    Soojung galak banget, gak papa… galak ke cowo sinting macem Kai sehat Hehehehehe
    Like buat FFnya 🙂

    Like

  3. Wahhh sukaaa we got married yang menarik dan unik belum nemuin ada wgm yang pasangannya saling mengumpat satu sama lain lhoo lucu ih soojung kai hehehehe jgn benci benci banget soojung nanti cinta lho sama kai hahahha
    Semangat terus ya dan updatenya kalo bisa cepet ya soalnya aku penasaran bgt kelanjutannya 😊😊

    Like

  4. Baguss banget kak💞💞💞
    Aku suka , cute gimana gitu waktu mereka berantem gitu 😆😆
    Semoga entar mereka beneran balikan lagi yaa..
    Hemm ditunggu kelanjutannya ya kak
    Fightingg✊✊✊

    Like

  5. Aigoo nabil-nim aku kelewatan banyak chapter😭 maafin aku yang kelupaan buat cek updating certain inii.. *bow

    Oh iya nih yang asik lagi dari ff ini itu pembawaannya kayak reality shownya wgm beneran 😆 jadi bisa gampang imagine setiap adegan adegan yang ada di certa 😃

    Like

Arcadian's Say